Tiga Puluh Delapan

460 42 0
                                    

Tiga hari kemudian, Kira dan Levi bangun pagi dan beres-beres lalu mengenakan pakaian kerja, tak lupa berkas yang harus dibawa dan juga cincin pernikahan yang harus selalu tersemat dijari mereka karena Levi yang memaksa, selaku kepala keluarga. Kira awalnya menolak karena tak mau orang-orang yang tidak tau soal pernikahan mereka jadi tau, ditambah kalau bertugas takut cincinnya tidak sengaja terlepas (biarpun mana mungkin lepas karena cincinnya ngepas banget di jari dan gak bakalan lepas semudah itu).

"Terus kamu nggak mau ngakuin aku jadi suami kamu, gitu?"

Kira mendengus pasrah setelah orang yang ia sayangi berkata demikian. Ia bukan bermaksud untuk tidak mengakui Levi sebagai suaminya, hanya saja ia cuma mau mengkondisikan saja. Karena takut ada pro dan kontra jika masyarakat seluruhnya tau. Apalagi usia mereka terpaut jauh.

"Di kantor pake panggilan biasa ya." lanjut Levi sebelum keduanya tiba dikantor.

"Aku tau, bersikap kayak biasa juga kan?"

"Benar."

Keduanya berjalan beriringan setibanya di markas dengan berkas menumpuk ditangan mereka masing-masing, semua anggota dimarkas tidak mengetahui soal pernikahan mereka kecuali tim Pasukan Pengintai yang memang dibawah komando Levi dan Erwin selaku pimpinan pasukan regu ini. Begitupun Kira. Selama berjalan, orang-orang menyapa mereka seperti biasa dengan pangkat juga karena itu tadi.

Beberapa petinggi juga banyak yang tidak tau soal hubungan keduanya karena mereka memilih untuk menutup rapat soal fakta bahwa mereka sudah menikah tiga hari lalu. Dan yang mengetahui pun memang membantu untuk merahasiakannya.

Mereka tiba didepan pintu ruangan Erwin, Levi mengetuknya beberapa kali.

"Masuk."

Mendengar itu, Levi membuka pintu dan keduanya masuk kedalam ruangan, kemudian memberi hormat. Kebetulan ruangan Erwin sedang ramai entah kenapa.

"Korporal Levi Ackerman." panggil salah satu petinggi.

"Ya."

"Wakil Komandan Alkira Amalie."

"Ya."

"Kemana kalian selama tiga hari ini?"

Mendengar itu, Kira dan Levi masih diam sesaat karena Erwin hanya menggelengkan kepala sembari menepuk jidat.

"Sudah ku bilang, mereka merangkap semua berkas itu. Sekalian ku beri waktu untuk istirahat sejenak. Kau tidak lihat mereka membawa berkas rangkapan sebanyak itu?" protesnya.

"Kenapa tidak diberikan seluruhnya kepada Kira saja?" balasnya lagi, masih tak suka karena kedua orang yang menjabat jabatan penting itu menghilang selama beberapa hari tanpa kabar dan muncul berbarengan pula di markas.

"Karena dia putri Rone dan Yuura? Yang benar saja. Dia juga manusia biarpun ia memiliki darah yang sangat langka seperti orang tuanya. Kau sinting!" sahut salah satu petinggi yang kebetulan memang mengetahui soal pernikahan keduanya.

Levi mendengus.

"Dia juga masih remaja usia belasan biarpun sudah cukup umur dan sebentar lagi akan memasuki usia kepala dua. Kira masih harus memperhatikan dirinya sendiri. Apa kau lupa, jika dia hampir tewas dipenugasan pertamanya waktu itu, Tuan Jim?" potong Levi dengan suara dinginnya yang sangat menusuk, tak suka istrinya diperlakukan dengan cara tidak adil.

Jim terdiam.

"Jangan hanya karena dia memiliki darah keluarga Amalie, kau mau menghasut yang lain untuk bertindak seenaknya padanya. Dia juga manusia biarpun ia siap mengorbankan diri." sambung petinggi yang lain.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang