Siksaan

578 60 4
                                    

"Kau..."

Mereka saling menatap, Kayla yang menatap kaget ke arah laki-laki itu, Yura yang menatap kagum dan laki-laki itu yang menatap jengkel kepada mereka berdua.

"Kenapa kamu ada disini?" Tanya Yura dengan antusias, bisa bertemu dengan cowok yang baru-baru ini sedang hangat di perbincangkan di sekolah.

Bukannya menjawab, Fian malah bangkit dan keluar dari UKS untuk mencari tempat beristirahat yang lain, tempat yang sepi dan tidak ada orang.

"Mungkin dia sariawan." Ucap Kayla tidak peduli.

"Tapi kalau laki-laki dingin itu keren loh." Ucap Yura sambil mengepalkan tangan di depan dada.

Kayla memutar bola matanya, lalu bangkit untuk masuk ke kelas. Tapi tangan Yura mencegahnya.

"Kamu mau kemana?"

"Kelas."

"Guru menelpon ibumu, dan dia akan kesini."

Kayla langsung tegang, ia duduk kembali di ranjang dengan lemas. Kaki dan tangannya bergetar ketakutan, sudah tahu kedepannya akan bagaimana.

"Kayla... Bagaimana ini?" Yura bertanya sangat cemas, ia sangat tahu Kayla seperti apa.

Kayla hanya menggeleng pasrah, ia tersenyum getir.

Kriett

Suara pintu UKS terbuka, suasana mencekam bagai di dunia horror. Wanita dewasa itu mendekat dengan senyum misterius, menggenggam tangan Kayla dan menariknya kuat. Badan kecil itu tertarik paksa.

Yura memandang Kayla merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantu apapun. Yura terus memandang mereka hingga hilang saat pintu UKS tertutup.

"Kayla... Semoga kamu baik-baik saja."

.

.

.

Di dalam mobil, Kayla dan ibunya hanya diam, mereka berdua tidak bersuara sedikit pun, hanya larut dalam pikirannya masing-masing. Gadis itu terus memainkan jarinya ketakutan.

Dalam keadaan seperti ini, Kayla merasa perjalanan ke rumah itu terasa sangat jauh.

Mereka sampai di depan gerbang rumah, pak Supri membukakan gerbang rumah itu dengan sopan. Selesai memarkirkan mobilnya di bagasi, ibu Kayla keluar terlebih dahulu dan membuka pintu mobil Kayla dengan keras, lalu menyuruh gadis itu keluar melalui tatapan matanya.

Mereka memasuki rumah megah mereka. Dan sampai di ruang tengah, ibunya duduk di atas sofa sambil memijat pelipisnya.

"Kayla." Ucap suara serak dingin ibunya.

"I-iya Bu..."

Brak!

Ibu Kayla melempar tasnya ke lantai dengan keras, sampai isinya berantakan kemana-mana.

"Berdiri, dan angkat kedua tanganmu! Pikirkan apa kesalahanmu!" Ibu Kayla berjalan cepat ke arah lemari kecil dan membawa sebuah rotan. Kayla melebarkan matanya saat melihat rotan itu.

Buk!

Satu pukulan mengenai punggung Kayla, "jangan beralasan sakit untuk tidak belajar." Ibu Kayla kembali memukul punggung gadis itu.

"Aku minta maaf." Ujar Kayla sambil kesakitan.

Buk!

"Aku tidak akan sakit lagi." Kayla meringis.

Buk!

"Aku akan belajar lebih giat." Kayla mulai menitikkan air matanya.

Buk!

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang