Chapt-- 59• Ternyata,

954 32 0
                                    

Samudra, cowok pemilik mata hitam itu menatap sosok di hadapannya dengan iba. Samudra memiringkan kepala, memindai wajah itu dengan teliti dan bibir terkatup.

Alis tebalnya, mata yang menurutnya indah itu tertutup dan terlihat jelas ada kantung mata di kedua matanya, pipi yang semakin tirus, wajah yang begitu pucat, dan kedua tangan lembut itu terbungkus oleh perban, dan salah satu tangan itu terinfus.

Mengenaskan,

Samudra menghela, lalu menyentuh wajah yang tertidur tenang itu dengan perlahan. Napasnya juga terlihat teratur dibanding tadi yang terputus-putus.

Karina...

Ingatan Samudra kembali melayang pada kejadian tadi. Ia menjauhkan tangannya, lalu ia menyenderkan punggungnya dan menatap langit-langit rumah sakit.

Flashback on.

Tadi pagi Samudra memang berniat untuk melihat kondisi Karina. Ia hanya memastikan apa gadis itu baik-baik saja. Karena semalam ia mengantarkannya pulang.

Saat Samudra tiba, rumah itu begitu sepi. Ia berpikir mungkin kedua gadis kembar itu sudah berangkat. Jadi ia memutuskan untuk segera pergi.

Baru saja ia menyalakan mesin mobilnya tiba-tiba sebuah taksi melintas dan gadis yang ia tunggu masuk kedalam taksi itu.

Awalnya ia bingung itu Karina atau Kirana, tapi melihat postur tubuh dan rambut itu membuat ia paham jika itu Karina.

Dahi samudra menyengrit bingung saat melihat Karina yang memakai pakaian bebas dan bukan seragam sekolah sama seperti dirinya.

Ia melajukan mobilnya pelan, membuntuti kemana perginya gadis itu.

Taksi berhenti, Samudra melihat Karina yang berjalan masuk menuju sebuah toko bunga dan kembali masuk ke dalam taksi dengan memeluk sebuket bunga, dan taksi kembali melaju pergi.

Samudra menebak-nebak untuk apa bunga itu. Tapi ia tidak bisa menemukan jawabannya.

Taksi kembali berhenti, dan saat ia menoleh alangkah terkejutnya saat tau tempat apa itu.

Pemakaman.

Untuk apa dia pergi kesini? Pikir Samudra yang melihat Karina keluar dari taksi dan berjalan menuju makam itu.

Samudra melepas sealbelt lalu mengikuti Karina dari belakang, dengan pelan dan menjaga jarak agar ia tidak ketahuan.

Melihat Karina yang berhenti dan menjatuhkan tubuhnya di samping sebuah makam membuatnya bersembunyi di balik pohon besar terdekat.

Ia mengintip, mengawasi gadis itu yang ternyata menangis. Terlihat dari bahunya yang bergetar hebat.

Samudra mencoba menajamkan pendengarannya dan samar-samar ia mendengar kata, Mama. Otaknya langsung berpikir,

Apa makan itu adalah makam mamanya?

Mama Karina dan Kirana sudah meninggal?

Jadi...

Samudra tertegun sejenak, lantas kembali mengintip dan melihat gadis itu yang sedang terisak lemah membuatnya ingin  berlari menghampiri dan memeluknya. Tapi, apalah daya. Ia hanya orang asing baginya dan bukan siapa-siapa. Bahkan ia tidak dekat dengan Karina. Ia adalah sosok baru yang mulai memasuki dunia Karina.

Hatinya tak tega jika melihat seorang gadis menangis seperti ini.

Lama, akhirnya Samudra melihat Karina bangkit perlahan setelah mencium Nissan itu.

Samudra masih membuntuti Karina hingga mereka sampai di luar area makam. Ia melihat Karina bagaikan mayat hidup. Ia terus berjalan dan memandang punggung yang merosot itu.

Ah, ingin sekali tangannya membantu pundak itu agar kembali tegap, merangkulnya dan memapahnya.

Seketika lamunan Samudra hilang, matanya membola dan langsung berlari secepat kilat, ia menabrak dan memeluk tubuh itu lalu keduanya jatuh terguling di aspal yang keras.

Karina hampir saja tertabrak truk kalau saja Samudra tidak menyelamatkannya.

"LO GILA?" Bentak Samudra dengan jantung yang berdegup kencang. Menatap Karina yang berada di atasnya.

Karina tak menjawab, tapi gadis itu menangis.

"Kalau mau mati gak gini caranya!" Bentak nya kembali karena emosinya tak bisa terkendali. Semua begitu... Kacau!

Karina mencoba bangkit namun ia tak mampu, tubuhnya lemas dan tak berdaya. Ia menjatuhkan kepalanya pada pundak Samudra, memeluk cowok itu erat seakan mencari perlindungan yang selama ini tidak ia dapatkan.

Samudra menghela dan menetralkan napasnya. Ia mengerjab beberapa kali lalu mengelus punggung itu.

"Kenapa? Kenapa lo nyelametin gue? Seharusnya lo gak usah nyelametin gue biar gue mati!" Gumam Karina di lekuk leher samudra. Hidungnya mencium aroma Samudra yang menenangkan, membuatnya sedikit merasa tenang.

"Karina, jangan gila! Ngapain juga Lo mau mati, hah?"

"Gak ada gunanya juga gue hidup! Gue benci sama lo karena Lo udah bikin gue gagal mati!"

Samudra melotot, tak habis pikir dengan gadis ini. Baru saja ia akan membalas perkataan gadis itu tiba-tiba warga datang dan membantu mereka berdiri.

Karina hendak pergi tapi di cegah samudra, dengan tegas ia menyuruh Karina supaya mengikutinya menuju mobil tapi gadis itu keras kepala. Melihat Karina yang akan tersungkur, dengan cepat ia menangkap tubuh itu lalu menggendongnya dan membawanya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh. Menghiraukan rasa nyeri karena luka-luka kecil akibat goresan aspal yang tidak rata dan batu-batu kecil.

Karina hanya diam dan pasrah karena ia sudah tidak mempunyai tenaga. Ia jadi ingat terkahir ia makan adalah bersama seseorang yang sedang menggendongnya ini.

"Kita harus ke rumah sakit!" Tegas Samudra setelah memasangkan sabuk pengaman untuk Karina. Gadis itu terkulai lemah dan Samudra kembali dikejutkan dengan beberapa tubuh Karina yang mengeluarkan darah cukup banyak.

"Gak, gue gak ma-- mau ke sa- na.." tolaknya terbata dengan kesadaran yang hampir hilang.

"Harus! Kita harus kesana karena keadaan Lo sangat tidak baik-baik saja!"

Karina melirik Samudra, cowok itu juga sedang menatapnya dengan tampang khawatir. Napasnya terlihat memburu.

"Jangan keras kepala! Diam dan turuti saja omongan gue!"

Karina menelan salivanya, ia sudah tidak kuat. Ia menyentuh bahu Samudra hingga cowok itu menoleh. Karina membuka mulutnya dan berkata dengan susah payah.

"Fine! Ta-- tapi, jangan kasih tau siapapun termasuk, Ki-- Kirana!"

Dan setelah itu semuanya menggelap, Karina pingsan dan Samudra yang cemas segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan juga degup jantungnya yang menggila.

Flashback of..

Dan disinilah mereka berada, di dalam rumah sakit. Dan sesuai permintaan Karina ia tidak memberi tahu siapapun.

Samudra menyentuh sudut bibirnya yang sobek akibat terkena batu kecil. Lalu ia melihat celananya yang juga robek. Ia menghela napas dengan berat, lalu mengeluarkan ponselnya. Mengetikkan sesuatu lalu menyimpannya dan mencoba menutup mata karena lelah. Ia berharap jika ia bangun pemandangan pertama yang ia lihat adalah gadis itu terbangun.

Semoga saja...

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang