Dua Puluh Dua

737 70 4
                                    

Kira dan Levi seketika membatalkan niat kencan mereka dihari pertama sang anggota baru itu keluar dari rumah sakit akibat kelakuan kedua orang tuanya tadi, namun niat itu ternyata urung akibat kelakuan minus Erwin yang ternyata bekerja sama dengan kedua orang tuanya agar ia dan sang kapten tetap melanjutkan kencan mereka hari ini.

Gadis itu mendengus, sebenarnya ia memang tak ingin pergi dalam keadaan masih penuh perban selain gangguan para orang tua bangka tadi, namun apa kata, Levi pun memilih untuk tetap melanjutkan janji dan rencana awal mereka. Membuat Kira hanya bisa menepuk jidat.

Ia mengenakan celana jogger longgar berwarna abu-abu gelap agar semua perban serta lukanya tidak tertekan, begitupun dengan kaos berwarna hitam perpaduan abu-abu diarea pundak sampai ujung lengan baju itu yang panjangnya sampai menyentuh siku, tak lupa handband berwarna hitam serta topi yang dengan setianya tetap menyembunyikan rambut biru Kira. Begitupun dengan sepatu kets berwarna senada dengan pakaian yang ia kenakan saat ini.

Dengan perban yang masih melilit di lengan kiri sampai pergelangan tangan yang saat ini dimasukkan ke saku celana, diikuti dengan beberapa bagian lainnya yang masih dipasang perban termasuk pipi chubbynya itu, membuat dandanannya terkesan tomboy plus anak berandalan akibat seluruh perban yang masih terpasang, namun wajah manisnya tak bisa menyembunyikan ia tetap sosok gadis kecil kesayangan seorang Levi Ackerman.

Tepukan pelan di pundaknya membuat Kira yang awalnya masih melihat-lihat sekitar karena suasana sedang riuh akibat keadaan pasukan Titan yang mulai melemah diakibatkan tiga pemeran utama sudah tumbang karenanya pun menoleh ke arah sumber tepukan dan mendapati Levi berdiri dibelakangnya.

Lelaki itu mengenakan kaos panjangnya berwarna abu-abu pucat dan sepatu serta celana kerja, tak lupa peralatan lainnya yang bisa dibilang mencirikan dengan khas pasukan pengintai, yaah biarpun hanya tali pengait saja yang digunakan. Ia memang tak bisa jauh sedikit saja dengan benda-benda pembasmi Titan itu, dengan alasan 'nanti kalau ada masalah bagaimana?'

Ya kali, Lev. Pergi kencan tapi dandanan begitu?

"Kelakuan, bisa gak sih nggak pake peralatan kerja sehari saja? Apalagi sedang pergi kencan denganku. Payah." cibir Kira kemudian.

"Dan jangan sebutkan alasan yang sama, aku bosen tau dengernya!" potong gadis itu kemudian sembari mengarahkan jari telunjuk kanannya ke arah Levi ketika lelaki itu ingin menjawab ucapannya tadi, namun diurungkannya karena memang itu yang ingin ia ucapkan namun Kira melarangnya.

Lelaki itu menghela nafas.

"Lalu aku harus jawab apa?" tanyanya dingin, seperti biasa.

"Pikir sendirilah." ujar gadis itu sembari menendang kaleng kosong yang tercecer di tengah jalan yang di arahkan ke salah satu tong sampah.

Dan ... Hap!

Tendangannya mendapat jackpot dengan mulus. Kira melompat sedikit dengan girang karena berhasil memasukkan sampah itu dengan jackpot. Levi tersenyum melihat Kira yang senang dan bahagia karena hal sederhana saja, jadi ia merasa tak perlu repot untuk melakukan hal-hal yang menyusahkan buat nya.

"Kira."

"Hm?" balasnya sembari menoleh ke Levi.

"Kau bahagia dengan hal kecil seperti itu?" tanyanya.

"Kenapa tidak? Selagi bisa buat senang, ngapain harus yang serba repot sih? Lagian ya, bahagia tidak perlu serepot dan seribet itu, Levi. Aku selama didesa juga selalu berlarian kesana kemari mengelilingi desa cuma buat negur dan ngobrol sama semua warga yang ada disana. Terkesan buang-buang energi, kan? Bahkan bermain sama anak-anak yang ada disana sambil nyanyi aja udah seneng, kenapa? Mereka ceria terus. Itu alasan kenapa dengan hal kecil dan sederhana aku bisa selalu bahagia, selagi nggak bikin sakit hati. Iya, kan?"

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang