Hope

255 28 13
                                    

Kayla menghitung sudah berapa hari ia di sini. Kayla kelaparan, haus, dan ia pusing. Bibirnya kering, tubuhnya sangat kurus, kantung matanya hitam dan kukunya yang mulai panjang.

Kayla sangat tidak berdaya, tidak ada yang datang padanya, hanya seorang gadis waktu itu saja, lagipula gadis itu sepertinya pelakunya.

Kayla mengingat suara gadis yang memakai jubah itu, suaranya mirip seseorang yang baru saja bertunangan di istana, tapi Kayla tidak mau berburuk sangka.

Kayla menengadah ke atas, menatap langit yang gelap itu.

"Dua malam aku di sini, hanya diam terikat lemah." Gumam Kayla dengan tenggorokan nya yang kering.

Zzzrrsh

Hujan turun dengan lebat, membuat suasananya dingin, hawa dingin itu menusuk kulit gadis itu. Tubuhnya menggigil lemah.

"Seharusnya tali seperti ini bisa ku lepas dengan mudah. Vampire tidak akan selemah ini bukan? Atau jangan-jangan... Kekuatan Vampire ku menghilang? A-apa benar jika begitu? Terus... Aku harus bagaimana?" Kayla menggigit bibir bawahnya sampai berdarah, perih di bibir itu tidak terasa, karena saking banyaknya rasa sakit di tubuhnya.

"Semoga ada harapan untukku." Kayla tersenyum getir meningkat apakah ia akan mati disini? Mati tanpa ada yang mengetahuinya?

"Kakak... Lenz... Semuanya, selamatkan aku." Kayla menitikkan air matanya di bawah hujan yang deras itu. Untungnya ia di ikat di bawah pohon yang masih memikiki banyak daun, sehingga air hujan tidak langsung jatuh ke tubuhnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, daun itu jatuh karena pohon ini memang tidak akan bertahan lama.

.

.

.

"Kemana Aya pergi?" Ray sudah mencari sekeliling tapi tidak menemukan batang hidung Kayla. Rasa cemas mulai menyelimutinya. Dengan cepat Ray berteleport ke tempat para pelayan untuk mencari Airis, siapa tau sekarang gadis itu tahu dimana adiknya.

Nihil, para pelayan juga tidak tahu dimana Airis.

Bukan hanya di istana, bahkan Ray juga mencari ke sekeliling desa dan menggunakan sedikit kekuatannya untuk mendeteksi keberadaan adiknya itu. Tapi hasilnya tidak ditemukan.

"Aku harus bagaimana?" Ray berjalan kesana-kemari dengan gelisah. Hingga seseorang melihatnya dengan tatapan datar.

"Ada apa?" Tanya Vampire itu.

"Pangeran! Adik saya menghilang." Ucap Ray dengan raut wajah yang pasrah.

Deg

Lenz mendengar hal itu membuatnya syok, tapi kemudian lelaki itu mengontrol kembali ekspresinya.

"Apa kau sudah mencari kemana-mana?" Tanya Lenz lagi berusaha tenang, tapi beda dalam hatinya yang gelisah tidak karuan.

"Saya sudah mencarinya kemana-mana, bahkan keluar istana, saya bahkan menggunakan kekuatanku untuk mencarinya, tapi tidak ditemukan keberadaan adikku." Ray memejamkan matanya dengan rapat, mencoba mengontrol dirinya agar bisa berpikir jernih.

Lenz mengepalkan tangan kekarnya hingga terlihat jelas urat-urat tangan yang menonjol itu.

"Saya sudah bertanya pada orang yang ada di istana, tapi mereka bilang, mereka melihat Kayla terakhir kali bersama Airis. Tapi masalahnya juga Airis menghilang entah kemana." Tutur Ray dengan tubuh yang tidak bisa diam karena cemas.

Lenz merasa ada keganjalan, dan berjalan cepat ke tempat ia tuju. Ray mengikuti Lenz tanpa ragu, dan tidak peduli jika ia akan di marahi karena mengikuti seenaknya.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang