Tiga Puluh

524 53 5
                                    

Kira mengenakan peralatan manuevernya, namun sebelum itu, ia menurunkan Ken terlebih dahulu dan melepas gendongannya agar gadis itu bisa memasang manuevernya dengan mudah.

Disaat masih membenarkan posisi alat agar nyaman, Kira merasa tali seragamnya ditarik, membuatnya menoleh ke arah sumber tarikan dan mendapati Ken tengah menatapnya lekat.

"Kakak, gak belat?"

Kira tersenyum, ia kemudian berjongkok didepan adiknya.

"Nggak, memang semuanya bahan besi. Tapi kalo kamu kuat, nggak bakal kerasa beratnya. Mau coba pas gede nanti?" tawar Kira, tentu saja adik lelakinya itu mengangguk semangat.

"Hei, jangan ajarkan yang aneh-aneh."

Teguran dengan suara khas itu membuat keduanya menoleh.

"Levi."

"Kakak!"

Ken berjalan menuju Levi sembari merentangkan kedua tangannya dan disambut oleh tunangannya dengan senang hati, Levi menggendong Ken yang saat ini tengah memeluknya sayang layaknya sayang sosok seorang adik kepada kakaknya, begitupun sebaliknya.

"Kamu yakin mau sambil gendong Ken, Ra?" tanya Levi was-was.

Kira mengangguk.

"Biar kamu bisa fokus dengan rencana kita. Dan juga, aku takut kamu lengah kalau Ken kenapa-kenapa biarpun kamu gendong dia dengan cara yang sama, Levi. Kamu sadar gak sih, kalau sedang bertarung itu caramu bagaimana? Mau ikutan ngeracunin Ken juga sedangkan aku tadi cuma mau nyobain dia alat di waktu yang akan datang tapi kamu protes juga kan, hm?"

Levi tersenyum kecut dan tidak memberikan bantahan, membenarkan ucapan Kira karena gadis itu sangat hafal dengan kebiasaan bertarungnya jika yaaaaa, bisa dibilang sudah beranjak emosi. Untungnya emosinya bisa ia kontrol dengan baik sama seperti dirinya. Kira bisa memahaminya dengan cepat dan tepat ketimbang orang lain.

Lelaki itu menghela nafas sejenak, kemudian mengangkat salah satu tangannya yang bebas dan memeluk Ken lembut dengan sayang, Ken yang dibalas peluk pun merasa senang, dan menyadari jika Levi sedikit cemas jika ia ikut kakaknya bertarung.

"Kak Lepi?" panggilnya lembut tanpa melepas pelukannya.

"Hmm?"

"Kakak takut?"

Ia mendengus.

"Iya, takut kamu kenapa-kenapa, bocah. Tapi selama bertugas, jangan susahkan dan repotkan kakakmu ya? Turuti semua ucapannya. Paham?"

"Hm!"

Setelah selesai mengenakan alat dan gendongannya, Kira tersenyum melihat dan mendengar percakapan singkat keduanya, ia merasa lega karena lelaki itu menjaganya sekarang. Ia tidak sendirian. Bahkan selama ini pun ia memang tidak pernah sendirian karena keluarga kecilnya ternyata bertambah setiap tahunnya.

Kedua orang tuanya turut senang melihatnya dewasa sejak masih usia dini dulu, sampai ia akan menikah diusianya yang belum genap dua puluh pun ia sudah diberi kepercayaan untuk membangun rumah tangga dengan lelaki yang ada dihadapannya sekarang dalam waktu dekat ini. Orangtua nya pun demikian.

"Ken, ayo."

Ken mendorong tubuh bagian atasnya dari area pundak dan dada bidang Levi, sebelum beralih ke Kira, ia masih sempat-sempatnya nyengir lebar ke Levi.

"Semangat ya, hecho-san!"

Levi terbahak, sungguh, ia menyukai adik kecil calon istrinya itu, kemudian menatap Kira sembari tersenyum setelah mencium lembut puncak kepala Ken.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang