Sempurna?

536 54 0
                                    

"Kayla... "

"Aku bilang tidak ya tidak! " Kayla berteriak keras pada Yura. Melihat ekspresi Yura yang terkejut membuat Kayla tersadar atas perbuatannya.

"Ah... M-maaf, aku hanya tidak ingin ikut. " Kayla menunduk gemetaran sambil merasa bersalah.

"T-tidak,  aku yang minta maaf sudah memaksamu. " Yura berdiri lalu berlari meninggalkan Kayla di kelas. Saat ini kelas sedang kosong,  tidak ada guru yang masuk,  para murid banyak yang pergi untuk bersenang-senang.  Tapi kelas tidak benar benar kosong,  hanya tinggal Kayla,  ketua kelas dan Fian yang sedang tertidur di kelas.

Kayla memandang pintu dengan sedih lalu membalikan badannya dan membaca kembali buku.

'Aku bukan tidak mau, aku hanya... takut. ' Kayla mencengkram roknya dan berdiri dengan tegas.  Kedua orang yang ada di kelas itu melihat kayla dengan aneh.

"Kayla."

"Aku hanya ingin ke perpustakaan. "

"Sudahlah jangan belajar,  dengan begitu aku bisa mengalahkanmu. "

"Aku tidak akan pernah kalah. " Dengan mata tajam Kayla mengatakan hal itu. Bukannya untuk menyombongkan,  ia hanya bertekad tidak ingin kalah dan mati dalam siksaan ibunya.

"Kau! " Ketua kelas merasa geram,  hendak memaki Kayla,  namun gadis itu sudah pergi. 

Fian memandang ketua kelas dengan tatapan datar "berjuanglah dengan benar. " Usai mengucapkan itu Fian pergi dengan tangan di sakunya.

"Tahu apa kau!? Orang bodoh sepertimu menceramahiku? "

Mendengar perkataan itu Fian menghentikan langkahnya, tanpa melirik ketua kelas, Fian berbicara.

"Aku hanya tidak ingin pintar. " Fian melanjutkan kembali langkahnya sambil mengunyah permen karet.

.

.

.

"Sayang, kamu meninggalkan kotak makan siangmu lagi. " seorang wanita memasuki ruangan suaminya.

"Oh iya maafkan aku sayang. " Pria itu mencium kening istrinya dengan penuh kasih sayang.

"Bagaimana keadaannya? "

"Dia masih belum ditemukan. " wanita itu menundukkan kepalanya, tersirat kesedihan yang mendalam di wajahnya.

"Haaahhh...  Anak itu. " Pria itu memijat pelipisnya, sudah ia lakukan berbagai cara agar anak itu kembali kerumahnya dan menerima mereka dengan besar hati.

Cairan bening membasahi pipi wanita itu,  Pria itu berdiri dan mengusap pipi istrinya, "tenang sayang, kita pasti akan menemukan cara. " Ucap pria itu dengan lembut.

.

.

.

"Kyaaa itu Fian!! " Teriak seorang gadis.

"Ke sana yuk! "

"Yuk! "

Dua gadis berdandanan menor ala zaman sekarang, itu menghampiri Fian yang sedang duduk di jendela UKS.

Meski sedang duduk diam,  dimata mereka,  Fian seperti sedang photoshoot dengan kaki yanh di angkat sebelah,  poni rambut yang panjang dan berantakan, mata yang terpejam sambil mendengarkan musik, ditambah angin yang menambah kesan plus-plus.

"Oppa! "

Fian tidak menghiraukan mereka,  ia hanya diam mengunyah permen karet dengan headset yang menggantung di telinganya.

My Choice [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang