[ J a k a r t a, 2 0 2 1 ]
BRAK!
“ASTAGHFIRULLAH!”
Kantin SMA Nusa Permata yang awalnya gaduh mendadak senyap. Semua pandangan manusia-manusia kelaparan tertuju pada sang tersangka.
Beryl Baby Breath.
Gadis berkawat gigi dengan kerudung putih segi empat—yang kini berkibar karena angin dari sebelahnya—dan headphone yang selalu menggantung di lehernya.
Beryl menoleh kesal, menatap seseorang yang dengan watadosnya mengarahkan portable fan ke arah wajahnya.
Sahabatnya, Kukira Juniper, panggil saja Kuker. Seperti namanya, dia memang kurang kerjaan. Jangan dekat-dekat sama dia ya. Kuker masih menetralkan jantungnya karena gebrakan meja dari Beryl barusan.
Sepersekian detik Beryl menyadari jika suasana kantin sudah kembali seperti semula. Beryl menatap kedua sahabatnya. “Gue resmi putus sama dia.”
“Maksud lo?” tanya Amarant, panggil saja Amara. Sahabat Beryl yang lain. Satu hal pasti bagi Beryl, Amarant sangat misterius.
“Gue sama Ataya—”
“Hey B3! Lo sama Ataya putus? Dia kenal sama lo aja enggak,” potong Kuker blak-blakan. Sontak membuat Beryl mendelik tajam.
“Kita putus pertemanan,” ucap Beryl melanjutkan. Amara hanya menatap Beryl tanpa ekspresi.
“Atas dasar?”
“Kemarin gue lihat Ataya pacaran. Gue udah gak mau sakit hati lagi. Gue nggak akan peduli sama dia lagi,” ujar Beryl lesu. Tatapannya menerawang bagaimana Ataya berulang kali mematahkan hatinya.
Lucu.
Hati memang tak punya tulang.
Namun, ia bisa patah.
Amara bangkit dari duduknya. Tampak seringai kecil tercetak di sudut bibirnya. “Ternyata kasta emosi lebih tinggi daripada pertemanan.” Amara berbalik dan mulai menjauh.
“Lo mau ke mana?” tanya Kuker nyaring.
“Toilet.”
Amara sempat tersenyum miring sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Beryl dan Kuker, tertelan keramaian manusia-manusia kelaparan yang baru saja menjalani fase ‘pengurasan otak’ berkala.
Beryl terdiam, mulai mencerna ucapan Amara. Apa ia terlalu kekanakan? Sebegitu mudahnya ia memutuskan pertemanan?
“Ini kosong, 'kan?”
Suara berat seseorang memecah lamunan Beryl. Beryl mendongak, bersamaan dengan itu suara batuk Kuker mulai mendominasi. Beryl melebarkan mata. Ditatapnya kedua senior di hadapannya bergantian.
Saadan dan Arkananta. Mustahil jika tak mengenal kedua nama itu. Beryl terkagum, ternyata orang tampan itu kalau dilihat dari dekat jadi lebih tampan ya?
Hingga tak sengaja tatapan Beryl terhenti pada kertas yang menempel di bawah kotak makannya, sebuah sticky note warna hijau pastel. Kening Beryl mengernyit, ada sebuah tulisan tangan di stickynotes itu. Dan di bagian ujungnya terdapat bunga Baby’s Breath yang semakin memperkuat dugaan Beryl jika stickynotes itu benar ditujukan padanya.
________________________
For you, Baby breath
Kompleks Amaryllis. | Octo |
118 tabel
26 hurufㅡ Hidrogen.
________________________
Beryl mengerutkan kening, jadi penulis stickynotes misterius ini adalah Hidrogen? Apa nama dibalik Hidrogen? Ia semakin tak mengerti.
Ia berpikir sejenak, tapi tak ada pemikiran apapun yang terlintas di otaknya. Astagfirullah dangkal.
Melihat perubahan air muka Beryl, Kuker yang sedang sibuk dengan portable fan kesayangannya merasa heran. “Kenapa?” tanyanya.
Beryl hanya menggeleng. Sedangkan Saadan dan Nanta saling diam tak peduli. Beryl diam, mulai bermonolog dalam hati. Ini buat gue? Tapi dari siapa? Maksudnya apa? Atau jangan-janganㅡ
“Buset jauhin kipas lo, Kuk!”
✿ ✿ ✿
“Griya Amaryllis,” gumam Beryl pelan. Tanpa sadar jika sejak 1200 detik yang lalu dirinya hanya berdiri diam di depan tempat yang tertulis dalam stickynote misterius itu.
Langit senja kian mencolok, sedang dirinya masih enggan bergerak dari tempatnya berdiri sekarang. Lagipula, tak pulang pun tak akan ada yang mencari.
Beryl memasang kembali headphone ke telinga, mengeratkan jaket, kemudian berbalik hendak meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah. Tepat saat ia akan menyeberang jalan, bersamaan dari arah lain ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Otomatis pengemudi mobil mengerem mendadak, hanya selisih beberapa inci saja menabrak Beryl.
Beryl melepas headphone di telinganya dan memandang mobil—yang hanya berjarak beberapa inci darinya—tanpa dosa.
Pintu mobil terbuka, keluarlah si pengemudi mobil, seorang cowok yang juga berseragam putih abu-abu. Cowok itu mengamati bagian depan mobilnya dan bernapas lega. Kemudian menatap Beryl tajam, “Kalau jalan tuh pakai mata!”
Beryl hanya diam menatap cowok yang jauh lebih tinggi darinya itu tanpa kedip. Dari name badge-nya, nama cowok itu Haydar Mahya A.
Diamnya Beryl membuat cowok bernama Haydar itu berdecak kemudian kembali ke mobilnya dan berlalu masuk ke area griya Amaryllis begitu saja.
Beryl masih bergeming di tempat, menatap sekitar. Di salah sisi jalan tak jauh darinya, tampak seorang wanita paruh baya dengan pakaian khas asisten rumah tangga sedang mendorong seseorang ber-hoodie abu dan menggunakan masker hitam dengan kursi roda. Mereka keluar dari sebuah toko kue, tentu dengan belanjaan di tangan wanita itu.
Entah mungkin karena terlalu banyak, beberapa paper bag dalam jinjingan wanita itu terjatuh dan itu tak luput dari pandangan Beryl. Beryl berlari dan membantu wanita itu.
“Terima kasih ya, Non,” ujar wanita itu seraya tersenyum ramah. Beryl balas tersenyum dan mengangguk.
Tanpa sengaja manik matanya bertubrukan dengan manik mata seorang ber-hoodie abu itu. Beryl mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Dalam tatap, seolah ada yang sulit diucap, sulit dipercaya kala hati kian menghangat.
To be continued…
Salam sayang,
alfyixx
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...