Open Your Eyes

324 31 11
                                    

"Akh!!" Rintihan suara dari Selena terus keluar saat Lenz terus mencambuk tubuh Selena. Sedangkan dua orang yang menunggu giliran menangis tersedu-sedu dan terus memohon untuk dilepaskan. Mereka bertiga terlihat menyedihkan.

Lenz tertawa mendengar rintihan mereka. Lalu Lenz ingat luka-luka yang ada di tubuh Kayla. Mengingat itu emosi Lenz semakin memuncak, rahangnya mengeras dan Lenz semakin keras melayangkan cambuk itu.

Tubuh Selena dipenuhi darah, sebagian darahnya ada yang sudah kering dan sembuh kembali karena ia seorang vampire. Tapi pukulan yang sangat keras itu sulit untuk sembuh.

Lenz menatap dua pelayan itu dengan tatapan elang nya. Keduanya langsung bergidik dan kembali menangis. Lenz mencambuk tanpa henti, hasrat menyiksa Lenz muncul saat itu juga.

"KUMOHON HENTIKAN!!" Teriak Selena menggema di ruangan itu.

"Jangan berisik." Ucap Lenz dengan penuh penekanan. Lenz berjalan ke arah Selena dengan tatapan membunuh. Tanganya ia layangkan menuju Selena.

TAK

Suara cambuk paling keras itu tidak mengenai Selena, melainkan laman Theo datang menyelamatkan putrinya.

"Kau... KAU MENGGANGGU!" bentar Lenz lalu menendang dada paman Theo dengan kasar.

"AYAH!!" Teriak Selena saat melihat ayahnya. Tapi ayahnya mengangkat tangannya ke atas sambil mengacungkan jempol, tanda ia baik-baik saja, padahal Theo merasakan bagaimana sakitnya saat di tendang oleh vampire pembunuh paling ditakuti ini.

"J-jangan khawatirkan ayah." Theo berdiri dengan pincang, tangannya menahan dadanya yang sakit dan kemudian mengeluarkan darah.

"A... Ayah? Ayah baik-baik saja kan?" Tanya Selena gemetar. Theo memandang anaknya dan tersenyum. Lalu menoleh ke arah Lenz dengan tatapan yang putus asa.

"Jangan memandangku dengan tampang menjijikan itu." Ucap Lenz dengan dingin. Theo lalu tersenyum sedih dan memaklumi. Theo mendaratkan lututnya dan tanah dan mulai bersujud.

"Tolong lepaskan anakku! Jadikan aku sebagai pengganti nya." Ucap Theo yang diberikan senyuman menakutkan oleh Lenz.

"Menarik." Lenz menyeringai lalu menjilat bibirnya sendiri dan bergerak cepat, memukul kemudian menendang Theo tanpa ampun.

"Ayah!!"

Teriak Selena saat ayahnya sudah tidak berdaya, tapi Theo masih bernafas.

"Kupikir cukup di sini saja." Ucap Lenz sambil memandang keempat orang itu dengan tatapan tajam. Hukumannya sudah cukup bagi Lenz karena mereka mendapat luka yang sangat serius.

"Sisanya kalian yang lakukan." Ucap Lenz pada penjaga tahanan itu.

"Baik." Ucap mereka dengan senang karena akhirnya bisa bersenang-senang dengan taring mereka.

Lenz hendak berteleportasi menuju Kamar Kayla, tapi pada akhirnya ia membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Lenz membuka kamar Kayla saat dirinya telah mandi, rambutnya masih berantakan dan basah.

"Pangeran!" Ucap Airis terkejut karena kedatangan Lenz yang tidak terduga.

"Beri aku waktu." Ucap Lenz, Airis mengerti dengan apa yang dimaksud dan segera keluar dengan muka yang memerah.

Lenz berjalan pelan dan duduk di pinggiran kasur Kayla sambil terus menatap wajah gadis yang sedang terpejam itu. Lenz merapikan rambut Kayla yang menghalangi wajah gadis itu, meskipun hanya satu helai.

"Cepatlah bangun." Gumam Lenz dengan suara yang serak dan rendah. Lenz mendekatkan wajahnya dengan Kayla dan mengecup hangat dahi Kayla, kemudian turun ke hidung, lalu Lenz tidak melanjutkan pergerakannya menuju bibir ranum Kayla.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang