Pesta selesai larut malam, dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu dinihari. Semuanya kebanyakan sudah kembali ke barak dan rumah masing-masing, beberapa masih ditempat atau bantu beres-beres sembari ngobrol ringan dan ada juga yang sudah molor alias tumbang ditempat setelah kebanyakan minum sake.
Kira yang sejak tadi hanya banyak minum kopi dan beberapa gelas air putih, tak lupa juga ia memakan beberapa makanan yang tidak terlalu berat untuk mengisi perutnya agar tak kosong selama acara berlangsung. Hal itu juga mencegah dia kelaparan tengah malam, kan nggak lucu.
Anggota timnya yang lain juga sudah kembali ketempat masing-masing dan tinggallah dirinya seorang dimeja tempat ia duduk sejak tadi setelah membantu sedikit membereskan semua sampah dan piring kotor yang berserakan. Dan juga mengelap meja yang kotor akibat tumpahan makanan kering dan berkuah, begitupun juga bekas minuman yang keleceran akibat tumpah dari gelas karena ulah hiruk pikuk semuanya.
Jadi pihak yang membersihkan aula pesta juga merasa terbantu dengan tenaga yang ia berikan saat ini biarpun tidak seberapa baginya karena Kira sendiri kebiasaan beres-beres dan bersih-bersih sejak kecil, baik itu karena ulah dan bekas dirinya sendiri, maupun bekas orang lain disekitarnya seperti keadaan saat ini. Namun bagi yang lain, mereka benar-benar terasa terbantu dengan adanya Kira.
Gadis ini tidak bisa istirahat dengan cepat itupun juga akibat karena efek kopi yang ia minum juga kebanyakan sejak acara dimulai hingga selesai beberapa saat yang lalu, jadi dirinya sedikit susah tidur biarpun sudah mulai menguap, terhitung sekitar empat kali sejak jam sebelas tadi.
Levi yang awalnya sudah beranjak dari tempat duduknya lebih dulu sejak satu jam yang lalu ketimbang anggotanya pun kembali lagi ke aula karena dipanggil oleh sesama pimpinan tiap regu pasukan karena jika tidak bisa tidur, lebih baik berkumpul dan ngobrol santai, atau membahas rencana selanjutnya agar kedepannya mereka bisa siaga dengan cepat dan melaksanakan rencana yang sudah tersedia sejak jauh hari.
Begitu duduk, pandangannya mengedar ke sekeliling karena ingin memastikan jika semua anggota Pasukan Pengintai sudah kembali ke tempat istirahat masing-masing (alias rumah, bukan kuburan), namun pandangannya langsung seketika terhenti ke satu sosok yang masih setia menggunakan topi hitam dan saat ini sedang membaca buku disalah satu meja ditemani secangkir teh hangat setelah pandangannya selesai mengedar kesekeliling mereka.
Erwin yang melihat dan menyadari jika Levi sedang memandang Kira ditempatnya pun mendekati lalu menunduk sedikit didekat telinga orang kepercayaannya itu dan berbicara sedikit pelan padanya.
"Gadis itu sudah menyendiri sejak beberapa menit lalu dengan buku ditangannya setelah membantu yang lain untuk beres-beres aula. Dia seharusnya sudah pulang ke barak dan istirahat agar tidak kelelahan dan kurang istirahat setelah kerjaannya barusan sehabis perayaan. Kau mau memberitahunya agar pulang dan istirahat?" pinta Erwin, beberapa orang didekat mereka masih mendengar perintah itu, dan Levi yang diperintah pun mengangguk patuh lalu tegak dari kursinya dan berjalan menuju Kira.
Pandangan gadis itu yang awalnya masih berfokus kepada buku yang ada di dalam genggamannya ini kemudian teralihkan kearah Levi yang sudah berdiri bahkan langsung duduk disampingnya sebelum menegur Kira.
"Kapten?" tegurnya pelan.
Penasaran.
"Kenapa belum kembali ke barak? Ini sudah larut malam, hampir jam satu dini hari." tanya Levi.
Gadis itu tersenyum.
"Belum bisa istirahat. Lagian besok juga hari santai, tenang saja."
Mendengar itu, Levi menatap Kira yang sudah kembali melanjutkan bacaannya.
"Kau bisa memprediksi masa depan juga ternyata, ya?"
Kira mengangguk, menandakan jawaban ya.
"Seperti yang Kapten tau."
Levi menghela nafas sejenak sembari memejamkan mata sesaat.
"Kembalilah, istirahat yang cukup biarpun besok bisa istirahat sampai siang. Setidaknya jangan sampai sakit, kalau kau sakit siapa yang urus?"
Mendengar itu, Kira hanya tersenyum dengan kelakuan sang kapten, lagi.
"Baiklah, aku kembali sekarang."
Tingkah dan sikap penurut Kira membuat Levi menoleh dan mendapati gadis itu sudah berdiri dari tempat duduknya setelah menghabiskan teh yang masih tersisa dicangkirnya barusan.
Dan tatapan gadis itu menatap tepat kearah manik matanya, dan tatapan Kira lembut, membuat Levi merasa jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga begitu melihat tatapan serta senyuman gadis itu.
"Selamat istirahat, Kapten Levi."
Levi tersenyum hangat biarpun kedua alisnya masih sedikit menyatu, menyembunyikan perasaannya yang saat ini sudah tidak karuan.
"Selamat istirahat, Alkira."
Kira mengangguk, kemudian berjalan meninggalkan Levi yang baru saja berdiri dari duduknya. Namun baru langkah ke sepuluh, Levi memanggilnya.
"Kira."
Mendengar namanya dipanggil, Kira menoleh kearah Levi yang sudah berdiri dengan kalem seperti biasanya dan ia mendapati ekspresi lelaki itu sedikit merona, entah kenapa. Kira masih belum bisa memahami sifat dan kepribadian sang kapten karena lelaki itu termasuk abstrak untuk dipahami, naik turun kayak cewek lagi PMS.
Biarpun keseringan sikap yang ditunjukkan itu adalah sifat dingin dan cueknya.
"Jika diluar misi dan tidak ada yang lain, atau dalam keadaan seperti ini, bisa dibilang sedang berdiri berdua begini tanpa ada yang lain di dekat kita, panggil Levi saja. Sudah cukup."
Permintaan itu membuat Kira hanya mampu menatap Levi dalam diam dan cengonya sekarang, ia sendiri terkejut karena sepengetahuan Kira, sang kapten itu dingin, tak pandai bergaul, pendiam dibalik sikap bijaksana, tegas dan disiplinnya. Itulah yang ia dengar dari rekan timnya yang lain.
Makanya sedikit terdengar aneh biarpun kehendak itu memang naluriah untuk setiap orang.
"Ini permintaan pribadi, dan kumohon tolong dirahasiakan dari yang lain. Mungkin teerdengar aneh, tapi permintaan ini hanya kau yang tau." lanjutnya.
Selang beberapa detik, Kira mengangguk, mengiyakan permintaan sang kapten, entah kenapa ia mendadak tertawa halus melihat Levi menggaruk sedikit pipinya yang tak gatal sembari membuang tatapan serta wajahnya kearah lain, dan rona malu juga muncul dikedua pipinya setelah ia mengatakan jika dirinya ingin dipanggil nama saja tanpa embel-embel kapten kepada Kira, dan itu adalah permintaan pribadinya.
"Baiklah, Levi. Selamat malam, jangan lupa istirahat juga, ya." ucapnya setelah menghentikan tawa, namun semburat senyum serta sedikit rona dikedua pipinya masih tidak hilang.
Levi membalas ucapan Kira dengan senyuman, senyuman yang sangat hangat dibalik wajah tenangnya saat ini.
"Selamat malam, Alkira. Iya, setelah diskusi aku langsung istirahat, tenang saja."
Kira mengangguk, kemudian kembali memutar tubuh dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda barusan kembali menuju barak meninggalkan aula, meninggalkan Levi yang masih mematung ditempatnya sesaat sebelum kembali ke meja diskusi.
Lelaki itu berusaha keras menenangkan dirinya saat ini karena detak jantungnya berdetak tidak karuan, wajahnya memerah padam dibalik telapak tangan yang tengah menyembunyikan setengah dari wajahnya saat ini.
Dia malu setelah menyadari kelakuannya barusan.
Disisi lain, Kira yang sedang berjalan menuju tempat istirahatnya pun juga merasakan hal yang sama seperti sang kapten, karena orang seperti Levi yang sikapnya demikian, dia juga lelaki yang macho dan cakep sesuai rumor yang ada. Dan tiba-tiba lelaki yang sudah berusia kepala tiga itu bertingkah berbalik 180° kepada dirinya dihari perayaan atas pelantikannya.
Sudah meminta secara pribadi, sampai memohon pula, nada saat berbicara pun halus sekali, mencicit gitu lah istilahnya ya, mana nggak lucu dan buat hati kesambet kalo ketemu momen langka begitu dari sosok Levi Ackerman.
Siapa yang nggak klepek-klepek mendadak coba kalo ketemu orang begitu?
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]
Fanfiction"Hei, aku mencintaimu." Tiga kata, penuh makna. Muncul dari mulut lelaki dingin bak es di kutub utara itu begitu saja. Siapa lagi kalau bukan Levi Ackerman yang terkenal galak tapi pendiam, sekali ngomong juga irit, dingin, terkadang sikapnya menyeb...