Red Blood

465 48 2
                                    

Kayla hendak bergerak namun Lenz menahan nya dan terus menghisap darah Kayla.

"H-hentikan kumohon... "

Tanpa mendengarkan ucapan Kayla, Lenz masih tetap terus menghisap telunjuk gadis itu sambil sedikit menggigit-gigit telunjuknya, membuat gadis itu merintih.

"H-hentikan. " Kayla menggunakan tangan yang satunya lagi untuk menjambak rambut Lenz yang sontak membuat pria itu melirik ke arahnya dengan matanya yang merah.

"Apa yang kau lakukan tadi? " ucap Lenz dengan suara dingin..

"Kau terus menghisap darahku... Aku... Terasa lemas. " Kayla hampir kehilangan kesadarannya, tubuhnya mulai goyah dan ambruk kedepan. Tubuh Lenz bergerak sendirinya menangkap tubuh gadis itu.

Kayla memandang wajah Lenz dengan lemas dan mata yang sayu. Dilihat darimanapun gadis ini tidak terlihat baik.

Lenz memandang sejenak lalu mengangkat gadis itu dengan paksa dan menyimpannya ke tempat tidur dengan kasar.

"Aku bukannya berbaik hati. Tapi aku akan menghabiskan darahmu lagi jika kau sudah sehat. " Lenz pergi dengan menutup pintu tua itu dengan keras.

.

.

.

Dibalik pintu, Lenz menjambak rambutnya sendiri, bisa-bisanya ia menyelamatkan manusia bodoh tadi, "kenapa aku melakukan itu? "

"Lenz! " seorang gadis vampire cantik nan elegant berlari ke arah Lenz dengan semangat lalu memeluknya.

"Lenz! Aku rindu padamu, kenapa kamu tidak pernah menemuiku? Aku sangat bosan." Ucap gadis itu lalu mengecup pipi kanan Lenz.

Lenz mendorong gadis itu, "aku sedang sibuk. Pergilah dan cari orang lain. " Lenz membalikan tubuhnya menghindari gadis di depannya.

Gadis tadi dengan cepat memeluk Lenz dari belakang. Dan berbicara seakan Lenz mendengarkannya dengan baik.

"Tingkah dinginmu membuatku bertekad untuk menjadi orang yang pertama untuk menghangatkan hatimu. " Ucap gadis itu semakin mempererat pelukannya.

Srek

Lenz melepas dengan paksa membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangannya.

"Jangan pernah menyentuhku. Asal kau tahu, aku tidak akan pernah jatuh Cinta padamu. " Lenz pergi dengan menutupi kepalanya dengan atasan jubahnya.

"Aku tidak akan pernah menyerah Lenz. Apapun itu aku akan lakukan walau harus membunuh semua orang. " gadis itu mengepalkan kedua tangannya dan pergi dari tempat itu dengan hentakan kaki yang keras.

Sedangkan di dalam kamar, Kayla mendengar semua percakapan itu, karena percakapan mereka yang terlalu kencang, Kayla merasa baikan setelah meminum obat ramuan, meski itu hanya untuk menutupi bau darah, tapi entah mengapa Kayla merasa tubuhnya menjadi lebih baik.

"Semua orang- maksudku semua Vampire disini sangat gila. Kecuali Airis, Van dan kakak mereka baik, meski... Aku merasakan ada hal yang aneh dalam diri Van. " Kayla menggedikan bahunya dan membaringakan kembali dirinya di tempat tidur. Ia berbaring dengan posisi menyamping, matanya tertuju pada serpihan kaca di lantai.

"Apa yang akan terjadi jika aku bunuh diri? Apakah saat mati nanti aku bertemu kembali dengan ayah ibuku dan menyiksaku juga di sana? Ataukah akhirnya aku hidup bahagia? Haruskah kucoba? "

Saat Kayla baru saja menyentuh serpihan kaca itu, seseorang tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamar.

"Kau berniat bunuh diri? "

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang