Dua Puluh Empat

594 62 9
                                    

Semua orang memandang Levi heran karena ia merangkul Kira, yaaahhh ... Mereka sih nggak mikir macam-macam, namanya juga melindungi bawahannya, apa lagi sedang dikejar-kejar oleh orang sinting seperti lelaki yang ada dihadapan mereka saat ini, ya wajarlah mereka terpaksa bertindak begitu biar Kira tidak di ganggu-ganggu lagi.

*walaupun sebenernya bukan terpaksa plus pura-pura loohhh para saksi, itu beneraaaan.

Dan jujur saja, mana pernah sosok Levi Ackerman melakukan hal begitu kepada bawahan sekaligus rekan wanitanya, tapi kalau udah begini sih masih lain ceritanya ya. Mereka tau, segalak apapun Levi, dia tetap peduli sama orang lain. Apalagi kalau udah ketemu sama bajingan seperti orang yang ada dihadapannya sekarang.

Regil menatap keduanya penuh amarah, Kira yang diperlakukan demikian juga terima-terima saja, toh dia juga sudah sayang sama lelaki yang usianya terpaut hampir dua kali lipat dari umurnya itu. Biarpun hubungan keduanya belum diresmikan, ia juga berharap kejadian saat ini terjadi agar Regil berhenti mengejarnya.

"Regil, kusarankan kau berhenti mengejarku. Aku tidak akan pernah melayanimu, bahkan membiarkanmu untuk menyentuh diriku seperti dulu lagi saja, kau takkan bisa, dan aku pun tak akan membiarkannya. Jangan mimpi."

Ucapan itu meluncur dari mulut Kira, dia sadar jika ia harus berani melawan rasa traumanya sendiri. Dia dulu hanya anak remaja labil dalam perihal pasangan karena waktu itu ia sendiri di jodohkan dan tak bisa menolak, namun tidak untuk sekarang.

Regil baru saja membuka mulut, namun seperti biasa, Levi menjejalkan sepatunya ke mulut Regil sebelum lelaki itu mengeluarkan sepatah kata dari mulut kotornya, semua orang kebetulan dibubarkan oleh para pasukan regu Pasukan Pengintai yang lainnya, kebetulan beberapa dari mereka ada di lokasi dan melihat kejadian itu.

Tanpa aba-aba, mereka menjauhkan kerumunan yang melihat keduanya sedang mengurus Regil saat ini. Kerumunan yang tak bisa melihat tindakan itu penasaran apa yang dilakukan Levi saat ini namun mereka tak bisa melihat dengan jelas karena tak diizinkan untuk melihat lebih dekat seperti tadi.

"Kapten, kakimu. Jangan kebiasaan. Nanti orang salah paham." tegur Kira, membuatnya menarik kakinya dengan terpaksa. Biarpun yang dikatakan Kira memang benar.

Gadis itu melepas rangkulannya lalu berjalan mendekati Regil, lalu menekuk kedua lututnya dan berjongkok dihadapan Regil yang menatapnya sedikit cemas, kenapa?

Mata gadis itu nyalang, kilatan marah terpampang jelas di kedua manik matanya, membuat Regil merasa tubuhnya bergetar dengan kencang melihat Kira menatapnya demikian.

Kira bergerak lalu megambil ancang-ancang, mengangkat tangan kanannya karena hanya tangan kanannya yang tak terluka parah alias hanya lecet-lecet, menggenggam erat lalu menarik lengannya ke belakang, kemudian melayangkan tinjuan kencang ke boks kosong yang ada dibelakang Regil, membuatnya seketika menjerit karena benda itu langsung pecah dan berserakan kemana-mana.

Kepalan tangannya yang tak lecet sama sekali setelah meninju boks kemudian melayang ke sisi lain, membuat Regil kembali menjerit ketakutan setelah Kira melakukan tinjuan yang kedua kalinya. Semua orang yang bisa melihat Kira melayangkan tinjuannya itu hanya bersiul kagum, karena gadis itu marah tanpa harus melukai lawannya.

"Enyah dari hadapanku, jangan pernah tampakkan batang hidungmu lagi di hadapanku apapun bentuknya, atau aku akan merusak reputasimu dalam sekejap dengan semua bukti yang ada padaku. Kau kira aku siapa, hm?" tanya Kira setelah ia berdiri membersihkan debu serta serpihan yang ada di tangan kanannya.

Regil nyengir busuk.

"Karena kau adalah pelacur ber---"

Brak!

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang