Desa

362 38 4
                                    

"Fian! " Yura berlari mengejar Fian yang sudah berjalan jauh di depannya. 

"Fian woi. " Untuk kedua kalinya gadis itu memanggil,  tapi orang yang di panggil masih belum menoleh kearah nya.

"Woi Banteng! " Yura melempar sepatunya dengan kesal ke arah Fian dan mendarat di punggungnya.  Fian memandang dengan sulit punggung nya yang ada cap sepatu.

"Aku terpaksa lempar sepatu,  salah kamu sih gak noleh-noleh daritadi. " Yura hendak mengambil sepatunya tapi Fian lebih cepat menendang sepatu itu.

"Ish Hei! " Yura mengehentakan kakinya,  "aku hanya ingin bertanya. "

Fian tidak bicara,  ia haya mengangkat sebelah alisnya,  bertanda 'apa?'

"Terimakasih untuk yang tadi,  meski aku tahu itu bukan untukku melainkan untuk membela Kayla,  tapi tetap saja terimakasih. " Yura tersenyum tulus,  Fian hanya memandang dan pergi begitu saja. Tapi langkahnya terhenti,  Fian merogoh sakunya dan melempar permen karet ke Yura,  gadis itu menangkapnya dengan susah payah karena itu terjadi tiba-tiba.

"Terimakasih. " Yura memandang Fian yang pergi dan memandang permen karet pemberian lelaki itu tapi, momen itu hanya terjadi saat Yura sadar sepatunya di tendang jauh.

"Yaaa! " Yura berteriak kesal kembali berlari kecil untuk mengambil sepatunya saat sampai di depan mata,  ia melihat guru datang ke arahnya.  Setelah mendapatkan sepatunya,  Yura berlari sangat kencang sedangkan guru itu terus berteriak.

"Hei!  Sedang apa kau di luar kelas?! "

.

.

.

Di sisi lain...

"Airis. " Kayla memanggil pelan orang yang dipanggil,  malah seperti hanya bisikan pelan.

"Ya?" Airis yang sedang membersihkan kamar Kayla meliriknya.

"Apa disini ada pasar?" Kayla bertanya,  tapi gadis itu masih memeluk lututnya ditas kasur dan belum melirik Airis yang ada di sana.

"Tentu ada!  Kau bisa pergi lewat gerbang depan dan kau tinggal ikuti saja jalannya.  Jalan itu menuju langsung ke desa, pasarnya tidak jauh dari desa. " Airis berucap sambil berbinar-binar.

"Sepertinya kamu sangat suka sekali berbelanja. " Kayla melihat binar di mata Airis.

"Tentu saja!  Yang mengurus gizi makananmu tiap hari kan aku! " Airis menujuk dirinya sendiri dengan bangga.

"Terimakasih. Tapi A-aris kau boleh pergi. Mmm Aku ingin tidur sebentar."

Bohong

Tentu saja Kayla berbohong, sulit untuk berbohong,  tapi ia ingin mencoba jalan-jalan ke pasar sambil mengelilingi desa sendirian.  Ia sudah sangat jenuh tinggal disini,  terkurung di kamar seperti seekor burung, dan bertengkar terus dengan pangeran vampire itu,  dan juga hanya mengobrol ringan dengan kakaknya. Ia ingin mencoba bebas.

"Baiklah Kayla. " Airis pamit keluar kamar.

Kayla berdiri dan mengganti baju untuk keluar instana,  ia juga memakai jubah bekas kakaknya dan menutupi sebagian besar kepalanya.

Kayla berlari menyusuri lorong istana, melewati perkebunan istana,  taman istana dan sampai di gerbang istana.  Ada empat penjaga gerbang disana,  entah mengapa ia merasa menciut.

"Diam ditempat nona! " ucap penjaga tersebut,  padahal ia baru saja sampai di sana.

"Y-ya!?"

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang