Membela

349 33 2
                                    

"Fian,  apa alasan kamu mencari Kayla? " Yura,  Fian,  dan Via entah mengapa saat ini sering berjalan beriringan ke sekolah.

"..."

"Ck ayolah!  Aku penasaran! " Yura memaksa sampai menarik-narik tasnya Fian.

"Hutang. "

"Pfft hutang?!  Huahaha kau itu konyol sekali.  Hei,  kau mencarinya karena hutang?  Hutang apa emang?" Yura masih banyak bertanya,  tapi Fian tidak menjawabnya lagi.

"My Honey!! " terlihat Bayu berlari senang ke arah Yura.

"Ah my sugar! " Yura dan Bayu bertemu,  mereka mengaitkan jari-jari mereka satu sama lain.

"Aku seperti melihat bunga-bunga di antara mereka iya kan Fian? " baru saja Via melirik ke sampingnya,  Fian sudah tidak ada di sana.

"Aku berbicara sendiri. " Via menggaruk kepalanya dan menghela nafas kasar.

"Hei jangan berpacaran di sekolah! "

"Ah tidak,  pak botak marah!  Ayo kita lari. " Bayu menarik tangan Yura tapi gadis itu menahannya sambil tersenyum.

"Kita tidak boleh lari,  kita harus berani melawan." Yura memegang erat tangan Bayu si ketua basket. Sementara itu pak botak sedang berjalan mendekati dua anak bucin itu.

"Kalian tahu aturan sekolah kan? " pak botak memainkan penggarisnya dan menghasilkan suara yang menyeramkan,  "hei saat berbicara dengan guru,  kalian jangan merem,  lihat bapak! "

"Aduh maap pak, kepala bapak silau. "

"Yura! " Pak botak berteriak marah,  dan saat itu juga Yura menarik tangan Bayu.

"Baru saatnya kita bisa lari Sugar!"

"Ahahaha kau hebat Honey! " kedua orang bucin itu berlari sambil tertawa-tawa,  sementara itu Via berdiri sendiri sambil menggelengkan kepalanya.

"Memang... Kalau mereka berdua bertemu,  pasti ada saja tingkahnya. Tapi yang penting Yura ceria kembali." Via tersenyum lega melihat Yura yang bisa tersenyum cerah seperti dulu.

.

.

.

Yura masuk melangkahkan kakinya dan hal pertama yang ia lihat adalah Fian yang sedang tertidur,  bagaimana tidak...  Cahaya dari jendela menyorot langsung ke arahnya membuatnya seperti sebuah lukisan.

Hari pertama Yura kembali masuk setelah beberapa hari Yura tidak masuk kelas,  dan tidak ada yang berbeda dengan kelas ini.

"Yura, kau kembali? " Ghani yang sedang membaca komik,  menatap Yura dengan senang,  layaknya seorang ayah melihat anaknya yang baru bisa berjalan.

"Ghani!!  Rindu Yura ya~" Yura memasang wajah manisnya tapi itu tidak bertahan lama.

"Aku ingin komik. " Ghani mengulurkan tangannya dan meminta komik kepada Yura,  "jadi kau merindukan komikku bukannya aku? " mendengar itu Ghani hanya mengangguk.

"Huaaa Ghani jahad bangeudd. " Yura menangis alay dan berlari ke arah Fian.

"Fian! Ghani—"

"Berisik. " sepatah kata keluar dari mulut Fian yang baru terganggu tidurnya.  Yura tiba-tiba senang saat akhirnya Fian berbicara kepadanya.

'Aku terharu akhirnya dia bicara kepadaku, tapi kenapa rasanya sakit ya? Jika saja tidak ganteng, aku pasti mengirimnya ke penampungan hewan. Tapi rambut acak-acakannya membuatnya terlihat seksi. Oh tidak...' Yura menghentikan monolognya dan membalikkan badannya saat ada yang memanggil.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang