Airis

465 52 3
                                    

"Kakak... "

Gadis itu mengusap airmatanya, isi surat itu membuatnya sangat sedih, ua harus menunggu kakaknya seminggu lagi. Gadis itu ingin berlari ke arah kakaknya dan memeluknya erat. Tapi... Ia harus menunggu.

Ia menoleh ke arah jendela. Hari demakin gelap, sinar matahari mulai memudar, suasana ini yang membuat gadis itu merasa takut.

Perutnya juga lapar, ia belum makan apapun, hidup di sini membuatnya tampak semakin kurus, rambutnya yang semakin memanjang dan telapak kakinya banyak goresan karena ia tidak memiliki alas kaki.

Tok tok tok

Kayla was was, siapa yang akan masuk ke dalam ruangannya kali ini.

"Ini makanan anda. " ucap seorang gadis dari balik pintu.

"B-baik aku datang. " Kayla membuka pintu lalu mengambil nampan tersebut lalu tersenyum sedikit. Kayla memandang wajah gadis di depannya itu, siapa saja yang datang mengantar makanan ke ruangannya, pasti mereka memakai masker untuk menutupi sedikit penciuman mereka tentang darah.

"Hemm, lebih baik aku yang datang untuk mengambil makananku sendiri. " ucap Kayla pada lawan bicaranya. Gadis yang sedang di ajak bicara itu adalah gadis yang kakaknya minta untuk mengantar makanan adiknya setiap hari.

"Tidak apa-apa. A-aku harus pergi. " bagai angin, gadis tadi hilang sekejap mata. Kayla sangat ingin mengetahui nama vampire tadi.

"Akhirnyaaa makananku. " kayla segera duduk lalu melahap makanan tersebut, meski hanya roti dan susu, tapi ia merasa kenyang.

Buk

Gadis itu membandingkan tubuhnya ke atas kasur dan memandangi langit langit kamar, "aku merindukan temanku. Mereka sedang apa ya? " penglihatannya mulai memudar, matanya terasa berat dan tanpa sadar ia tertidur lelap.

.

.

.

"Argh!! "

Kayla bangun saat mendengar suara rintihan di balik pintunya. Ia ketakutan, bulu kuduknya merinding, suara siksaan masih terdengar dan suara itu hilang. Tangannya meraih knop pintu, betapa terkejutnya ia saat melihat mayat seseorang di depannya. Isi perut kayla memaksa keluar, ia ingin muntah. Kayla melihat siapa tersangka yang melakukan itu, tersangka hanya menatap Kayla datar dengan matanya yang merah menyala dikegelapan.

"K-kau! Kenapa kau melakukan ini?! "

"Hanya ingin. " Lenz pergi dengan santai, seolah tidak ada yang terjadi. Namun ia membalikkan tubuhnya lalu mengucapkan beberapa kata, "bau darahmu sangat menyengat. " lalu pergi lagi dan hilang dalam kelepaan.

Kaki Kayla bergemetar, dengan cepat ia menutup pintu dan menguncinya, ia berlari ke arah selimut dan was was terhadap segala hal. Ingat dengan ucapan Lenz, Kayla memakan ramuan untuk menghilangkan bau darah dalam tubuhnya.

Ia sangat ketakutan sekaligus tidak percaya bagaimana ekspresi Lenz tadi, seperti sangat sudah biasa untuk membunuh, dan apakah Lenz membunuh vampire tadi hanya keinginannya saja?

Matahari mulai muncul lagi, tapi kalian jangan salah fikir, matahari di sini tidak seperti matahari di dunia kita, tapi warnanya sangat tidak terang, malah sedikit redup sehingga para vampire bebas berkeliaran kesana dan kesini.

Di pagi ini, gadis itu masih tetap dalam posisinya, duduk memojok di tempat tidur dengan selimut yang melilitnya. Kantung matanya tebal dan berwarna hitam. Sepanjang malam ia tidak bisa tidur, bayangan kejadian malam masih teringat jelas, keringat kayla juga membasahi dirinya, kepalanya terasa sangat sakit. Ia ingin meminta tolong, tapi pada siapa? Yang ada saat keluar nanti ia bisa jadi mangsa siapa saja. Ia juga takut saat membuka pintu, kalau misalnya masih ada mayat di depan pintunya.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang