First time

303 28 18
                                    

"Lenz apa kau khawatir padaku?" Kalimat itu muncul saja dari mulut Kayla. Gadis itu merutuki kebodohannya. Mana mungkin Lenz mengkhawatirkan dirinya. Benarkan?

"Iya. Aku mengkhawatirkan mu." Ucap Lenz dengan serius.

"Aku tidak bisa tidur, aku tidak bisa fokus bekerja saat kau terbaring lemah." Lenz mengeratkan genggamannya dan kembali membuka mulutnya.

"Aku sangat senang saat kau membuka matamu. Aku lega. Aku tidak tahu kenapa aku begini, tapi aku yakin, sepertinya aku mencintaimu." Kalimat Lenz membuat Kayla diam, Gadi itu tidak tahu harus bagaimana. Saat ini jantung Lenz berdegup tanpa sebab.

Airmata Kayla mengucur begitu saja, Lenz terkejut dan mengusap air mata Kayla menggunakan ibu jarinya.

"Ada yang sakit?" Tanya Lenz khawatir dan Kayla menggeleng.

"Lenz dari dulu aku sudah memaafkan mu, dan a-aku tidak tahu kenapa aku menangis setelah mendengarmu. Tapi aku sangat senang, dan air mataku keluar begitu saja." Ucap Kayla sambil mengusap air matanya dan terbatuk sedikit. Lenz mengatupkan mulutnya dan memandang Kayla.

Lenz mendekatkan wajahnya dengan Kayla hingga ujung hidung mereka bersentuhan. Lenz bisa merasakan nafas Kayla yang memburu dari sini. Kayla mematung, ia sungguh bingung dengan situasi ini.

"Aku tarik kata-kataku tentang 'bicara sebanyak-banyaknya'. Kau masih butuh istirahat." Ucap Lenz, dengan lembut.

Perlahan Lenz menempelkan bibirnya dengan bibir Kayla. Lenz merasakan benda kenyal yang menempel di bibir nya saat ini. Kayla hanya diam saja dengan jantung nya yang berdegup kencang.

Kejadian itu terjadi begitu cepat, kini posisi Lenz sudah kembali ke tempat duduknya dengan pandangan yang tidak lepas dari Kayla.

"L-lenz... Tadi kau... Maksudku..." Wajah Kayla memerah seperti kepiting rebus dan tubuhnya merasa gerah.

"Kenapa?" Tanya Lenz dengan senyuman tipisnya, bahkan Kayla saja tidak menyadari jika Lenz tersenyum. Senyuman ini hanya Lenz seorang yang tahu.

"Kenapa kau me... Me-menciumku?" Kayla menutup wajahnya menggunakan selimut. Lenz menyeringai jahil, menyentuh bibir Kayla dari atas selimut itu dengan tangannya.

Dengan cepat Kayla membuka selimut itu hanya sebatas hidung, gadis itu malu dengan main, ia kira jika Lenz menciumnya lagi.

"Lenz!" Ucap Kayla dengan kesal lalu terbatuk pelan. Jujur tenggorokannya masih sakit. Padahal ia sangat ingin berteriak memaki sepuasnya pada lelaki  yang sedang terduduk santai di sampingnya.

"Kenapa? kau menginginkannya lagi?" Lenz mengangkat sebelah alisnya, ucapan itu membuat wajah Kayla memerah kembali.

"Aku tidak pernah menginginkan itu, ak-aku harus beristirahat, pergilah sebelum aku berteri— mph!"

Lenz menyatukan kembali bibir mereka, kali ini sedikit lama. Anehnya juga Kayla tidak memberontak, antara ia memang sedikit 'menyukainya' atau memang kondisinya sedang lemas.

Kayla memukul pundak Lenz karena ia kehabisan nafas. Lenz melepaskannya dan nafas mereka berdua memburu.

"Kenapa kau melakukan hal ini." Gumam Kayla dengan menutup mukanya menggunakan kedua tangannya malu.

"Karena kau milikku."

"Ha??" Kayla mengintip Lenz dari sela-sela jarinya. Cahaya matahari yang tidak terlalu terang menyinari sosok pangeran itu.

Hal menyebalkan nya, entah mengapa Kayla tidak bisa marah atas perlakuan lelaki ini, dan yang kedua, Kayla akui hari ini Lenz terlihat begitu menawan meski penampilan nya yang acak-acakan.

'kenapa aku begini... Itu first Kiss ku, harusnya aku memarahinya' suara dalam hati Kayla menjerit, mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Tapi begitu sulit saat ia menyadari betapa tampannya sosok didepannya ini.

Setelahnya, Kayla menghabiskan waktu di kamarnya sampai sore hari tiba.

Di sisi lain...

"Fian.." suara Via bergetar, Fian membuka matanya saat sedang tertidur di meja dengan tasnya sendiri yang menjadi bantal kepalanya.

Fian hendak memberikan tatapan tajam karena seseorang mengganggu tidurnya namun hal itu ia urungkan saat melihat mata Via yang terlihat seperti akan menangis.

Fian hendak membuka mulut untuk bertanya, namun ia urungkan kembali. Karena ini bukan urusannya.

Fian menyampaikan jaketnya di kepala Via, membuat kepala gadis itu tertutup jaketnya.

"Kau bisa menangis sekarang." Ucap Fian sambil dengan posisi yang masih duduk di bangkunya, dan tangannya yang menopang dagunya. Setelah itu Via menangis tersedu-sedu. Fian terus menatap datar Via yang sedang berdiri sambil menangis. Pandangan Fian teralihkan saat Yura datang dari arah pintu dengan keringat di dahinya dan diikuti oleh Bayu pacar Yura.

Yura memeluk Via yang menangis tersedu-sedu. Via melepas jaket yang menutupi kepala, karena ia mulai merasa panas dan sesak.

"F-fian hiks maaf jaketmu jadi basah hiks... Aku akan mencucinya nanti huaa.." kalimat Via terbata-bata karena ia tidak bisa berhenti menangis.

"Ssst... Sudahlah Via, aku sudah memberi mereka pelajaran." Ucap Yura menenangkan Via.

"Apa.. hiks yang kau lakukan?" Ucap Via dengan mata yang sembab. Yura mengusap air mata Via dengan lembut.

"Aku hanya membakar baju olahraga milik mereka."

"A-apa?"

"Setidaknya itu setimpal dengan perlakuan buruk mereka terhadapmu." Yura menarik kursi yang ada di belakang agar Yura duduk.

"Tapi..." Via mulai merasa cemas.

"Tidak apa-apa. Jika mereka menindas mu lagi, kami ada di sekitarmu." Yura mengelus puncak kepala Via dan merangkul Bayu sambil menunjukan deretan gigi bersihnya. Bayu ikut tersenyum, sementara Fian hanya diam tanpa ekspresi. Yura menendang kaki Fian masih dingin senyum Pepsodent nya, Yura memberikan tatapan dan berbicara seolah 'responlah atau aku juga akan membakar baju olahragamu'.

Fian menghela nafas malas, ia tidak ingin berdebat, jadi Fian terpaksa mengangguk sedikit lalu kembali ke aktivitas tidurnya.

"T-terimakasih kalian."

Duk!

Tidak sangka, ternyata seseorang menguping semua pembicaraan tersebut. Seseorang itu tidak sengaja megeduk pintu dengan sikutnya.

"Siapa disana!?" Yura berjalan menuju pintu itu tanpa takut.

"Ini aku." Ghana muncul sambil mengacak rambutnya.

"Mau apa di sini?"

"Aku mau mengambil tasku yang tertinggal, tapi aku tidak sengaja mendengar semua percakapan kalian." Ghana menunjuk tas yang ada di bangku itu. Yura tidak menyadari ada tas di sana. Karena warnanya yang coklat dan tas itu tidak ada insinya?

Ghana membawa tasnya lalu menghampiri Via. Gadis yang di hampiri itu terdiam takut.

"Bilang padaku jika kau ditindas lagi oleh mereka. Jangan bilang kenapa. Itu karena kau teman Kayla. Teman Kayla adalah temanku juga." Ucap Ghana lalu pergi dari sana. Via menatap Ghana lalu tersenyum dengan tulus. Karena akhirnya ia memiliki teman yang benar-benar tulus.

Fian melihat senyuman itu, lalu kembali tertidur.

Ditempat lain, Ghana berjongkok menunduk dan mengingat kalimat yang ia ucapkan tadi pada Via.

"Kenapa aku so keren seperti itu." Ghana berdiri dan menjedotkan kepalanya beberapa kali ke tembok.

***

Tbc

Maap ya semua, author baru bisa up lagi 😫

Jangan lupa vote dan komen nya.
Terimakasih!!

11/08/2020
~Orphic

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang