Penuturan itu seketika membuat tubuh Levi menegang begitu mendengar semua penjelasan yang keluar dari bibir Kira , gadis itu menahan rasa takutnya sendiri akibat masa lalu yang benar-benar kejam baginya. Semua orang yang ada disana mendengar penuturan itu, bahkan ketika Kira menyebut nama Regil tadi, mereka tau siapa sosok Regil sebenarnya.
Mereka merasa iba dengan Kira yang masih polos saat itu dibalik sikap mandirinya, namanya juga manusia. Tak pernah luput dari kesalahan jika memilih pasangan, apalagi orangnya polos dan masa bodo seperti Kira waktu itu. Orang-orang yang ada disekitar jika berada diposisi Kira, kebanyakan dari mereka pasti akan bertindak serupa seperti dirinya. Gadis itu tetaplah gadis normal pada umumnya karena dia selalu hidup sendiri selama ini sampai hari pertemuannya dengan orang tuanya kemarin.
Kedua tangan Levi terkepal erat, menampakkan urat-urat kasarnya yang mulai bermunculan akibat emosi yang mulai ia tahan mati-matian.
"Lalu?"
Kira kembali menatap Levi sedikit takut sembari membersihkan sedikit darah yang masih mengalir di pipi nya ketika ia menarik sedikit wajah lelaki itu ke dekatnya, Levi tak menyingkirkan tangan mungilnya dan membiarkan si pemilik tangan tetap bergerak membersihkan lukanya yang belum kering biarpun sedikit.
"Aku menerjangnya sampai tersungkur sekuat tenaga yang aku bisa, Levi. Setelah itu aku langsung menghilangkan 90% efek alkohol yang ada didalam diriku semampunya sampai kesadaranku kembali, lalu aku langsung lari keluar ruangan dimana ia menyeretku setelah meminum alkohol itu. Aku langsung melaporkan semuanya, termasuk beberapa saksi yang ternyata baik padaku dan menjadi informan buat kakek dan keluarganya jika ia melakukan hal itu padaku. Regil dulu sudah janji padaku dan masing-masing keluarga kami jika kami akan menikah disaat aku sudah masuk usia delapan belas, dan lelaki itu dilarang menyentuhku sedikitpun kecuali berpegangan tangan. Tidak lebih. Tapi dia melanggar janjinya, seketika pertunangan kami dibatalkan dan dia tidak terima. Mulai dari situ Regil ingin balas dendam padaku sampai sekarang, dan tetap ingin merenggut mahkotaku secara paksa karena waktu itu dia gagal melancarkan aksinya."
Semuanya terperangah, hanya karena anak enam belas tahun tak ingin kesuciannya direnggut sebelum suatu pernikahan yang sah bahkan sampai ia siap untuk memberikannya dengan tulus, lelaki 25 tahun itu malah seperti orang gila.
Levi tak habis pikir kenapa Kira bisa diperlakukan demikian, pandangannya seketika kalut, ia menjauhkan wajahnya dari wajah Kira, lalu memutar tubuh dan mulai berjalan mendekati Regil dengan wajah mulai menggelap, Kira yang hafal jika Levi sudah tersulut emosi itu sangat susah ditahan, Kira tak punya pilihan lain selain memeluk lengan kiri Levi, membuat ia diam seketika. Tak ingin mencelakai Kira sekecil apapun bentuknya biarpun hanya mendorongnya, itu saja saja Levi menyakiti ibunya sendiri.
"Jangan lakukan apapun, ku mohon. Jangan cemarkan nama baikmu disini." pintanya.
"Tapi dia keterlaluan, Kira!"
"Lalu?"
Levi diam.
"Lalu kalau dia keterlaluan, apa dengan kamu membalasnya dengan kekerasan secara fisik, itu akan menyelesaikan semuanya, Levi? Kau mau namamu masuk ke daftar hitam akibat mencelakai pengunjung, apalagi pengunjung ternama seperti dia?"
Hening, tak ada respon, namun Levi mengurungkan niatnya untuk menghajar Regil yang saat ini tengah menatapnya sinis, kemudian lelaki yang baru kena hajar itu menatap marah ke arah Kira.
"Heh! Jalang! Kau belum layani aku waktu itu! Kau harus bayar semuanya sekarang dengan tubuhmu!" pekiknya, membuat semua orang yang ada disekelilingnya naik pitam.
Mereka semuanya sangat hafal dengan adab tingkah laku serta sifat asli dari sosok Kira biarpun ia baru tiba di dalam Dinding sebulan yang lalu dan baru mengenalnya dua minggu belakangan, mereka tau gadis itu gadis baik-baik, bahkan ia juga berasal dari keluarga ternama dan terpandang begitu semua orang yang ada didalam Dinding menyadari nama keluarga yang Kira sandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]
Fanfiction"Hei, aku mencintaimu." Tiga kata, penuh makna. Muncul dari mulut lelaki dingin bak es di kutub utara itu begitu saja. Siapa lagi kalau bukan Levi Ackerman yang terkenal galak tapi pendiam, sekali ngomong juga irit, dingin, terkadang sikapnya menyeb...