Peony

420 44 0
                                    

Satu hari berlalu setelah banyak hal yang terjadi, Kayla sudah mulai sedikit terbiasa hidup di dalam ruangannya sendirian dan meminum ramuan itu juga telah mejadi kebiasaanya,  sesekali Airis datang menengoknya dan membawakannya beberapa buju agar Kayla tidak bosan.

"Jadi...  Apa buku yang aku bawakan menarik?  Aku butuh waktu yang lama untuk memilih buku agar kau tidak bosan. " Ucap Airis sembari mendaratkan dirinya di tempat duduk.

"Sebenarnya aku tidak masalah kamu membawa buku apa saja.  Karena aku suka semua buku.  Aku suka membaca apa saja. " Ucap Kayla sambil melirik buku-buku yang Airis bawa.

"Tapi menurutku...  Kamu tidak terlalu suka membaca buku. " Airis menopang dagu pada meja.

Deg

Kayla menatap Airis lalu tersenyum miris,  "sepertinya benar.... " melihat wajah Kayla,  Airis merasa bersalah.

"Ah maap aku tidak bermaksud begitu tapi—"

"Aku memang tidak terlalu suka membaca buku.  Hanya saja membaca membuatku tenang. "

"Tenang? "

"Iya,  dulu saat aku tidak membaca,  ibuku selalu memarahiku,  menyiksaku,  memukulku menggunakan rotan.  Dan hingga sekarang menjadi kebiasaanku untuk membaca. " Kayla memegang erat bukunya,  matanya berkaca-kaca.

"M-Maaf Kayla aku tidak bermaksud menggali masa lalumu. " Airis memainkan bajunya resah.

"Tidak apa-apa.  Lagipula tidak ada salahnya jika aku ceritakan. " Airis mengangguk pelan lalu memeluk Kayla erat.

"Hey apa-apa kau. " Kayla mencoba mendorong Airis.

"Tidak apa-apa aku hanya senang memiliki teman yang baik sepertimu di tempat ini seperti ini. "

'Tempat seperti ini? ' Batin kayla kebingungan namun ia mengerti seketika,  iapun membalas pelukan Airis.

"Aku juga. "

.

.

.

Pukul sepuluh pagi adalah tempat para manusia untuk beraktivitas.  Namun gadis ini tetap mengurung dirinya sendiri di kamar dengan mata yang sembab,  badan kurus kering tidak terurus.

Tok tok tok

"Yura!  Keluarlah,  jangan mengurung diri dikamar seperti ini. " seorang wanita tua terus mengetuk kamar Yura yang tidak lain adalah ibunya sendiri.

"Ada temanmu yang mencarimu."

"Aku tidak peduli! " Yura bersender di depan pintu sambil memeluk lututnya sendiri.

"Anu..  Y-yura ini aku Via,  ada yang ingin aku bicarakan denganmu. "

"Pergilah—"

"Ini tentang Kayla. "

Brak

Yura membuka pintu dengan keras. Sampai-sampai Via sempat kaget dan ketakutan.

"Bagaimana,  apakah ketemu?! " Yura mencengkram erat pundak Via,  ia berharap banyak padanya. Via menggeleng,  jawaban itu membuat Yura kecewa.

"Pergilah...  Aku ingin sendiri. " Yura melepaskan cengkramannya namun Via menahannya dengan genggaman.

Yura melirik melihat apa yang akan Via lakukan padanya.

Via menarik nafasnya dan mempererat genggamannya,  "a-aku juga menyukai Kayla,  dia teman pertamaku di sekolah,  dia sering membantuku! Aku selalu iri dengan kalian yang berteman akrab!  Aku sering berandai-andai jika aku bisa berada di antar kalian! Tapi harapan itu hilang saat Kayla menghilang! Aku...  Aku... "

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang