Saat ini kelas Fayola sedang melaksanakan pelajaran olahraga, karena guru mereka sedang tidak ada untuk mengajar karena terdapat suatu keperluan yang kita tak berhak tau. Para anak kelasnya ada yang bermain basket, ada yang bermain sepak bola, kasti, voli, ada yang hanya duduk dan bergosip ria dibawah pohon, ada yang memilih tidur di kelas, ada juga yang makan di kantin.
Fayola memilih untuk bermain basket dengan beberapa anak kelasnya. Saat ia sibuk mendribble bola tiba tiba ada sepatu yang berdiri di depannya.
"Hai babu, pinter juga main basketnya."
"Astaghfirullahaladzim untuk gue gak punya penyakit jantung kak, lo ngapain disini? Kan kita udah gak ada hubungan majikan perbabuan lagi, lo mau nyuruh gue ngapain lagi hah?"
"Siapa juga yang mau nyuruh lo, gue tadi disana liat lo main basket makannya gue samperin. Mau gue ajak tanding, berani gak lo?"
"Heh, siapa takut. AYO!"
Tim di bagi menjadi dua yaitu tim Fandy dan juga tim Fayola. Permainan berjalan dengan sangat sengit, Fayola akui Fandy sangat hebat bermain basket. Ya wajar saja, Fandy adalah kapten basket di SMA mereka.
"Yaampun itu ingus lo keluar, jijik banget."
Fandy meraba hidungnya, kelengahan itu di manfaatkan Fayola untuk menguasai bola yang tadi di dribble oleh Fandy. Fandy yang sadar di bodohi oleh Fayola pun marah marah di tengah lapangan.
"Woi, curang lo."
Fayola yang mendengar teriakan Fandy tertawa sembari terus menggiring bola. Kurang satu loncatan untuk memasukkan bola ke dalam ring, namun..
Duk...
Bola milik anak yang sedang bermain sepak bola melayang menghantam kepala Fayola dengan keras hingga pingsan.
Semua anak kelasnya dan juga Fandy menghampiri Fayola yang tengah tak sadarkan diri di bawah ring basket. Dengan sigap Fandy dan beberapa teman kelasnya menggendong Fayola menuju UKS.
Sesampai UKS, Fandy menyuruh para anak kelas Fayola untuk kembali bermain. Ia yang akan menjaga Fayola di UKS.
Fandy mengusapkan minyak kayu putih di bawah hidung Fayola. Kemudian melepaskan sepatu Fayola dan mengusap tangan Fayola yang dingin.
Perlahan Fayola membuka matanya, dan aroma obat obatan menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Fayola menatap sekelilingnya dengan mata sayu, banyak pertanyaan yang melayang layang di benaknya.
"Udah sadar?"Fayola menoleh ke sumber suara, ia terlonjak melihat Fandy yang ada di sampingnya. Sejak kapan Fandy ada disitu pikirnya.
"Gue ada di mana?"Fayola tak menjawab pertanyaan konyol Fandy, ia bertanya balik pada Fandy. Fandy memutar bola matanya malas.
"Di kamar mandi, udah tau ada kasur ada obat obatan ada kotak p3k gitu masih aja nanya ada dimana."
"Ya santai aja gak usah nyolot gitu bisa gak?"tanya Fayola dengan wajah kesal.
"Ya lo sih bikin emosi gue naik aja, udah tau di UKS masih aja nanya hal gapenting."
"Pertanyaan lo juga gak penting kali, udah tau mata gue terbuka lebar gitu masih nanya udah sadar? Mata lo belekan hah?"
"Istighfar gue, kalian ini di situasi kaya gini kalian masih bisa bisanya berantem yaallah gak habis thinking ya gue."Lita menepuk jidatnya pelan melihat kelakukan Fayola dan Fandy. Mereka bertengkar adalah suatu hal yang biasa, tapi betengkar di situasi seperti ini?
"DIA DULUAN!"Fandy dan Fayola saling menunjuk untuk menuduh satu sama lain.
Kkrkkk...
Suara perut Fayola berbunyi dengan nyaringnya membuat ia ingin menghilang saja, Fayola menyengir tak berdosa untuk menutupi rasa malunya, sedangkan Fandy tertawa terbahak bahak. Fayola yang kesal pun menimpuk kepala Fandy dengan bantal yang ada di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola (Completed)
Novela Juvenil#1 - Kepercayaan (25/08/2020) #1 - Kepedulian (25/08/2020) #2 - Terbuang (25/08/2020) #2 - nangis (25/08/2020) Fayola Thevani Friskananda. Seorang gadis yang merasa dirinya adalah anak paling beruntung sedunia. Putri semata wayang dari Pahlevi nanda...