Empat Puluh Empat

439 32 3
                                    

"Jadi ... Kau sudah menikah? Dengan Levi!? Dan juga, keluargamu masih ada!?" pekik Youma kemudian setelah Kira membenarkan kaca dengan semua serpihan yang ada disekitar meja tadi kembali menjadi semula seperti sedia kala akibat ulah kakaknya yang bijak tapi terkadang menyebalkan dengan sangat itu.

Ia menghela nafas.

"Iya udah nikah sama Levi tiga bulan lalu, ternyata Ayah sama Ibu dulu mati suri beberapa saat pas udah diumumin meninggal dunia di siaran publik, eh ternyata masih ada cuma ya itu. Hilang dari peredaran biar nggak bikin gencar kalo mereka masih hidup, sama nggak mau dibuat susah sama orang-orang balik Dinding. Luar Dinding aja kita udah kocar kacir, apalagi ini, yang di urus begituan. Tau sendiri."

Penjelasan singkat Kira itu memang masuk akal, dan Youma mengangguk paham.

"Jadi, kita punya banyak adek dong?" tanyanya lagi, langsung dibalas anggukan riang oleh Kira.

"Hm! Dari lima adik lelaki, adikku ada yang kembar, umurnya sepuluh tahun, yang paling kecil masih empat tahun. Kapan-kapan kita ketemu ama mereka ya! Mau kamu?"

"Tentu saja!"

Sembari ngobrol, Erwin melirik ke arah Levi yang hanya tersenyum simpul karena istri kecilnya sedang riang dengan lepas saat ini tanpa beban pikiran yang akan membuatnya lelah nanti. Sudah pasti itu akan berpengaruh kepada si kembar yang saat ini tengah bersemayam didalam perutnya yang masih datar itu.

Kira menoleh karena merasa ditatap lekat dan menatap manik mata Levi yang masih tak lepas memandanginya. Kemudian seulas senyum yang lembut pun terulas dan tercetak dengan manis di wajahnya, Levi yang diberi senyuman seperti itu mendadak kagok sendiri dan mukanya memerah malu, tapi ia sendiri memang menyukai senyuman Kira yang demikian.

"Udah tua bangka masih aja malu-malu kucing, padahal disenyumin ama bini sendiri barengan ama dua jabang bayi di perutnya." sindir Youma yang menyadari hal itu, sang adik serta Erwin pun terkekeh halus ketika melihat ekspresi Levi yang bersungut tipis namun menatap tajam lelaki blonde yang kelakuannya terkadang benar-benar nyerak itu. Persis Kira.

"Boleh ku bunuh kakakmu?"

"Gitu-gitu dia kakak ipar mu, Levi. Biarpun dia lebih muda darimu sembilan tahun."

"Aku nggak peduli, kakak kandung juga bukan."

Kira mendengus, kemudian ia menoleh lagi ke arah Youma.

"Shun apa kabar? Bukannya dia masih sering kontak denganmu ketimbang denganku, Youma?" tanya gadis itu, Youma mengendikkan bahu.

"Bocah itu suka hilang timbul, dominan hilangnya. Jadi percuma nanyain, udah asik sama dunianya sendiri."

Kira memutar kedua bola matanya jengah. Kemudian ia melirik jam tangan dan melihat jika waktu sudah memasuki jam istirahat.

"Kita ke kantin aja yuk! Laper!" ajaknya semangat, kebetulan para bayi yang sedang tumbuh diperutnya itu juga mengkode lapar melalui Kira.

Ketiga lelaki itu hanya bisa menghela nafas sembari tersenyum simpul dengan kelakuan gadis berbadan kecil dan imut itu. Sudah hamil hampir 2,5 bulan saja kelakuannya malah masih seperti itu. Gimana kalau anak-anaknya udah lahir coba nanti?

Mana nggak bakal dibuat pusing Levi ama kelakuan bini plus bayi-bayi montok nan semok yang bakal hadir dirumah mereka sekitar tujuh bulan lagi?

Ampun dah.

***

Malamnya sekitar jam delapan lewat sedikit, Kira yang sedang sibuk ngemil sembari menonton pun merasa diawasi, padahal Levi sedang berada dikamarnya dan Youma pun sudah ngacir entah kemana seorang diri sejak satu jam yang lalu.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang