Prince #1

476 57 3
                                    

Edmund menatap Kayla seakan gadis di depannya itu adalah santapan. Mata Edmund memerah, lalu tiba-tiba Edmund berteriak, menahan dirinya yang haus darah. Lalu dengan cepat bergerak keluar ruangan itu.

Di sisi lain, Ray sedang menghadap Raja yang duduk di singgasana dengan mahkota besar bertengger di kepalanya.

"Jadi maksudmu kamu menginginkan adikmu tinggal di sini? "

"Iya yang mulia. " Jawab Ray dengan tangan kanan di dada dan tubuh sedikit membungkuk hormat.

"Tapi akan berbahaya jika membiarkan manusia berkeliaran di sini. "

"Hamba tahu yang mulia, tapi adik hamba tidak memiliki tempat tinggal lagi di sana, keluarga dan perusahaan milik keluarga hamba hancur. Tinggal hamba yang adik hamba miliki, yang mulia. " Ray bersikukuh untuk membujuk Raja agar adiknya berada di sampingnya.

"Baiklah jika itu permintaanmu. Mintalah ramuan pada Van untuk menyamarkan bau darah segar adikmu. "

"Benarkah? Terimakasih yang mulia, semoga dewi Fortuna selalu bersama anda. " Ray melangkah mundur dengan sangat gembira, alasan Raja bisa mengabulkan permintaan Ray yang merupakan seorang penjaga Raja, karena saat itu Raja memiliki hutang pada Ray, sehingga Raja memberikan sebuah permintaan yang akan Raja kabulkan. Dan permintaan itu Ray lakukan sekarang pada Raja.

Ray berjalan bergegas ke ruangan Van, dan membuka knop pintu yang terbilang besar. Disana seorang laki-laki berusia sekitar 27 tahun dengan mata yang ditutupi kain sedang tersenyum menghadap tanaman.

"Apa yang membuatmu terburu-buru seperti itu? " tanpa melihat pun Van tahu siapa lawan bicaranya tersebut.

"Adikku ada di sini, dia butuh ramuan darimu. " Ray mendekati Van sambil menyentuh beberapa bunga yang di rawat oleh Van sendiri. Van mengangguk pelan seraya membawa beberapa daun berwarna merah pekat, bunganya yang berwarna emas itu bersinar dalam gelap.

Tangan besar Van meracik bunga itu dengan tambahan cairan berwarna hitam pekat, dan ia tuangkan kedalam sebuah poci kecil.

"Berikan ini pada adikmu, minum satu hari sekali. " Ucap Van sambil menyodorkan poci itu, Ray mengangguk paham dan segera pamit.

Ray bergegas ke kamar yang di tempati kayla karena khawatir sesuatu terjadi padanya. Saat berlari, Ray melihat Edmund yang berkeringat sambil memegang kepala dan menunduk.

"Edmund! Apa yang terjadi... ?"

"Arrgh. Cepat berikan ramuan itu pada adikmu. Aku sudah tidak rahan dengan bau darahnya. "

Ray segera masuk kedalam ruangan Kayla, benar apa yang di katakan Edmund, didalam ruangan itu, sangat tercium bau darah adiknya. Ray menahan hasratnya untuk meminum darah adiknya. Dengan segera ia bangunkan adiknya.

"Kayla bangun... "

"Enghh kakak, ada apa?"

"Minum ini cepat! " Ray menuangkan minuman itu kedalam gelas dan menyodorkannya kepada adiknya.

"Cepat!" Kayla yang masih belum mengerti situasi hanya melihat kakaknya yang seperti sedang menahan diri.

"Kakak kenapa?" Kayla memegang tangan kakaknya tapi dengan cepat Ray menepis itu. Kayla tersentak kaget .

"Kakak... "

Ray tiba-tiba berdiri dan menatap Kayla dengan tatapan memangsa, matanya berubah menjadi merah dan gigi taring yang memanjang.

"K-kakak kenapa? "

"Jangan salahkan kakak jika kamu terluka. " Ray menerjang Kayla dan menahannya di lantai. Kayla ketakutan dan meringis kesakitan saat kakaknya mencengkram erat leher Kayla.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang