Lima

1.5K 178 8
                                    

Pesta berjalan dengan riuh, Kira merasa jika pesta penyambutannya terasa berlebihan untuk menyambut dirinya seorang, padahal hanya dia sendiri yang di lantik, dan hanya ia seorang pula satu-satunya murid serta calon pasukan baru dari angkatan 105.

Gadis itu berdiri didekat salah satu pilar bangunan dengan mug kopi hangat di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya bertumpu dilipatan tangan kanannya yang sedang memegang gelas minuman hangat tersebut sembari menatap sekelilingnya yang ramai, dan ramainya pun melebihi keadaan pasar tradisional sehari-hari didalam Dinding.

Kehidupan mereka sebenarnya bisa dikatakan tidak beda jauh seperti orang-orang yang tidak berada di area lingkungan Titan seperti diluar Dinding saat ini, sama seperti tempat tinggalnya kemarin sebelum ia memutuskan untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya dan menuju ketempat yang bisa dikatakan keramat bagi semua masyarakat dan juga para pasukan yang tinggal dibalik Dinding yang tinggi dan kokoh ini.

Hanya saja, Dinding tersebut membuat semua kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat dan juga anggota tiap regu di tiga divisi berbeda pun terasa sangat terbatas daripada diluar area perlindungan dari Titan ini.

Apalagi jika Titan datang menyerang dan warga harus terpaksa mengungsi, misal dari Dinding Maria ke Dinding Rose, maka persediaan Dinding yang dijadikan tempat mengungsi itulah akan dijadikan tempat sementara semuanya menetap.

Jadi jatah persediaan makanan yang sudah disimpan dan juga dikumpulkan dengan susah payah agar jika ada kendala ditiap batasan wilayah Dinding berbeda, mereka mampu mengatasi kebutuhan makanan sehari-hari tanpa adanya masalah untuk beberapa waktu sebelum mereka bisa kembali mengontrol dan mengisi stok persediaan mereka.

Dan stok yang seharusnya memberikan suatu keamanan area yang seharusnya atas persediaan bahan pangan ini pun terpaksa digunakan dan dibagikan kepada para pengungsi yang memakan jatah persediaan juga, sehingga persediaan tersebut seketika menipis dan kandas dalam waktu yang tak terduga sama sekali sebelumnya.

Tapi Kira juga tak mau ambil pusing, dia merasa senang bisa melihat ketenangan yang ada selagi tak ada masalah yang muncul untuk sekarang setelah hampir tiga minggu ia tiba di area Dinding waktu itu.

Sebenarnya ia sempat memancing salah satu Titan liar waktu itu secara tidak sengaja ketika ia sedang berlarian menuju Dinding pertama, namun karena berhasil sembunyi di semak-semak yang cukup memadai, ia memutar sedikit badannya setelah berjongkok, kemudian gadis bersurai biru langit itu hanya menggerakkan tangannya dan menggunakan udara yang ada disekeliling untuk menjadi pedang angin tak kasat mata dan langsung memotong tengkuk leher Titan liar tersebut tanpa memakan waktu lama.

Melihat Kira yang berdiri seorang diri sembari menyapa orang-orang yang duduk didekatnya dengan ramah, Levi tak memalingkan pandangannya sedikitpun dari gadis yang menyembunyikan surai birunya dengan rapi dibalik topinya sampai detik ini.

Hanji yang menyadari jika Levi menatap Kira terlalu sering pun hanya berdeham, menyadari sang kapten dari lamunannya lalu menoleh kearah sang wakil kapten.

"Kenapa? Kau sakit?" tanya Levi heran karena dehaman Hanji terdengar aneh, dengan ekspresi datar seperti biasa. Alis bertaut, tak ada senyuman ramah disana. Benar-benar ekspresi menyebalkan jika lelaki itu tak bisa tersenyum walau hanya sebentar saja.

Minimal lima detik aja nggak bisa.

Minta di tabok.

Bikin kesel orang yang nggak tahan sama ekspresinya, tapi malah bikin takut orang lain pas dia mulai marah.

Sebel gak kalo ketemu orang gitu? Pengen marah tapi gak jadi marah gegara si biang kerok yang seharusnya dimarahin udah ngeliatin kita tajem duluan? Muka sama auranya udah gelap-gelap gimana gitu.

Kesel gak? Sebel gak?

Kalo ane iya.

"Kau kenapa melihat Kira-chan terus? Dia juga nggak kemana-mana, masih ditempatnya berdiri dari detik pertama pesta dimulai. Dan nggak bakal bertingkah aneh-aneh tanpa perintah seperti anggota yang lain, apalagi seperti kelakuan Eren." jelasnya setelah bertanya.

Levi hanya diam sembari menatap Hanji, kemudian tatapannya beralih menatap mug minumannya yang berisi kopi hitam tersebut. Tanpa bicara.

"Dasar, kau seperti biasa ya sama sekali tak ada perubahan, tak mau bicara yang tidak penting padahal sedang pesta penyambutan begini untuk anggota baru kita."

"Malas saja. Lagian juga sudah kebiasaanku." ketus Levi.

"Iya, iya." balas Hanji malas, lalu melanjutkan memakan makanannya diatas meja.

Lelaki itu merasa sedikit dongkol dibalik wajah flatnya saat ini, kenapa ia malah tertangkap basah sedang menatap gadis yang tak pernah lepas dari topi hitamnya itu sejak pertama kali mereka bertemu.

Anggota Levi yang lain memang sama sekali tak bisa menebak apa isi kepala lelaki berusia 34 tahun itu, mereka hanya bisa diam sembari melihat jika tatapan Levi tak luput dari sosok Kira, bahkan ia pun sekarang kembali menoleh dan menatap Kira yang sedang asik bercerita dan bercengkerama dengan anggota Pasukan Pengintai yang lainnya.

"Hei, bukannya Kapten Levi agak aneh beberapa hari belakangan ini sejak Kira selesai ujian masuk Pasukan kemarin?" bisik Connie.

Eren menggangguk kuat, sama penasarannya.

"Padahal sama kita nggak pernah seperti itu dari awal. Padahal sudah jalan empat bulan sejak tes masuk kita dulu, dan Kira memang anggota baru bahkan dadakan yang lulus dan menjadi satu-satunya perwakilan di angkatan 105 karena tak ada yang menyalonkan diri lagi selain dia." lanjut Armin.

"Minta bergabung dan menyalonkan diripun juga dadakan kan, begitu dia tertangkap basah pas menyelinap masuk ke markas dan mengintip kesana kemari layaknya pencuri? Wajar saja kalau angkatan 105 cuma dia sendiri." sambung Jean.

"Aku juga penasaran apa yang membuatnya begini. Wajah flat sama kepribadiannya memang susah ditebak sejak awal kita kenal baik Kapten Levi, tapi tatapannya kearah Kira malah keliatan agak mudah ditebak." balas Mikasa.

"Masih agak loh ya, Mikasa. Dan kata-kata 'agak' darimu itu justru terdengar masih meragukan loh. Kita juga belum menemukan bukti pasti soalnya." sambung Eren.

"Atau jangan-jangan Kapten suka sama anggota baru kita?" tebak Sasha setelah selesai mengunyah makanannya.

"Bisa jadi, tapi kita nggak tau juga, Sasha. Kita nggak bisa asal menyimpulkan, kau tau sendiri gimana berabenya urusan kita kalau aneh-aneh mikir kayak gini soal Kapten." tegas Connie.

Mereka diam sejenak setelah merumpikan sang kapten, beberapa anggota yang lain hanya menjadi pendengar yang baik namun masih mengetahui inti pembicaraan mereka ditengah keramaian saat ini, akhirnya helaan nafas pun keluar dari mulut mereka secara serentak, namun tak membuat Levi mengalihkan pandangannya dari arah Kira yang saat ini sedang tersenyum dan tertawa terbahak-bahak dengan yang lainnya.

Seharusnya senyuman dan tawamu itu tujukan padaku saja, gadis cebol ... Batin Levi sembari bertopang dagu setelah meminum kopinya dan kembali menatap si gadis bersurai biru.

Siapa lagi kalau bukan Alkira Amalie.

* * *

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang