Kring...
Tit..
Suara nada dering dari ponsel dan juga bunyi alarm bersahutan terdengar nyaring, namun seorang manusia yang ada di dalam ruangan itu sama sekali tak terusik.
Semakin lama ponsel itu semakin menggila, akhirnya membuat sang pemilik ponsel kesal lalu meraih ponsel yang tergeletak di nakas.
"Heh lo siapa sih pagi pagi udah nelpon? Ganggu orang tidur tau gak?!"
"Ini gue li--"
Dengan kesal Fayola mematikan panggilan dari temannya."Masih pagi juga, nelpon nelpon, gak tau orang masih ngantuk apa."
Lalu tak lama ponsel nya berbunyi kembali, akhirnya Fayola memilih untuk mengangkat telfon yang sedari tadi menganggunya.
"ADUH SIAPA LAGI SIH INI, GANGGU ORANG TIDUR AJA!"
"Apaan?"
"Fe, lo gak sekolah? Tumben belum dateng." tanya Lita dengan nada khawatir.
"Emang sekarang jam ber--- HAAA? JAM 7? MAMPUS GUE TELAT!"
Fayola melempar ponselnya asal, kemudian ia melompat dari kasurnya dan menuju kamar mandi.
Tak butuh waktu lama ia memakai seragamnya, setelah siap ia turun dan menuju sekolah dengan mobil kecepatan penuh.
Setelah sampai disekolah ia melihat gerbang sudah ditutup, tinggal gerbang kecil yang hanya cukup untuk pejalan kaki.
Ia memutar balik mobilnya, ia memakirkan mobilnya di depan cafe terdekat dari sekolahnya. Ia berlari masuk gerbang, ia menghela nafas tidak ada OSIS yang berjaga. Ia melangkah santai menuju kelas.
"HEI KAMU."
"Mampus! Baru aja gue bersyukur karna gak ada guru."gumam Fayola.
"Saya bu?" tanya Fayola.
"Iya kamu, siapa lagi kalo bukan kamu. Kenapa kamu telat?" tanya guru BK yang bernama bu Ema.
"Orang tua saya gak ada dirumah bu, jadi gak ada yang bangunin dan alhasil saya telat deh bu." jelas Fayola.
"Saya tidak menerima alasan, sekarang kamu keliling lapangan dua puluh kali baru kamu boleh menuju kelas." perintah bu Ema.
"Aduh bu banyak banget sih? Lapangan ini luas banget lho bu." eluh Fayola.
"Karna kamu mengeluh, keliling tiga puluh kali. Mengeluh lagi saya tambah." ucap bu Ema.
Fayola pun menuruti perintah bu Ema.
"Itung itung nyenengin guru pagi pagi, dapet pahala fe semangat." gumam Fayola.
Dengan keringat bercucuran fayola tetap melaksanakan hukumanya.
Namun saat putaran sudah menginjak angka dua puluh ia merasa ada yang mengalir dari hidungnya. Fayola memperlambat larinya, Ia menyentuh hidungnya. Ternyata benar ada darah yang mengalir, ia berlari menuju toilet dan membersihkan darah tersebut.
"Kenapa gue mimisan?"gumam Fayola.
Fayola tak mau berpikir buruk, mungkin hanya kelelahan saja. Fayola pun kembali ke lapangan dan melanjutkan kegiatan berlarinya. Dan saat putaran terakhir ia merasa pusing dan tiba tiba semuanya gelap.
Melihat gadis tergeletak di lapangan, seorang pria yang sedang berjalan dengan santai di koridor mencoba mendekati.
Pria itu menepuk nepuk pipi Fayola, lalu membalikkan badan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola (Completed)
Teen Fiction#1 - Kepercayaan (25/08/2020) #1 - Kepedulian (25/08/2020) #2 - Terbuang (25/08/2020) #2 - nangis (25/08/2020) Fayola Thevani Friskananda. Seorang gadis yang merasa dirinya adalah anak paling beruntung sedunia. Putri semata wayang dari Pahlevi nanda...