Brak!
Pintu gudang yang terbengkalai itu di tendang oleh Ray, pandangan lelaki itu bergerak ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang terkurung di sini.
"Hiks... Hiks..." Airis memeluk lututnya dengan tubuh yang bergetar. Lalu mendongak saat suara keras di pintu gerbang.
Lelaki itu menatap dirinya dengan khawatir lalu menghampiri dirinya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ray sambil memeriksa kondisi Airis. Gadis mengangguk, ia baik secara fisik, namun tidak secara mental.
Kau aman sekarang, Ray mengangkat Airis ala bridal style. Airis sedikit terkejut dan menundukan kepalanya.
"Berpegangan padaku." Titah Ray yang di turuti oleh Airis. Gadis itu mengalungkan tangannya di leher Ray dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Ray, bisa ia rasakan aroma tubuh Ray yang segar. Hal itu membuat jantungnya berdesir tanpa sebab.
Wushh
Ray berteleport dan tidak butuh lama ia telah berada di ruangan Van.
Van melirik Ray yang berjalan ke arahnya, Ray mendudukkan Airis di samping Van. Airis semakin gugup. Ia tidak tahu kenapa ia dibawa ke sini. Van menutupi tubuh Airis yang gemetar itu dengan selimut kecil milik Van.
"Lakukan sekarang." Titah Lenz dengan rahang yang mengeras. Selama ini ia tidak bisa bersabar, ia tidak tahan lagi jika harus menunggu. Lenz membayangkan Kayla yang pasti ketakutan sendiri di sana. Mengingat hal itu lagi, iris Lenz berubah merah.
"Tuan." Ucap Van menyadarkan tuannya.
"Cepat lakukan, aku sudah tidak bisa menahan diri." Titah Lenz dengan penuh penekanan
Van menatap iba pada Airis yang bingung dengan keadaan ini, apa lagi ia masih ketakutan setelah dikurung di gudang seperti tadi.
Van melakukan telepati kepada Airis untuk menanyakan kabarnya dan apakah tidak apa-apa jika Van menelusuri pikiran Airis. Tapi sebelumnya Van menceritakan secara singkat apa yang terjadi.
Airis terdiam setelah mendengar apa yang terjadi. Dengan segala rasa kekhawatiran, Airis memperbolehkan Van, karena ini menyangkut sahabatnya, Kayla.
Van menatap Airis dan melakukan aksinya. Van menatap Lenz yang tengah menahan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun.
"Aku tidak mendapatkan apa-apa, tapi dari pandangan Airis, Airis melihat mereka berdua Keluar dari tempat nona Selena, dan nona Selena sendiri yang membawa mereka ke istana.
Rahang Lenz mengeras, Lenz kira Selena tidak ikut campur, hanya membawa pelayan baru itu kemari. Tapi ternyata wanita itu dalang dari semua ini. Dengan cepat Lenz berteleport keruangan Selena dan diikuti Ray dan Van. Sementara itu, Airis menunduk dengan tubuh yang masih gemetaran. Ia ditampar oleh kenyataan. Airis pikir dua orang itu benar-benar ingin berteman dengannya, tapi nyatanya ia hanya dimanfaatkan?
Brak
Pintu di buka paksa oleh Lenz. Tapi tidak ada siapapun disana. Rahang Lenz semakin mengeras, tanganya terkepal kuat sampai urat-urat nya tercetak jelas. Ray hanya menatap punggung Lenz yang terlihat sangat putus asa.
Sebenarnya kenapa pangeran mengkhawatirkan adikku sampai seperti itu? Batin Ray ikut sedih dan marah.
"Aku akan mencari dua pelayan itu." Ucap Van yang langsung bergegas. Ray setia menemani Lenz.
Kebetulan ada seorang pelayan yang berjalan, Ray langsung menghampiri nya dan bertanya dimana keberadaan Selena.
"Nona sedang berada di ruangan Raja bersama Tuan Theo." Ucap pelayan itu dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice [✓]
Teen Fiction[TAMAT] Cover story oleh sendiri. High Rank #2 in Fian 04/03/2019 High Rank #11 in Kutubuku 04/03/2019 High Rank #110 in Coldboy 06/05/2019 High Rank #18 in Castle 18/06/2020 Hanya dua harapan yang aku ingin. Kebebasan dan Cinta. Tapi kini aku hidu...