"Fayola?"kaget Lita dan Devan bersamaan.
"Udah biasa aja, gue gakpapa kok." ucap Fayola sembari tersenyum.
"Itu resiko yang harus ditanggung saat kita mencintai, kita harus siap patah. Ya walaupun sedikit menyayat tapi berusaha baik baik saja lebih baik kan daripada terus tenggelam dalam keterpurukan?"
"Kok gue ngerasa omongan si Fayola melankolis banget ya?" bisik Devan kepada Lita.
"Iya, biasanya juga gesrek. Tiba tiba kaya duta sadgirl gini bikin kaget."balas Lita.
"Fe, kita pulang aja yuk?" ajak Lita.
"Iya deh mendingan lo pulang aja, kali ini gue ijinin lo gak kumpul deh." tambah Devan.
Fayole terkekeh, ia merasa jadi manusia paling menyedihkan hanya karena hal seperti seperti ini."Kenapa kalian lebay banget sih? Gue tetep bisa aktivitas kaya biasanya. Jangan lebay gitu ah, lagian siapa sih yang galau? Udahlah gue gakpapa kok."
"Jangan sok kuat fe, kalo emang lo hancur kita disini siap buat nampung keluh kesah lo."ucap Devan.
"Iya fe, kita udah sahabatan emang belum lumayan lama sih. Tapi gue harap lo jangan pernah buat nutupin semua luka lo dibalik senyuman palsu itu, gue gak suka."tambah Lita.
Fayola langsung memeluk Lita dan Devan.
"Aaa jadi sayang deh."
Lita membalas pelukan Fayola, sedangkan Devan hanya mengelus puncak rambut gadis itu.
"Yaudah sekarang lo mau pulang apa kumpul OSIS?" tanya Lita.
"Gue kumpul OSIS lah, lo kalo mau pulang gak papa ntar pulangnya gue kan bisa naik taksi atau dianter kak Devan, yakan kak?"
"Iya nanti biar gue yang anter Fayola."ucap Devan.
"Oh yaudah, gue balik duluan ya kalo gitu." pamit Lita.
"Bye lit, hati hati." balas Fayola sambil melambaikan tangannya.
"NTAR KALO ADA APA APA JANGAN LUPA HUBUNGIN GUE."teriak Lita.
" SIAP."
"Yaudah yuk, langsung aja keruang OSIS. Pasti semua udah nungguin." ajak Devan.
"Lets go!"
Setelah menyelesaikan rapat mereka yang membutuhkan waktu sampai hampir maghrib, Devan mengantarkan Fayola sesuai dengan janjinya.
"Makasih kak udah dianterin. Mau mampir dulu?" ucap Fayola saat sudah berada di depan gerbang rumahnya.
"Gak deh udah sore soalnya."tolak Devan dengan halus sembari menerima helm dari Fayola.
"Lo jangan sedih lagi, cari kegiatan gitu biar gak keinget Fandy terus."
Fayola menghembuskan nafasnya, ia mengangguk. Benar kata Devan dia harus mencari kesibukan agar tak teringat pada Fandy, tadi saat otaknya terfokus pada rapat OSIS nya Fayola hampir lupa kalau dirinya sedang tidak baik baik saja.
"Dianter siapa fe?" tanya Pahlevi yang tiba tiba keluar.
"Ini pa kak Devan, ketua OSIS di sekolah aku." Jelas Fayola sembari menyalami tangan papanya.
Devan pun turun dari motor dan menyalami Pahlevi.
"Devan om."
"Saya Pahlevi, papa nya Fayola. Ayo masuk dulu." ajak Pahlevi.
"Sebenernya sih pengen, tapi kapan kapan aja deh om, soalnya ntar keburu maghrib."tolak Devan secara halus.
"O yasudah tapi kapan kapan beneran mampir rumah lho ya."ucap Pahlevi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola (Completed)
Teen Fiction#1 - Kepercayaan (25/08/2020) #1 - Kepedulian (25/08/2020) #2 - Terbuang (25/08/2020) #2 - nangis (25/08/2020) Fayola Thevani Friskananda. Seorang gadis yang merasa dirinya adalah anak paling beruntung sedunia. Putri semata wayang dari Pahlevi nanda...