Tiga Puluh Enam

442 49 5
                                    

Semua orang terdekat sudah hadir di gereja sesuai dengan undangan yang telah disebar, Kira yang berada diruang tunggu pengantin setelah mengenakan gaun putihnya, tak lupa make up yang pas dengan mukanya pun membuatnya terlihat cantik hari ini. Bahkan rambut birunya pun yang disanggul dan di model dengan cantik pun memperindah penampilan gadis sembilan belas tahun tersebut.

Ia merasa sedikit gelisah dan gugup.

Kenapa?

Ia harus meninggalkan keluarganya lagi, karena begitu ia sudah sah dengan Levi, nama keluarganya bukan lagi Amalie, tapi Ackerman. Dan ia bukan dibawah naungan keluarganya lagi, tapi dibawah naungan Levi yang menjadi kepala keluarga di keluarga kecilnya.

Biarpun begitu, Levi sudah pasti tetap menjaga hubungan Kira dengan keluarganya dengan baik. Karena tanpa adanya kedua orang tua Kira, gadis itu tak akan ada didunia ini, bahkan tanpa keduanya, Levi tak akan menemukan gadis yang baik seperti dirinya.

Mulut yang asal sambar, suka nggak mau ngefilter omongan, kelakuan suka jedar jeder kesana kemari, tapi dia adalah sosok yang sangat baik baginya. Dia memang suka terlihat konyol terkadang disaat suasana sedang genting seperti mantan tunangan yang masih saja menghantuinya kemarin itu, lagi begitu tapi masih saja.

Levi yang sudah mengenakan satu stel tuxedo putih sembari menunggu di atas altar pun benar-benar membuatnya terlihat lain hari ini. Ya jelas lah, siapa sih yang nggak bakal ganteng dan uwaw dihari pernikahan, apalagi orangnya si Levi. Uuughhhhh, gakuku ganana lah pokoknya. Udah macho, sikap dingin tapi cool abis, awet muda. Uuuuhhhh.

Pintu ruang tunggu terbuka, Kira membuka matanya dan menoleh ke arah Rone, sang ayah tersenyum sembari menahan tangisan harunya karena ia harus melepas kembali putri kesayangannya setelah sekian lama tak jumpa. Kira terkekeh. Ia juga ingin menangis, namun mengingat dirinya selalu tegar selama ini, ia mengurungkan niat tersebut.

Karena Kira yang dikenal itu selalu kuat dan tak pernah pantang menyerah.

"Ayo, Nak. Kita ke altar. Levi-kun sudah menunggu."

Gadis itu mengangguk dan berdiri, kemudian menggandeng lengan sang ayah setelah ia berdiri disampingnya.

"Ayah nyesel nggak, ngizinin aku nikah? Padahal perjalanan aku masih panjang, kita baru ketemu lagi." ujarnya.

Rone menggeleng.

"Tuhan punya takdir yang sudah ia atur untuk kita, Nak. Ayah dan Ibu selaku orang tua, hanya bisa memberikan yang terbaik atas semua keputusan kamu karena kamu juga punya hak untuk menentukan kehidupanmu sendiri sejak kami tak pernah ada didekatmu sedari kecil. Kamu juga anak yang sangat dewasa, Sayang. Apapun yang terjadi sekarang, serta kedepannya, itu semua adalah rencana Tuhan. Dan pernikahan kamu hari ini, adalah rencana serta kado terindah dari-Nya. Tepat di hari pernikahan kami yang ke dua puluh. Terima kasih Nak, sudah hadir di hidup kami sebagai bidadari kecil kami."

Kira mengangguk terharu mendengar ucapan sang ayah, ia tersadar jika sikap dewasanya ini menurun dari ayahnya, dan sikap blak-blakan serta omongan yang tak bisa difilter itu dari ibunya. Wajar dong, dia anak sulung, anak pertama, jadi punya perpaduan keduanya. Kecuali adik kembarnya, yang memiliki sifat salah satu dari keduanya masing-masing dari mereka.

Sesampainya didepan gereja sebelum masuk, Kira kembali menghela nafasnya, menoleh lagi ke arah Rone.

"Sesedih itu mukamu, Ayah." kekehnya.

"Sedih tau!" cibir lelaki itu.

Sang pastor yang memandu deretan acara pernikahan pun kemudian memanggil Kira, gadis itu berjalan masuk dengan anggun, semua orang menetapnya lekat seakan ia seperti sosok bidadari, gaun putih, rambut biru yang indah, make up natural yang sangat manis, dan juga kulitnya yang putih bersih pun memang membuatnya terlihat semakin berbeda.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang