Dansa

255 23 15
                                    

"Airis!"

"Iya?!" Teriak Airis sambil membawa beberapa piring.

"Letakan di rak paling atas!" Ucap perempuan itu.

"Iya!" Balas Airis sambil menyimpan piring-piring itu di rak paling atas.

"Kak Mina, ini piring yang harus di cuci." Ucap seseorang yang datang.

"Banyak sekali!" Ucap Airis dengan terkejut melihat tumpukan piring kotor itu. Airis bisa membayangkan berapa banyak orang yang datang dan mekanisme di sini.

"Perhatian!" Ucap Mina selaku wakil ketua  pelayan pada seluruh orang yang sedang bekerja.

"Hari ini hari yang terjadi setahun sekali, meskipun ini melelahkan, ayo kita lakukan yang terbaik!" Ucap Mina menyemangati para pelayan yang sedang sibuk bekerja.

"Kita suguhkan para tamu dengan makanan enak yang kita buat dan di tempatkan dengan piring yang sangat bersih, hasil mencuci kita!" Tambah Mina. Semua pelayan disana yang asalnya merasa kelelahan, kini mereka tersenyum dan mulai bersemangat.

Mina yang melihat itu pun juga tersenyum, "ayo kita lakukan!" Teriak Mina dan semua pelayan ikut berteriak.

"Mungkin sepertinya kau lebih cocok menjadi ketua pelayan." Ucap Daisy ketua pelayan istana.

"Ketua, apa yang kau bicarakan? Aku tidak cocok menjadi ketua. Aku tidak pintar, teliti, tekun, dan pintar mengatur emosi seperti ketua." Ucap Mina.

"Tapi—"

"Sebenarnya aku ingin menjadi orang seperti ketua. Tapi itu sulit. Makanya aku hanya bisa memberi semangat kepada orang lain." Ucap Mina.

"Daisy..."

"Bisa dibilang kita ini saling melengkapi." Ucap Mina sambil tersenyum dengan tulus. Daisy tersenyum lalu mengangguk dan mulai kembali bekerja dengan perasaan baik.

Sedangkan Airis, memindah-mindahkan piring sambil memikirkan satu hal.

"Jika begini... Aku tidak bisa memberikan surat itu pada Kayla. Keadaan di sini benar-benar sibuk." Gumam Airis sambil menghela nafas.

"Aku juga tidak bisa menitipkannya pada orang lain. Karena sepertinya surat ini rahasia. Aduh bagaimana ini." Airis benar-benar kebingungan. Ia sangat tidak tahu apa yang dapat ia lakukan sekarang. Ia juga tidak tahu harus menitipkan surat ini kepada siapa?

Tapi tiba-tiba ada seseorang yang terlintas di pikirannya. Yaitu Ray, kakaknya Kayla. Tapi di saat seperti ini, ia tidak bisa bertemu dengan Ray. Bahkan Airis tidak mengetahui dimana Ray berada.

Sedangkan itu, di kamar gadis yang sedang Airis pikirkan...

Kayla menatap dirinya di cermin. Sudah satu jam ia menatap cermin itu tanpa ekspresi dan pikirannya yang entah kemana.

Plak

Kayla menampar dirinya sendiri, dan terlihat bekas tangan di pipinya.

"Ada apa denganku? Memangnya kenapa jika Lenz membenciku? Kan bagus saja ia tidak akan mengganggu lagi." Kayla mengangguk meyakinkan dirinya. Tapi satu hal lagi yang terpikir.

"Kenapa aku tidak tenang saat Lenz bertunangan? Ini bukan urusanku bukan?" Kayla berbalik dan melangkah menuju pintu.

Tapi tiba-tiba ia duduk kembali dan menatap kembali cermin.

"Wahai cermin... Kenapa hatiku tidak tenang?" Tanya Kayla pada cermin. Berharap ada keajaiban tiba, karena dunia yang ia tempati sekarang adalah dunia fantasi.

Tidak ada jawaban apapun dari cermin. Namun kemudian ia tahu.

"Calm down Kayla. Pasti karena Selena yang menjadi tunangannya. Ya itu pasti, karena aku sangat membenci gadis itu."

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang