Tok tok tok
"Aya." Ray mengetuk pintu ruangan adiknya.
Ray mengetuk lagi pintu adiknya, tapi tidak ada jawaban darinya. Ray mendorong pintunya pelan.
Tidak terkunci?
Ray masuk kedalam ruangan itu, dan tidak ada siapa-siapa disana.
"Mungkin dia sedang berjalan-jalan di istana." Ray keluar dari ruangan Kayla dan bertemu dengan Airis.
"Halo tuan." Aris membungkuk sambil membawa baju Kayla yang telah Airis cuci.
"Kenapa kamu mencuci bajunya?" Ray mengambil baju Kayla yang telah bersih di tangan Airis.
"Itu tugasku Tuan." Ucap Airis sopan.
"Sudahlah. Adikku bukan atasanmu. Kau tidak perlu sampai melakukan hal seperti ini." Ucap Ray.
"Tuan—"
"Apa Aya yang menyuruhmu?" Selidik Ray.
"Tidak." Jawab Airis cepat karena takut menimbulkan kesalahpahaman.
"Lantas apa?"
"Sebenarnya saya telah melakukan kesalahan padanya." Airis menunduk takut.
"Kesalahan apa?"
"Emm itu... Aku tidak bisa memberitahu tuan. Biar saya yang bawa." Airis membawa kembali keranjang baju itu dan masuk kedalam kamar Kayla.
"Rahasia ya..?" Ray mulai penasaran dan saat bertemu Kayla nanti, ia akan segera melayangkan banyak pertanyaan.
Di dalam ruangan Kayla, Airis mengambil gaun itu satu persatu dan menggantungnya di dalam lemari. Airis prihatin melihat isi lemari Kayla yang hanya memiliki 3 gaun saja.
"Aku harus membelikannya beberapa gaun." Gumam Airis.
"Apakah Kayla sedang berjalan-jalan?" Airis tidak melihat Kayla di dalam ruangannya. Gadis itu membawa kembali keranjang itu dan segera keluar. Tapi saat di dekat pintu, Airis memandang ke bawah dan melihat mangkuk yang tergeletak di sana. Masih ada isinya sedikit dan sebagian tumpah.
"Apa mangkuk ini milik Tuan Van?" Airis mengambil mangkuk itu dan berencana mengembalikan mangkuk itu setelah menyimpan keranjang di ruangan kerja Airis.
Tok tok tok
Airis mengetuk pintu dengan gugup dan mulai masuk kedalam saat ia di persilahkan masuk.
"Selamat pagi Tuan." Airis menyapa dengan ramah, namun ia sangat gugup.
"Pagi. Airis?" Van sibuk meracik tanaman dan menggabungkannya kedalam satu wadah.
"Ah anda tahu saya. Saya ingin menyimpan mangkuk ini." Airis terkagum karena meskipun Van tidak menoleh, Van bisa tahu siapa dirinya.
"Mangkuk apa? Ah simpan saja di meja sana." Ucap Van sambil terus meracik.
"Ah iya." Airis menyimpannya dan pamit pergi.
Van menyeka keringatnya dan menghembuskan nafasnya lelah. Lalu menatap mangkuk yang di simpan di meja sana, Jaraknya cukup jauh dari tempat Van meracik.
"Mangkuk apa? Apakah ada seseorang yang meminjam tanpa sepengetahuan ku?" Van berkedip lalu kembali meracik.
.
.
.
"Kau sudah memastikan tidak ada yang melihatkan?" Tanya gadis itu sambil duduk di kursi mewahnya dan membelakangi dua Vampire itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice [✓]
Teen Fiction[TAMAT] Cover story oleh sendiri. High Rank #2 in Fian 04/03/2019 High Rank #11 in Kutubuku 04/03/2019 High Rank #110 in Coldboy 06/05/2019 High Rank #18 in Castle 18/06/2020 Hanya dua harapan yang aku ingin. Kebebasan dan Cinta. Tapi kini aku hidu...