"B-bagaimana mungkin? " Yura menatap layar monitor sekali lagi. Sementara itu Fian, Via dan paman itu masih saja diam termenung.
"Aku... " Yura menutup mulutnya dengan tidak percaya apa yang telah ia lihat, tubuh Yura bergetar menyaksikan video yang terekam oleh cctv.
"Hiks... Hiks... " Via berjongkok sambil memeluk lututnya, "aku... Tidak pantas berteman dengan Kayla, seharusnya aku bisa menolongnya. " Via terus menyusut air matanya, tapi... Seperti bendungan yang bocor, air mata itu terus tetap mengalir begitu saja.
"Aku tahu bagaimana perasaan kalian, tapi... Menyesal sekarang tidak ada gunanya. Kita harus mencari-"
"Bagaimana cara mencarinya?! " Yura memotong kalimat dan berteriak di depan paman itu, "bahkan para polisi sudah kebingungan dengan kasus ini!" Fian menarik kerah baju belakang Yura, hingga Yura mundur beberapa langkah dari paman itu.
"Hahhh... Aku tau ini sulit, tapi kerja keras tidak akan mengkhianati kita. Kita punya satu bukti, tapi aku tidak yakin dengan ini. "
"Apa buktinya? " Ucap Fian yang akhirnya berbicara. Yura melirik ke arah Fian dengan kesal "ck, dengan paman saja kau bisa bicara, tapi kau selalu diam bisu kepada yang lain. " Yura menghapus airmatanya dan mulai mendengarkan pembicaraan paman, meskipun masih terdengar sedikit isak kecilnya.
"Kalian dari tadi hanya fokus dengan perkelahian ketiganya, tapi lihatlah dengan baik. " Paman tersebut memajukan video itu dan menunjuk ke arah sesuatu.
"Bukankah ini aneh, saat mereka bertiga terkapar, muncul bayangan laki-laki dari arah pintu dan kemudian cctv itu langsung mati. " Paman itu menunjuk-nunjuk monitor, Yura, Fian, dan Via menyelidik monitor itu dan memang benar muncul bayangan dari arah pintu.
"Tunggu. " Fian semakin mendekatkan dirinya ke arah monitor, "besarkan gambar bagian lemari kaca. " Fian memerintah paman, dengan cepat paman itu membesarkan bagian lemari kaca itu dan terpantul sosok seseorang.
"I-itu! " Yura berteriak membuat ketiga orang itu melihat kearah Yura.
"Kenapa? " paman bertanya.
"I-itu seperti kakak kandungnya Kayla, tapi dia sudah mati. "
"Ha?! " mereka berteriak kaget, kecuali Fian yang hanya kaget tanpa suara.
"Apa kau yakin? " paman tersebut bertanya sekali lagi untuk meyakinkan.
Yura mengangguk, "bahkan aku menghadiri acara pemakamannya. "
"Mungkin hanya orang yang mirip, tapi untuk apa pria itu datang? " paman memijat-mijat kelopak matanya sambil terpejam.
"Apakah kasus ini sudah direncanakan? " Via bertanya lalu mereka bertiga terdiam dalam pikirannya masing-masing.
'Tidak, aku yakin ini benar-benar kak Ray, meskipun kurang jelas tapi aku yakin ini benar-benar dirinya, tapi kenapa bisa?' Yura menggigit ibu jarinya dengan cemas.
Di sisi lain...
"Aku tidak peduli. " Kayla, gadis itu terus mengelak untuk makan.
"Ck kau keras kepala sekali. Bagaimana kalau kamu-"
"Aku tidak peduli! " Yura masih kuat dalam pendiriannya untuk tidak makan, lagipula bukannya setelah minum darah, ia bisa tahan makan seminggu, lalu kenapa Vampire pangeran ini terus memaksanya makan?
Tok tok tok
Suara pintu itu di ketuk lalu Kayla berteriak mempersilahkan seseorang itu masuk kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice [✓]
Teen Fiction[TAMAT] Cover story oleh sendiri. High Rank #2 in Fian 04/03/2019 High Rank #11 in Kutubuku 04/03/2019 High Rank #110 in Coldboy 06/05/2019 High Rank #18 in Castle 18/06/2020 Hanya dua harapan yang aku ingin. Kebebasan dan Cinta. Tapi kini aku hidu...