Seperti Bunga

335 35 4
                                    

Siang ini terlihat seorang gadis yang terlihat senang bermain-main sendiri dengan tanamannya. Bunga Indah itu tumbuh dengan baik berkat rawatannya, cahaya matahari yang tidak panas menyinari rambut gadis itu,  sehingga terlihat mengkilap Indah.

Tangan indahnya mengelus bunga itu,  keindahan tangannya seperti bunga peony itu.

"Kayla. " sahut seorang pelayan yang sudah Kayla anggap sebagai sahabatnya.

"Ya airis?" jawab Kayla tanpa menoleh sedikitpun.

"Semakin hari,  kamu terlihat semakin cantik. " puji Airis saat melihat Kayla yang hampir sama cantiknya dengan bunga Peony itu.

"Yah,  jangan berbicara hal yang tidak-tidak. " Kayla terkekeh pelan,  kemudian ia melirik ke arah Airis yang sedang duduk di bangku taman itu.

"Aku serius,  dulu kau terlihat kumel,  rambut tidak terurus,  tapi sekarang karena kamu mendapat perawatan,  terlihat bahwa kau sangat cantik Kayla. " jawab Airis blak-blakan.

"Terserahlah,  mau aku cantik atau tidak,  aku tidak peduli. " ucap gadis yang sedang di puji itu sambil memetik bunga dandelion dengan perlahan,  agar bunga itu tidak berhamburan.

"Apa kau  pernah memikirkan masa depan? " tanya Airis.

"Tentu saja aku selalu memikirkannya. " Jawab Kayla.

"Bukan,  maksudku...  Tentang pasangan. " Sanggah Airis.

"Untuk apa? Aku hanya ingin menambah ilmu dan hidup berbahagia. " Jawab Kayla enteng.

"Kebahagiaan apa yang kamu inginkan? " Airis bertanya kembali,  tetapi Kayla tidak menjawab,  gadis itu hanya memandang dandelion yang di pegangnya.

"Aku... Tidak tahu. " gumam Kayla lalu meniup dandelion itu,  entah karena alam menyukainya,  tiba-tiba angin datang membuat bungan dandelion yang di tiup itu pergi jauh ke atas.  Seperti sedang mencapai langit biru di atas sana.

"Lihatlah,  betapa cantiknya dandelion yang bertebaran di atas sana. Ditambah cahaya matahari yang membuatnya seperti berkilauan." Airis memandang takjub ke atas langit.

"Kau benar. " gumam Kayla sambil menatap ke arah langit.

"Kayla,  kau harus seperti dandelion itu,  terbang tinggi ke angkasa. " ucap Airis.

Kayla hanya melirik lalu tersenyum, 'terbang tinggi ya?  Tapi tetap saja dandelion itu akan jatuh lagi kebawah.' ucap Kayla dalam hati.

"Kau pasti berfikir bahwa dandelion itu akan terjatuh dan itu percuma saja? " ucap Airis, angin itu masih ada dan membelai rambut kedua gadis itu.

"Kau bisa membaca pikiranku? " tanya Kayla terheran.

"Tidak,  aku hanya menebak. "

"Ah.. " Kayla mengangguk mengerti dan berfikir apakh dirinya memang mudah di baca?

"Kau salah,  setingginya dandelion itu terbawa angin,  pasti akan tersangkut di suatu tempat.  Hanya ada dua kemungkinan,  tempat yang baik atau tempat yang buruk.  Kau harus siap mengambil segala resiko jika kau terbang tinggi. Itulah hidup. " ucap Airis, Kayla sempat tertegun dengan ucapan Airis.

"Ahaha,  sejak kapan kau bisa bijak seperti ini? " Kayla terkekeh.

"Hei aku sedang menyemangatimu.  Aku melihatmu tersenyum palsu sepanjang hari. " Airis tersenyum miring dan mengangkat satu alisnya.

"Aku tidak begitu. " elak Kayla.

"Apa kau ada masalah? " Airis berdiri dari duduknya.

"Tidak,  hanya saja... Aku sedang bingung. " gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang