Kira perlahan membuka matanya, pupil matanya yang kabur perlahan mulai fokus dan menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, bau obat-obatan menyeruak di dalam kamar dan menusuk indera penciumannya. Matanya kemudian bergerak ke arah kanan dan mendapati selang cairan infus tergantung disana.
Rumah sakit ...
Badannya ngilu, ia teringat jika hentakan Bertolt kemarin benar-benar menyiksa badannya yang sudah ia lindungi dengan pelindung, namun mengingat fokusnya tengah terbagi, ia justru tak fokus melindungi dirinya sendiri. Dan luka-lukanya masih di balut perban semua saat ini, termasuk tulang tangan kirinya yang juga masih dalam keadaan retak.
Ia memaksakan diri untuk duduk, setelah mendapat posisi yang sempurna sembari menahan semua rasa sakit akibat lukanya, kedua manik matanya mengedar ke seluruh bagian ruangan yang saat ini tengah kosong, mungkin semua nya tak akan menyangka jika ia akan sadar sekarang mengingat kondisinya yang demikian.
Baru begini doang udah babak belur banget ini badan, gimana kalo ada ancaman yang lain yang bakal buat badan lebih bobrok dari ini. Batinnya mengeluh pelan.
Kira membenarkan topi hitam yang ia pakai sampai hari pertarungannya kemarin, dan topi nya sekarang sudah dalam keadaan bersih dan wangi, gadis itu tersenyum karena ia tau siapa yang mencuci topinya dan memasangkannya dengan benar serta rapi ke kepalanya, siapa lagi kalau bukan Erwin. Karena cuma lelaki itu yang benar-benar tau sosok dia sebenarnya.
Ia memegang pipinya yang terpasang perban persegi, baru disentuh sedikit saja sudah langsung perih padahal lukanya tertutup perban, beberapa bagian wajah banyak yang lecet dan masih sedikit nyeri, bagaimana yang lainnya.
Kira menggerakan jari telunjuk kanan dan menyibak selimutnya, ia melihat kakinya juga lecet dan luka dimana-mana, termasuk memar akibat kelakuan sintingnya ketika sibuk menghajar Bertolt kemarin. Padahal celananya masih utuh, dan pertarungan mereka tidak sampai satu menit, tapi siapa sangka dibalik itu kakinya ternyata mengalami kondisi begitu.
"Haah ... Siapa sih yang mau ama cewek penuh luka yang bakal ninggalin bekas begini." ucapnya pelan sembari memejamkan mata setelah memakai kembali selimut. Tapi ia bisa saja menghilangkan bekas lukanya, tapi masih mikir juga gimana. Untuk sekarang ia akan membiarkan semua lukanya sembuh total dengan sendirinya, tidak ingin menguras energi.
Matanya kemudian terbuka karena mendengar suara pintu berderit dan pandangan gadis itu beralih ke arah pintu ruangan yang kini tengah terbuka, dan mendapati sosok Levi yang saat ini terbalut pakaian kerja muncul dari balik pintu ruangannya sembari menenteng beberapa asoi makanan begitupun tas berukuran sedang yang berisikan beberapa baju serta celana gantinya. Tak lupa peralatan mandi karena ia memutuskan untuk menginap mulai malam ini.
Biarpun baju gantinya kebanyakan kaos polos dan juga tak lepas baju kerja karena dia sendiri rajin banget kerja nya pagi ketemu malam, ditambah sehari cuma tidur 3-4 jam. Nggak heran, kan?
Dasar maniak kerja.
Levi melebarkan mata mendapati Kira sudah siuman setelah empat hari tak sadarkan diri, gadis itu nyengir lebar mendapati Levi hanya bisa memasang muka kagetnya karena ia sudah sadar dalam keadaan sedang sendirian di ruang rawatnya.
Semua barang diletakkannya di dekat sofa setelah pintu ruangan tertutup rapat, dan ia melepas lalu menaruh sepatu nya di rak sepatu yang sudah di sediakan, membuat telapak kakinya menyentuh dinginnya lantai ruang rawat, lelaki itu menahan diri agar tidak langsung memeluk dan menumbur Kira yang kondisinya masih babak belur begitu se cemas dan se rindu apapun dia akibat senyuman yang merekah di wajah gadis berbadan kecil itu.
Lelaki itu berjalan mendekati Kira yang masih menatapnya lekat, setelah berdiri tepat disamping ranjang, kedua tangan kekarnya terangkat lalu menarik pelan Kira kedalam pelukannya, membuat Kira hanya bisa menurut pasrah ketika Levi memberikan pelukan penuh kasih sayangnya yang tak dapat ia berikan lagi kepada sosok ibunya yang sudah lama meninggal sebelum Kenny -paman biologis Levi dari sang ibu, yang merupakan kakaknya- menemukannya dulu di kamar bar yang ia tempati berdua dengan almarhum ibunya. Itu sudah lebih dari 25 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]
Fanfiction"Hei, aku mencintaimu." Tiga kata, penuh makna. Muncul dari mulut lelaki dingin bak es di kutub utara itu begitu saja. Siapa lagi kalau bukan Levi Ackerman yang terkenal galak tapi pendiam, sekali ngomong juga irit, dingin, terkadang sikapnya menyeb...