Dua Puluh Satu

776 74 3
                                    

Sudah seminggu sejak Kira sadar, dan selama itu pula Levi memilih untuk menginap dirumah sakit tanpa sepengetahuan semua anggota regu Pasukan Pengintai (kecuali Erwin, karena dia sendiri ikut menginap dan memastikan Levi tidak macam-macam sebelum SAH).

Selama istirahat, perkembangan kesehatan serta kesembuhan Kira ternyata jauh diatas dugaan. Lukanya sembuh dalam jangka waktu seminggu tanpa dipengaruhi oleh kekuatannya sendiri. Mungkin karena faktor genetika nya yang mampu meregenerasi semua luka tanpa harus digunakan terlebih dahulu kecuali dalam keadaan terdesak.

"Kau langsung pulang, Ra?"

Pertanyaan Levi membuat Kira memutar kan badan, menatap lelaki itu dan Erwin secara bergantian, beberapa bagian tubuh Kira masih terpasang perban, begitupun dengan lengan kirinya yang retak yang saat ini masih dalam masa pemulihan.

Kira sempat protes kenapa perban di area tulangnya yang retak harus tetap dipasang padahal bida sembuh langsung tanpa menunggu lagi, ia sudah gerah, namun mengingat Levi benar-benar membantah segala penolakan yang meluncur dari mulutnya, membuat Kira dengan sangat terpaksa harus membiarkan perban itu tetap melilit ditangannya, begitupun dengan sedikit luka yang belum sembuh. Dan ia berencana melepas perban itu ketika ia sudah pulang dan menyembuhkan sisa lukanya.

Menyebalkan. batin Kira dengan bete sembari menyembunyikan wajahnya yang sudah bersungut-sungut.

"Memangnya kenapa?" tanya gadis itu dengan tampang bego nya.

"Rencana menemui orang tuamu setelah keluar dari sini bagaimana? Katanya hari ini?" tanya Erwin, membuat Kira menghela nafas.

"Malas aku, ntar malah pas ketemu eh si nyonya besar langsung drakor-drakoran, mewek-mewek jelek congor bebek, ingus meleleh kemana-mana kek kencing bocor. Ya kali, ogah! Aku bukan emaknya!" tolaknya langsung mentah-mentah tak peduli.

Ia mau saja bertemu, tapi mengingat jika ibu nya itu tukang mewek alias cengeng nggak karuan, plus baperan akut, Kira jadi malas menemui wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Kenapa Kira bisa tau soal sikap Yuura yang menurutnya berlebihan? Karena itu informasi dari Erwin.

Komandannya itu memberitahu ibunya ketika ia sadar, eh tangisannya langsung pecah kek balon raksasa meletus! Alay tau gak sih? Siapa yang nggak risih coba?

Itulah alasan utama kenapa Kira tidak mau bertemu dengan Yuura, wanita itu bikin resek. Keduanya hanya bisa nyengir melihat Kira protes tanpa memfilter omongannya kali ini tanpa memperdulikan wajah manisnya yang jadi lucu ketika mengutarakan perasaan kesalnya, bener-bener anak durhaka emang ya. Brengsek, untung aja ortunya sayang.

"Biarpun begitu dia ibumu, Ra." lanjut Levi.

"Gitu gitu juga calon mertuamu, Kapten. Mau apa? Cuma aku sendiri yang harus nemuin dia? Sama Ayah sekalian? Ayah sih masih enak kalo aku temuin sendiri, masih bisa tenang, kalo Ibu? Pikir! Itu juga mulutnya hobi nggak ke filter! Jadi wajar nurun ke aku! Udah keliatan abis dia mewek-mewek gaje gitu ke Komandan!"

Yaahhh ... Kebetulan Yuura dan Rone yang berdiri lumayan jauh dari ketiganya melihat kelakuan Kira yang mulai kumatnya kalo ngoceh-ngoceh sebel gitu, Rone kemudian terbahak sembari merangkul Yuura yang mulai menahan sesenggukannya karena bahagia bisa melihat anak sulung keduanya sehat sekarang, biarpun luka-luka luarnya belum sembuh.

"Persis kamu banget kelakuannya, Ra. Duplikat, makin sayang ama dia mana udah mandiri gitu dari kecil. Nyesel gak, nggak nemuin dia?" tanya Rone.

"Nyesel ada, tapi liat dia begitu ... Ada perasaan nggak nyesel juga."

"Nyesel nya kita nggak bisa kasih sayang ke dia, ngajarin dia serba serbi keluarga kita yang langka, lihat tumbuh kembang dia sejak kecil, bagaimana keseharian dia selama ini, benarkan?"

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang