Chapt-- 87• Kronologi kejadian,

769 27 2
                                    

Keadaan begitu cepat dan membuat semua orang tercekat. Saat ini Samudra dan Bella sedang berada di UKS. Wajah Bella sedih melihat Kirana yang masih tidak sadarkan diri di atas kasur UKS. Wajah Kirana begitu pucat seperti mayat hidup. Membuat Bella sesak dan untuk menelan ludah pun susah.

Begitupun dengan Samudra, pemuda itu diam termenung sambil menunduk memikirkan kejadian buruk beberapa waktu yang lalu.

Hanya hembusan napas dan detik jam yang mengisi keheningan. Tak ada satupun suara lainnya. Tapi keheningan itu langsung pecah tatkala gorden yang membatasi antara kasur terbuka keras dan menampakkan wajah Nicholas yang memucat dan ketakutan.

Nicholas mendekati Kirana dengan terseok-seok. Selepas mendengar jika Kirana tenggelam, Nicholas langsung berlari dari lantai tiga untuk kelantai satu.

Ditatapnya wajah tak berdosa itu, tangannya yang bergetar mengusap pipi Kirana lembut. Rasa sesak menyergap Nicholas begitu melihat keadaan sang pujaan hati.

Dengan sekuat tenaga dia mencoba menahan air matanya yang siap untuk tumpah. Tapi rasa takut kehilangan Kirana lebih besar dari rasa gengsinya. Berakhirlah Nicholas menangis dalam diam, menggenggam erat tangan Kirana yang begitu dingin.

Bella dan Samudra terkejut melihat bahu Nicholas yang bergetar. Kedua remaja itu menduga jika Nicholas saat ini sedang menangis, dan mereka berjalan pergi menjauh untuk memberikan ruang untuk Kirana dan Nicholas.

Nicholas duduk di kursi yang Bella duduki tadi. Tangannya menciumi tangan Kirana beberapa kali. Lidahnya kelu tak bisa berkata apa-apa. Yang ia inginkan hanya kesadaran Kirana!

Diluar UKS, Bella, Samudra, Juna, dan Ronald sedang duduk berjejer di bangku yang disediakan. Mereka semua diam dan menahan napas saat suara Isak tangis Nicholas yang pertama kali mereka dengan menyapa pendengaran.

Ronald menghela gusar, dia sudah tidak tahan dengan situasi seperti ini. "Bel?"

"Apa?"

"Coba ceritain kronologi nya gimana?"

Bella diam sesaat, dia menarik napas perlahan lalu mulai bercerita. "Tadi, waktu gue udah selesai ambil nilai renang gue langsung pergi karena ada urusan sama temen gue, tapi gue udah ijin kok sama Kirana, dan dia cuma ngangguk." Bella menjeda, menatap wajah Juna dan Ronald yang serius menyimak.

"Terus, setelah urusan gue selesai gue balik ke kelas tapi gak ada Kirana nya. Gue tanya temen sekelas juga gak ada yang tahu. Gue panik dong, gue mau tanya Nicholas tapi kelas kalian lagi ada pelajaran jadi gue urung. Gue cari dikantin juga gak ada. Perasaan gue udah gak enak, perpus dan taman belakang bahkan roof top juga gak ada. Terus entah kenapa kaki gue mengarah ke gedung kolam renang. Gue teriak-teriak manggil Kirana tapi gak ada sahutan. Dan saat gue di pinggir kolam, gue ngeliat ada cewek yang ngapung gitu. Gue merinding, gue pikir setan. Tapi gue ngeliat yang ngapung itu mirip sama baju renang Kirana." Bella kembali menjeda, dia menelan ludah.

"Gue langsung nyebur buat tolongin Kirana tapi kesusahan karena badan Kirana lebih gede dari gue. Akhirnya gue taruh Kirana di pinggiran kolam, gue keluar dari bantuan dan tepat saat itu ada Samudra. Gue seret Samudra ke dalam gedung lagi. Terus langsung gua suruh Samudra gendong Kirana yang pingsan. Dan berakhirlah di sini." Bella menangis saat menceritakan kejadian itu.

"Gu-- gue emang bego! Gak seharusnya gue tadi ninggalin dia! Gue bodoh! Sahabat gak berguna, hiks!" Bella mencubit tangannya sendiri karena kesal. Air matanya dengan jatuh membasahi rok nya.

Ronald yang berada di samping Bella menenangkan gadis itu. "Ssst, Lo gak bego. Lagian ini semua juga bukan salah Lo! Kita tunggu Kirana siuman dulu baru kita tahu sebenarnya apa yang terjadi."

Juna dan Ronald masih tak menyangka jika kronologi nya begitu mengerikan. Kedua pemuda itu saling pandang lalu membuang muka. Terbesit pertanyaan dibenak mereka semua apa yang menyebabkan Kirana jatuh di kolam.

Suara buku terjatuh terdengar membuat mereka terkejut. Mereka menoleh ke sumber suara dan membulatkan mata.

"Karina!" Kompak mereka semua.

Karina menangis, sedari tadi dia sudah berdiri di sana mendengarkan cerita Bella yang seketika membuatnya sesak.

Dengan perlahan Karina mendekat, wajahnya begitu merah dan menyaratkan kepedihan. Dan mereka semua tahu bagaimana perasaan Karina saat ini.

"Ki-- Kirana dimana?" Mereka kompak menunduk dan membungkam mulut.

"DIMANA?!" Teriak Karina marah, dia benar-benar ingin tahu keadaan sang adik. Dia tahu sekarang kenapa hatinya tiba-tiba begitu sakit dan ingin menangis. Ternyata separuh jiwanya sedang sakit dan kritis.

"Di-- di dalam."

•••

Keheningan lagi-lagi menyelimuti keadaan. Kini Kirana sudah berbaring di atas kasur nya dengan mata tertutup. Kondisinya sudah mulai membaik makanya sudah diperbolehkan pulang. Karena habis minum obat Kirana jadi tidur, efek obat tidur dari obat tersebut.

Di lain sisi, Karina duduk beringsut di sofa malas yang berada di kamar Kirana. Menutup matanya sejenak karena penat.

Dan di lain sisi juga terdapat Nicholas, pemuda dengan rambut acak-acakan itu sedang berdiri di pinggir balkon dengan melamun. Sesak dan sedih bercampur jadi satu dalam hatinya. Teraduk-aduk menjadi satu, membuat kepalanya terasa mau pecah.

"Nich, lebih baik Lo pulang. Ini udah mau malam." Lirih Karina yang sudah berdiri di belakang tubuh Nicholas. Menatap punggung itu sendu.

"Gue akan tetep disini!"

"Tapi--"

"Gue mau nunggu Kirana bangun!" Nicholas berkata tajam secara membalikkan badan, menatap Karina yang semakin membuatnya sesak karena wajahnya yang sangat mirip dengan Kirana.

"Gue gak ngelarang lo untuk berada di dekat, Kirana. Tapi Lo juga harus pulang, ganti baju atau apalah itu, jaga kesehatan Lo, Nich! Gue yakin Kirana gak suka kalau lo serapuh ini." Karina membuang napas perlahan.

Nicholas diam, jujur dia tidak mau pergi dari sini. Tapi, melihat gelagat Karina yang tidak senang dengan kehadirannya membuatnya bimbang.

"Lo.. ngusir gue?"

Karina yang semula menunduk langsung mendongak, menatap Nicholas dengan pandangan tak percaya. "Gue bukannya ngusir!" Karina menjeda, membasahi bibir bawahnya, "ini udah mau malam. Gak baik juga kalau Lo di kamar cewek malam-malam gini."

Nicholas mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia menatap kesal Karina. "Oke!"

Nicholas berjalan melewati Karina lalu berjongkok di samping tubuh Kirana. Mengelus lembut rambut Kirana yang dia sukai. "Sayang... Cepat bangun, ya! Aku gak mau liat kamu sakit. Aku.. aku sakit kalau kamu juga sakit." Nicholas menghentikan suaranya, tenggorokannya terasa tercekat. Matanya juga terasa menghangat.

"I miss you so much!"  Bisik Nicholas di telinga Kirana, mengecup lama kening Kirana lalu mengelus pipi lembut itu.

"Aku pulang dulu, besok aku akan datang lagi dan kamu harus sudah bangun dan sembuh, oke? I love you more!"
Nicholas mengusap sudut matanya yang basah, lalu melangkah pergi menuju pintu kamar.

Karina mengusap pipinya yang basah. Rasanya begitu sesak! Pikirnya. Gadis itu menutup pintu balkon lalu berjalan memandang Kirana.

Air matanya menetes dengan deras. "Maaf.. maaf..." Karina berjalan pergi dari kamar Kirana menuju kamarnya.

.
.
.

Jangan lupa Vote dan coment, aku suka baca komentar kalian loh, :'D

Iamfrozenn

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang