Dua Puluh

929 83 13
                                    

Erwin yang merasa cemas karena meninggalkan Kira seorang diri di ruang rawatnya sejak pagi pun kemudian bergegas kembali ke rumah disaat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam setelah ia menyempatkan diri berganti pakaian dan membawa seragamnya.

Ia membuka pintu setibanya ia didepan ruang rawat, baru saja selangkah masuk, ia mendapati Levi sedang membaca buku di tangan kanannya dengan santai di atas kasur tanpa selimut dibalik balutan baju istirahatnya, sembari memeluk area punggung ke pinggang Kira yang saat ini sedang terlelap di sisi kirinya.

Levi yang melihat Erwin muncul di balik pintu memberikan hormat kecil-kecilan tanpa suara serta gerakan yang berlebihan melalui lengan kirinya yang masih ditiduri oleh Kira, kepala gadis itu bersandar di area pundak mendekati dada kirinya. Yaaahh ... Masih area lipatan ketiak lah, tau kan?

Erwin masih berusaha mencerna dengan pemandangan yang ada dihadapannya saat ini, takut dirinya mengigau dan mimpi jika Levi berada dikasur bersama dengan rekan barunya yang masih sakit itu.

"Kenapa kau melamun disana? Kau tidak mimpi melihatku begini." tegur Levi kemudian dengan omongan dingin plus muka datarnya seperti biasa, Erwin kemudian tersadar jika ia memang tidak bermimpi biarpun sekarang sudah jam sepuluh malam.

Erwin melangkah masuk lalu menutup pintu ruang rawat, kemudian melepas sepatu dan menaruhnya di rak. Kemudian duduk santai diatas sofa single setelah melepas jubahnya, memperlihatkan baju santainya.

"Kapan kau tiba? Sepertinya kau memutuskan untuk menginap disini ya." tanyanya setelah menebak dengan benar karena melihat barang milik bawahannya itu diarea sofa panjang yang masih lengang dan lantai.

"Dari sore, kebetulan Kira juga baru sadar pas aku tiba disini.

"Dia sadar sore tadi?"

"Hm."

Tatapannya kemudian kembali menatap Erwin yang awalnya membaca buku sejenak dengan sedikit kesal setelah menjawab pertanyaan lelaki berambut blonde itu.

"Kau pergi meninggalkan dia sendiri tanpa penjagaan dalam keadaan belum sadar? Kemana otakmu? Dia masih belum bisa apa-apa."

Mendengar protesan itu, Erwin hanya bisa tersenyum kecut, merasa bersalah.

"Aku sudah mau melakukan itu, aku sudah berniat menghubungi yang lain sebelum aku meninggalkannya, tapi para petinggi malah menyeret tanpa memberikanku waktu." jelasnya dengan jujur.

Hening sesaat setelah sang komandan duduk, Levi menghela nafasnya.

"Baiklah kalau memang seperti itu."

Obrolan pun kemudian mengalir dengan topik pembahasan para petinggi, dan juga masalah lainnya, begitupun para pelaku yang kemungkinan terbesar akan mendekam dipenjara dengan hukuman seumur hidup, namun disisi lain masih ada pertimbangan tersendiri.

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengannya?"

Levi menoleh dan menatap Kira yang masih tertidur.

"Mungkin aku akan memperjelasnya setelah dia keluar dari rumah sakit. Tidak sekarang."

Melihat keseriusan Levi, Erwin tersenyum. Lelaki itu benar-benar berubah jika sudah mendengar dan memperhatikan segala sesuatunya tentang Kira.

"Kau serius dengannya?"

"Tentu saja. Kau meragukan ku?"

Kira melenguh pelan dari tidurnya, mencari sedikit posisi nyaman didalam pelukan Levi saat ini dan memastikan pelukan lelaki itu tidak terlepas. Perlahan, matanya terbuka dan mengerjap beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangannya.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang