The Truth

357 31 16
                                    

Kayla menceritakan semua tetang dirinya,  mulai dari perkelahian kedua orang tuanya, bagaimana ia bisa jadi vampire,  sampai ia bisa berada di sini sekarang.

"Kalian pasti tidak percaya. " Kayla tersenyum miris melihat ke tiga orang yang ada di depannya hanya diam dan menunduk,  sementara itu Fian  terus memandang tajam Kayla.

"Aku percaya!  Bahkan memang sulit di percaya, tapi aku tetap percaya! " Yura berdiri dengan canggung,  berusaha membuat dirinya sendiri percaya pada sahabatnya.

"Jangan memaksakan diri untuk percaya. " Kayla menunduk dengan suara yang pelan. Ia sudah tahu jika akhirnya akan seperti ini dan mereka pasti menjauhi dirinya.

"Tidak.  Aku benar-benar percaya.  Semua perkataanmu bersangkutan dengan tragedi itu.  Bahkan saat aku melihat cctv aku melihat bayangan kakakmu di cermin." Yura menatap lekat Kayla lalu berhenti sebentar untuk menarik nafas,  dan melanjutkannya lagi.

"Bukan hanya itu,  beberapa menit yang lalu kami memeriksa tempat ini sungguh tidak ada siapapun,  tapi saat aku melihat ruangan ini lagi,  tiba-tiba saja ada kamu di sini. "

"Yura benar... Warna mata Kayla juga jelas itu mata asli Kayla.  Sama sekali tidak terlihat seperti lensa. Bukan hanya itu, kulitmu juga sangat putih pucat dan... Dingin." Via memandang mata Kayla yang berwarna kuning terang. Lalu menyentuh tangan kanan Kayla dan menggenggamnya.  Kayla menunduk, ia merasa senang memiliki teman yang percaya padanya.

"Baiklah,  kasus selesai.  Tapi bagaimana cara aku melaporkan pada atasan? " Paman menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Nama paman siapa? " Kayla bertanya, kemudian Fian, Via,  dan Yura juga melirik paman itu.  Benar juga selama ini mereka tidak tahu nama paman itu,  dan hanya memanggilnya dengan sebutan 'paman. '

"Sam. " ucap paman Sam.

"Paman Sam terimkasih untuk semuanya. " Kayla tersenyum tulus,  semua yang ada didalam ruangan itu sedikit terpesona lalu mereka sadar kembali.

"Kayla...  Kau sangat cantik jika sedang tersenyum!!  Aku suka! " Yura memeluk erat Kayla.

"Aku tidak peduli. " ucap Kayla tapi sebenarnya itu hanya untuk pengalihan topik saja.

"Aku merindukan slogan mu itu. " Yura semakin mengeratkan pelukannya dan Kayla hanya bisa pasrah.  Saat ini Kayla merasa risih,  bukan karena Yura yang sedang memeluknya,  tapi karena Fian yang terus memandanginya dengan tajam.

"Kayla. " Fian membuka suara.  Hanya gadis itu yang di panggil,  tapi semua orang yang ada di sana juga melirik ke arah Fian.

Fian tidak memperdulikan yang lain,  matanya mengisyaratkan untuk berbicara dengan Kayla di luar ruangan ini.

Semua yang di ruangan itu mengedipkan matanya berkali-kali,  melihat Fian yang biasanya diam,  kini bertindak bahkan mengeluarkan suara meski hanya satu kata. Lalu tiba-tiba tersenyum penuh arti,  sedangkan Via hanya dia yang tidak mengerti dengan kondisi ini.

.

.

.

"Kau pasti mau bertanya dan memastikan lagi kan?  Sudah kubilang jika tidak percaya jangan percaya. " Kayla menyenderkan tubuhnya ke tembok,  ia memejamkan matanya lelah.

"Jangan pergi lagi. " Fian tiba-tiba mengatakannya sembari menunduk,  membuat Kayla tidak tahu bagaiman ekspresi lelaki di depannya saat ini.

"Aku tidak terkejut mendengar nya."  Kayla menghela nafasnya pelan. Fian mengatakan itu bukan karena merindukannya,  tapi karena gadis itu memiliki hutang pada lelaki di depannya. Pasti benar begitu bukan?

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang