"Aku merasa asing dengan acara seperti ini." Kayla merenggangkan tubuhnya sambil berjalan.
"Kau belum pernah ke acara seperti ini?" Tanya Staz dengan senyumnya.
"Iya. Selama hidupku, aku hanya belajar, menuruti ibuku, meraih prestasi akademik dan menjadi nomor satu di sekolah." Kayla mengingat bagaimana ia hidup dulu, benar-benar berbeda dengan kehidupannya sekarang.
"Kau pasti anak yang sangat pintar." Staz memandangi wajah Kayla yang tenang, tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kau mungkin bilang begitu, tapi di mata ibuku, aku masih belum ada apa-apanya. Rasanya seperti berlari jauh tanpa garis finish." Kayla menatap Staz sambil tersenyum. Namun Staz merasa itu bukan senyuman bahagia. Melainkan senyuman kesedihan yang terpendam.
Angin yang berhembus menerpa rambut Kayla. Tangan Staz merapikan Rambut gadis itu dengan pelan.
"Itu pasti sangat berat bagimu." Ucap Staz dengan tangan yang menggantung di rambut Kayla.
"Begitulah. Terimakasih sudah mendengarkan ceritaku." Ucap Kayla sambil tersenyum.
"Kau bisa cerita kapan saja Kayla." Ucap Staz dengan senyumnya.
"Ekhem." Suara seseorang membuat Staz menjauhkan tangannya dari Kayla. Staz menunduk memberi hormat, tapi orang itu memberi tatapan sinis pada Staz.
Kayla menatap Lenz yang sedang menatap tajam pada dirinya. Perbincangannya dengan Staz tidak sadar membawanya ke taman belakang istana. Tapi di benak Kayla, kenapa Lenz berada di sini? Bukankah seharusnya ia segera ada di sana bersama Raja?
Ini pertamakalinya Kayla melihat Lenz berpakaian sangat Rapi dengan baju pangeran dan jubah kebesaran yang berlapis emas. Rambutnya juga disisir kebelakang memberikan kesan maskulin.
"Hai Lenz?" Tanya Kayla karena Lenz terus saja menatapnya tajam dan dingin. Tatapan saat pertamakali ia bertemu dengan lelaki itu.
"Jadi kau sedang bermesraan disini?" Tanya Lenz dengan menyinggung.
"Apa maksudmu?"
"Kau pura-pura tidak mengerti? Lucu sekali." Ucap Lenz dingin.
"Lenz—"
"Aku lelah berdiri diri disini sedangkan kau..." Lenz menggeleng sambil tertawa nyalang melihat Staz.
"Lenz, aku sungguh tidak mengerti. Apa masalah mu?"
"Apa masalahku?" Tanya Lenz tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Dengar. Aku tahu kamu pintar. Tapi sampai berakting seperti ini?" Lenz pergi meninggalkan Kayla dan Staz di sana. Sedangkan Selena mengejar Lenz sambil sekilas menatap Kayla lalu tersenyum mengejek.
Lenz berhenti tiba-tiba, dan ia mengucapkan lagi satu hal, "kuharap kita tidak saling bicara lagi. Nikmati waktumu Vampire baru."
Setelah mengatakan itu, Lenz pergi tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Langkah lebar nya terlihat jelas jika ia benar-benar ingin pergi menjauh dari tempat itu.
"Lenz..." Kayla menatap punggung tegap pria itu. Perasaan aneh muncul di dirinya. Ia merasa kehilangan? Sakit? Dan sesak?
"Kayla." Staz menyadarkan Kayla yang sedang berada dalam lamunannya.
"Staz. Apa salahku? Aku tidak tahu kenapa ia begitu marah padaku." Kayla mencengkram dressnya. Staz memegang pundak Kayla dan menenangkan gadis itu.
"Tenanglah, kau bisa bicara baik-baik dengannya."
"Kau pikir dia akan mendengarkan ku? Dia bahkan berharap untuk tidak berbicara denganku lagi." Kayla merasa sangat takut jika Lenz bersikap dingin lagi seperti saat pertama kali ia bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice [✓]
Teen Fiction[TAMAT] Cover story oleh sendiri. High Rank #2 in Fian 04/03/2019 High Rank #11 in Kutubuku 04/03/2019 High Rank #110 in Coldboy 06/05/2019 High Rank #18 in Castle 18/06/2020 Hanya dua harapan yang aku ingin. Kebebasan dan Cinta. Tapi kini aku hidu...