Prince #2

459 51 2
                                    

"Hosh... hosh. " Kayla memangku tubuhnya pada lutut nya yang sangat lemas,  keringatnya bercucuran,  jantungnya berdegup kencang dan tangannya yang bergetar.

Hanya dengan memandang mata sosok yang di sebut pangeran tadi,  dirinya langsung sangat ketakutan, auranya yang sangat berbeda,  aura yang penuh kebencian dan dendam.  Bukan hanya Kayla,  semua penjaga istana juga seringkali takut dengan pangeran itu.

Kayla membuka pintu kamarnya dan segera masuk ke dalam sana,  menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang tebal,  mencoba mencari ketenangan.

"Aku ingin pulang... " Kayla mengeratkan tangannya pada selimut.

Suara pintu terbuka membuat hadis yang sedang berlindung di bawah selimut itu bangun duduk melihat siapa yanga da di depannya.

"Kamu... " Kayla kembali ketakutan saat melihat sosok yang tadi ia takuti tepat sedang berada di depannya dengan tatapan tajam.

"Ada perlu—"

"Siapa yang membiarkan manusia jelek berada di sini. " Ucap pangeran itu dengan menusuk,  tatapan matanya menujukkan kebencian. Kayla tidak berani menjawab, lututnya terasa lemas bahkan menelan ludah saja terasa sulit.

Tiba-tiba pangeran itu tersenyum miring,  "tapi aku suka aroma darah ini. " setelah ia berucap seperti itu,  tubuh kayla semakin bergetar hebat,, ia menyembunyikan dirinya di belakang gorden jendela yang besar sambil menitikkan air matanya.

Pangeran itu terus mendekat dan jaraknya haya satu langkah dengan kayka yang masih menyembunyikan dirinya di gorden itu. Awalnya pangeran itu hanya memandang gorden itu tapi kemudian membukanya dengan keras hingga menampakkan Kayla dengan wajah yang pucat pasi.

"Kau tidak bisa bersembunyi di sana. Darahmu...  Aku bisa menciumnya meskipun kamu menutupinya dengan ramuan itu. " tangannya bergerak mengunci tangan Kayla dan mendekatkan wajahnya ke arah leher Kayla.  Gadis itu merinding saat nafas sang pangeran terasa di lehernya,  saat bru membuka mulutnya,  Ray. Berteriak sambil membuka pintu dengan keras.

Brak

"Aya!..." Ray berhenti berteriak saat melihat pangeran yang akan memangsa adiknya.

"Salam pangeran,  mohon ampun pangeran,  dia adik hamba.  Tolong jangan di sakiti. " Ucap Ray dengan hormat namun lantang.  Pangeran itu memundurkan diri dan menatap sebentar mata gadis di depannya itu dengan tajam,  sedangkan yang di tatap itu langsung menurunkan tatapannya untuk menghindar.

"Kenapa membawa manusia ke sini?  Apakah kamu tidak tahu aturan? "

"Maaf pangeran,  tapi hamba sudah meminta izin dari Raja.  Juga...  Dia adik saya satu-satunya,  di sana dia menderita dan tinggal sendirian...  Hal mengerikan bari terjadi—"

"Aku tidak ingin mendengar cerita menyedihkanmu itu,  asal kamu tahu, mungkin saja di sini manusia itu akan lebih menderita. " Pangeran itu melangkah dengan angkuh dan pergi tanpa menutup pintunya kembali.

Setelah itu,  Ray menghela nafas dan terkekek kecil.

"Apa kakak gila?  Kenapa kakak malah tertawa? "

"Hei...  Aku senang kita selamat,  kamu tahu...  Pangeran itu sangat kejam,  ia akan membunuh siapa saja manusia yang ada di depannya.  Dan kali ini kamu lolos karena kakak.

Meskipun ia kesal dan juga takut yang bercampur aduk,  melihat kakaknya yang tersenyum lega membuat gadis itu kembali tenang.

"Bagaimana perasaanmu? "

"Hey kakak bodoh,  tentu saja aku takut.  Kamu tahu,  aku seperti semut di depannya. "

"Bukan itu, bukankah pangeran tadi sangat tampan?  Mungkin jantungmu berdebar karena suka bukan karena takut—" belum menyelsaikan perkataanya,  bantal mendarat dengan keras di wajah Ray.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang