Empat Belas

947 109 13
                                    

Kira yang tergesa-gesa menyusul yang lainnya pun melihat jika mereka sudah kewalahan sejauh ini, beberapa ada yang terluka namun masih bisa bergerak karena mereka berhasil menghindari lemparan pecahan serta bongkahan batu dengan ukuran yang bervariasi akibat ulah si Titan Ape.

Namun tetap saja, luka itu membuat pergerakan mereka mulai melambat dan tak se efisien sebelum mereka terluka. Ia berdecak sebal dan mulai memulihkan semuanya tanpa mereka sadari melalui dinding perlindungan tipis disekujur tubuh mereka yang sudah Kira aktifkan saat ini, jika dirinya mengundur lebih lama lagi akibat menyiksa Bertolt terlebih dahulu tadi dan tak menyadari keadaan mereka sekarang bagaimana, mungkin keadaannya tidak akan sama seperti sekarang.

Bisa dibilang yaa ... Anggap hampir sebagian dari total anggota regu saat ini sudah tewas.

Dia melihat Levi dan Mikasa berada di posisi paling depan, diikuti Eren dibelakang keduanya, yang lain? Masih menjaga jarak aman karena mereka tak mau ambil resiko dari pada nantinya jadi beban.

Mereka siap mati, tapi mereka tetap harus waspada dan mereka juga masih sayang nyawa, masih banyak dosa yang harus ditebus biarpun begitu, salah nggak salah. Kebetulan Levi sendiri tadi juga memerintahkan yang lain untuk bersiaga di belakang, siapa tau ketika ia, Mikasa dan Eren berhasil membuka celah terhadap Titan tersebut, mereka bisa memberi bantuan biarpun tak seberapa.

Beberapa diantara mereka menyadari kedatangan Kira dan bersorak, Kira semakin mempercepat laju kecepatan lontaran manuevernya dan ia melesat dengan cepat melewati kerumunan layaknya anak panah.

Dan sekarang, dia sudah berada didekat Levi yang baru saja mendarat disalah satu atap bangunan.

"Maaf aku telat, kelamaan nyiksa Bertolt dikit tadi." ujarnya sembari meminta maaf.

Levi menatapnya. Tak ada kilatan kemarahan diwajahnya.

"Gak sampai lima menit juga, paling semenit doang. Gimana? Bocah sialan itu?"

"Pingsan, lukanya lebih parah dari Reiner sih aku buat. Soalnya sempet mikir takut nggak mempan gegara bentuk wujud raksasanya. Untung nggak mati, jadi bisa di kasih efek jera begitu sadar."

Matanya menatap manik mata Levi.

"Kenapa?"

"Topimu kenapa masih dipake?"

Kira mengernyitkan dahi, tak memahami apa maksud Levi.

"Ha? Apa hubungannya?"

"Ku dengar dari Erwin, katanya rambut keluarga Amalie berwarna merah, masa iya?"

Pertanyaan bodoh itu mendadak terlontar dari mulut sang kapten dan membuatnya hanya mampu menatap Levi cengo sembari menahan tawanya yang nyaris saja nyembur keluar, lebih parahnya lagi, Erwin malah ngibul soal warna rambutnya, orang warna biru malah dibilang merah!

Lu kate tomat!?

Lu kate gua keturunan cabe-cabean makanya rambut gua ikutan warna merah!?

Mikir oncom!

Dari sana Kira mendadak tersadar, jika kebanyakan pasukan regu ternyata tak tau jika keturunan Amalie tak terlalu terkenal dikalangan mereka, tapi Erwin sendiri bisa tau soal keluarganya, bahkan dia juga kasih penjelasan jika garis keturunannya itu terkenal di seluruh penjuru dunia, bahkan Reiner dan Bertolt pun juga tau soal garis keturunannya.

Kenapa Levi nggak tau? Jadi bingung dia. Saking keponya, dia mendadak melakukan telepati dengan komandannya itu.

Komandan! Kau bisa dengar aku?

Mendengar suara Kira berdengung di kepalanya, Erwin tersadar jika Kira sedang menggunakan kekuatan telepati padanya.

Ada apa, Kira?

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang