Dua Puluh Sembilan

493 54 3
                                    

Bunyi burung dikala pagi ini membuat Kira terusik dari tidurnya, ia mengerjapkan mata sesaat lalu menggeliat bangun dan menatap jam dinding.

"Jam tujuh pagi ..." ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur, ia beringsut duduk dan menoleh ke arah kanan, mendapati Ken masih tertidur pulas.

Hari ini sesuai rencana mereka sebelumya, Kira membawa Ken ke medan perang. Kebetulan Titan kembali menyerang, entah bagaimana bisa. Padahal kekuatan tiga Titan utama sudah ditangan mereka. Tak lupa, Kira mengalungkan cincin yang akan ia gunakan dihari pernikahannya nanti, karena ia takut benda itu terlepas dari jarinya tanpa ia sadari.

"Ken, bangun, kamu mandi sama pake baju duluan udah disiapin. Kakak mau masak."

Kira membangunkan Ken dengan lembut setelah melipat selimut yang keduanya pakai, bocah itu sedikit terusik dan kembali molor, membuat ia gemas dengan kelakuan adiknya.

"Ken! Kakak mau ke Dinding ini! Kakak nggak bisa ninggalin kamu sendiri! Ada peringatan dari pusat, Ken!"

Mendengar itu, Ken kontan bangun tanpa aba-aba dengan muka bantalnya dan langsung turun dari kasur dengan keadaan sedikit oleng, lalu lari ngibrit kekamar mandi tanpa memperdulikan tatapannya, membuat Kira terpelongo.

"What the heck? Itu bocah ngalor kidul banget anjir. Wah, korban kerjaan Ibu ama Ayah nih pasti selama empat tahun belakangan dari tuh anak baru brojol." ujar Kira pelan.

"Kalo udah siap buruan keruang makan! Kakak juga mau mandi abis kamu selesai ya, Dek!" pekiknya meneriaki Ken yang sedang sibuk dikamar mandi.

"Iyaaa!"

Gadis itu bergerak cepat dan menyiapkan nasi goreng dengan porsi hampir tiga perempat porsi anak-anak untuk Ken, dan ia sendiri memakan roti bakar dan tak lupa meminum susunya karena itu lebih dari cukup. Kenapa? Karena kalau dia kerja dan perutnya terisi penuh, dia jadi lambat bergerak. Dan kemungkinan terbesar juga adiknya akan memuntahkan isi perutnya jika diisi terlalu penuh.

Ken keluar dari kamar dalam keadaan sudah mengenakan kaos dan celana yang sudah Kira sediakan tadi, bocah itu membawa topinya dan topi Kira agar selesai mandi gadis itu bisa memakainya cepat.

"Makan dulu ya. Kakak siap-siap."

"Iya Kakak."

***

Kira berlarian menuju kantor dengan Ken didalam gendongannya saat ini, karena sebentar lagi sudah mau jam apel dan dia terlambat hadir dikarenakan perutnya masih sempat-sempatnya malah melilit dikala ia ingin berangkat dengan adiknya tadi.

"Kakak, gak papa?" tanya Ken khawatir.

"Gak apa, jangan khawatir. Kakak gak bakal dipecat karena gini doang, mereka juga ngerti. Yaaahhh ... Biarpun Levi pasti bakal nyeremin nanti pas marah."

"Kak Lepi?"

"Hm."

Gadis itu melirik adiknya sesaat.

"Inget pesan Kakak ya, di area markas dan kantor jangan panggil Levi pake embel-embel 'kak'. Tapi?"

"Kapten. Lepi-hecho." tukasnya, membuat Kira terkekeh.

Setibanya di area lapangan markas, dugaan Kira benar saja, ia tiba dalam keadaan sudah mulai apel, gadis itu menghentikan langkah dan hanya bisa menelan ludah sembari mengelap keringatnya yang mengalir dengan bagian lengan seragamnya setelah mengatur nafas. Ia berdiri jauh dari barisan agar semua orang tidak menoleh padanya ketika ia menyelinap kedalam barisan, ditambah tak mungkin juga ia memotong jatah waktu ceramah dari yang seharusnya dikarenakan ia datang terlambat.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang