Empat Puluh Enam

432 40 0
                                    

Kira dan yang lainnya tiba dirumah sakit, dengan cepat gadis itu dibawa ke ruang bersalin ditemani dokter serta suster yang menangani persalinannya yang saat ini ternyata sudah masuk pembukaan ke sepuluh dan sikembar siap lahir. Sedangkan Levi, Erwin dan Youma dilarang masuk kedalam ruang bersalin.

"Apa salahnya!? Aku ingin mendampingi istriku!" ujar Levi mulai emosi ketika ia tak diizinkan untuk masuk kedalam.

"Maaf pak, ini permintaan dokter yang menangani istri anda, dan istri anda pun menyetujuinya. Maaf, kami tidak bisa membantah permintaan wakil komandan."

Mendengar itu, Levi menghela nafas dengan kasar lalu mengacak sedikit rambutnya sebelum menata rapi kembali susunan model rambutnya seperti biasa.

"Hei."

Levi yang dipanggil pun menoleh.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Kau meragukan adikku? Kau meragukan istrimu sendiri?"

Mendengar itu, lelaki itu hanya diam tanpa membantah sembari membuang pandangannya ke arah lain ketika sang ipar menatapnya lekat.

"Aku bukan meragukannya. Aku selalu yakin padanya apapun itu, Youma. Sejak pertama kali aku melihat, mengetahui, dan mengenal sosok Kira. Aku ingin mendampinginya didalam, aku ingin melihat bagaimana anak-anakku lahir dari rahimnya saat ini. Aku ingin melihat seberapa menyakitkan rasanya ketika seorang wanita melahirkan, karena aku ingin melihat bagaimana ibuku melahirkanku seorang diri tanpa sosok pendamping disisinya ketika aku lahir. Makanya aku tak ingin Kira merasakan hal itu, seperti yang dirasakan mendiang ibu ku waktu itu. Cukup aku saja."

Mendengar itu, Youma dan Erwin mengetahui alasan kenapa Levi benar-benar memaksakan diri untuk masuk ke ruang bersalin sejak tadi. Namun karena itu permintaan dari istri kecilnya, ia jadi tak bisa membantah sama sekali.

***

Setelah sekian waktu berlalu sekitar tiga jam semenjak ia masuk ke ruang bersalin, ketiganya hanya menunggu dengan cemas di luar ruangan. Kira yang tengah berjuang didalam seorang diri pun keluar satu menit kemudian dengan si kembar yang saat ini berada di gendongannya setelah kedua bayi itu lahir ke dunia.

Ketiganya bangkit dan langsung mendekati Kira yang mendadak kaget karena mereka berlarian mendekatinya dengan perasaan khawatir dan muka acakadut, terutama Levi. Gadis itu tersenyum lembut.

"Mukamu kenapa sayang? Hmm?" tanya Kira lembut.

"Mestinya aku yang bertanya begitu! Muka kamu pucat, tau!" ujarnya cemas bukan main.

"Aku baik-baik saja, Levi. Sungguh. Kenapa kau panik begini? Kau tak pernah sepanik ini sebelumnya."

"Wajar saja aku panik! Kalau kalian bertiga kenapa-kenapa, aku harus bagaimana!? Aku tidak bisa mendampingimu didalam karena ulah idiotmu itu, bodoh!" omelnya, membuat Kira hanya terkekeh idiot dengan omelan itu.

Levi yang saat ini menatap muka istrinya dengan perasaan khawatir serta penuh kasih sayang itu kemudian beralih kearah kedua bayi yang berada didalam gendongan istri mungilnya dalam keadaan sudah dibedong, pipi keduanya merah, kedua mata dari masing-masing mereka terpejam dan tubuh mereka sangat mungil serta rapuh bukan main.

Air mata perlahan menggenangi kedua pelupuk mata Levi, yang tanpa bisa ditahan sama sekali akhirnya menyeruak keluar dan tumpah tanpa bisa dicegah sedikitpun, isak tangis mulai terdengar dari mulutnya, lelaki 34 tahun yang saat ini telah resmi menjadi sosok ayah itu menangis dengan penuh haru.

Meluapkan semua isi hatinya lewat tangisan, tak mampu mengungkapkan perasaannya saat ini lewat kata-kata, lidahnya terasa kaku untuk mengutarakan isi perasaannya sekarang. Rasanya untuk berdiri saja tidak sanggup saking bahagianya ia sekarang.

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang