Fayola baru saja turun dari motor Fandy, mereka baru saja pulang sekolah seperti biasanya.
"Udah sana masuk, ntar diculik om om lagi, kan masih bocil."ucap Fandy sambil mengacak acak rambut Fayola.
"Eh lo mah ye, doain pacar kok jelek amat."protes Fayola.
"Kan siapa tau, kalo gue mah enggak tau cuma ngasih tau buat jaga jaga. Gue sebagai pacar yang siaga harus siap dua puluh empat jam."
"Terserah lo deh, cepet pulang sana, bosen gue ngliat muka lo lama lama."usir Fayola.
"Gak ditawarin mampir nih?"ujar Fandy.
"Gak usah mampir mampir, cepet pulang ntar dicariin mak lo. Kan anak mama harus pulang tepat waktu."ejek Fayola.
"Iya iya akang pulang dulu ya neng." pamit Fandy.
"Iya sana sana pergi hus, hati hati ya ayang beb" ucap Fayola sambil melambaikan tangan.
Setelah motor Fandy sudah tak terlihat, Fayola masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum Fayola pulang."teriak Fayola dengan riang. Namun wajah bahagianya berangsur hilang saat mendapati mamanya menangis.
"Fe, kamu siap siap setelah ini kita pergi."ucap sang mama dengan nada bergetar.
"Kemana ma?"
Fayola yang melihat mamanya sedang sesenggukan di atas sofa langsung menghampiri mamanya.
"Mama kenapa nangis?"tanya Fayola.
"Fe kamu ganti baju ya turutin kata mama, masalah kita mau kemana nanti kamu juga tau kok." jawab sang papa.
Fayola hanya menurut, ia bergegas untuk mengganti baju dan membawa barang yang sekiranya dibutuhkan. Setelah siap ia pun turun kebawah.
"Fe udah siap, ayo kita berangkat."ajak Fayola.
"Ayo ma."ucap sang papa sambil menggandeng mamanya.
Fayola bingung kenapa mama nya terlihat sedih, Fayola memilih untuk diam saja ia berpikir pasti nanti ia akan tau sendiri.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, bahkan hingga memakan waktu sampai hampir satu jam, keluarga Fayola sudah sampai tempat tujuan.
Melihat keadaan di sekitar tempat dimana mobilnya diberhentikan, Fayola mengerutkan dahi.
"Udah sampe fe, ayo turun."ajak Pahlevi.
"Hah? Makam? Gak salah kita kesini?"tanya Fayola heran.
"Enggak, kita enggak salah. Papa sama mama bakal ajak kamu ke makam seseorang."jelas sang papa.
Fayola hanya mengikuti arah orang tuanya berjalan. Ia melihat orang tuanya berbincang dengan seseorang yang ia duga penjaga makam.
"Iya benar saya pak Anton, saya yang menghubungi pak Levi. Mari saya antar ke makamnya." ajak penjaga makam.
"Sebenernya mau ke makam siapa sih?"
"Makamnya opa kan di Surabaya. Kakek, nenek, sama oma aja masih sehat walafiat semua."
"Perasaan juga gue gak punya keluarga di daerah sini, ini daerah mana aja gue gak tau."
Fayola dan orang tuanya mengikuti penjaga makam itu, sampai mereka berhenti di depan makam seseorang.
"Denny Argario Pahhlevi?"gumam Fayola.
"Siapa Denny? Kok namanya ada marga keluarga sih."lirih Fayola bertanya tanya pada dirinya sendiri.
"Denny."
Friska terjatuh lalu memeluk nisan itu dan menangis sejadi jadinya. Sang papa duduk disamping mamanya dan mengelus pundak sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola (Completed)
Teen Fiction#1 - Kepercayaan (25/08/2020) #1 - Kepedulian (25/08/2020) #2 - Terbuang (25/08/2020) #2 - nangis (25/08/2020) Fayola Thevani Friskananda. Seorang gadis yang merasa dirinya adalah anak paling beruntung sedunia. Putri semata wayang dari Pahlevi nanda...