'Gimana kejadian kemarin? Masih kuat hidup apa nggak haha.'
Fayola dikejutkan dengan kehadiran surat tersebut saat ia bangun tidur.
"Meong meong."
Rasa ketakutan yang dirasakan Fayola seketika hilang karena kelucuan Arbi yang mencakar cakar surat tersebut.
"Dasar Arbi,"gumam Fayola sambil tersenyum tipis.
Fayola membuang kertas itu di tempat sampah, lalu beranjak ke kamar mandi karena jam sudah menunjukkan pukul enam lewat.
Setelah selesai mandi, Fayola celingak celinguk mencari anak kucing kesayangannya.
"Eh Arbi kemana?"
Fayola meneliti setiap sudut kamar, namun Arbi tak ada ia memutuskan untuk memancing nya dengan makanan kucing nya. Tak lama arbi masuk lewat celah pintu kamar.
"Lah udah keluar aja? Baru darimana kamu hah?"ucap Fayola seakan akan memarahi Arbi.
"Meong meong."
"Udah sana makan, kak fe siap siap sekolah dulu."ucap Fayola.
Setelah memakai seragamnya, Fayola menuju meja rias nya untuk mengambil sisir namun disamping sisir tersebut terdapat beberapa surat ada di meja.
"Hah?"
Ia membuka semua surat itu namun nihil tak ada tulisan sama sekali. Ia memutuskan untuk memasukanya ke dalam laci.
"Aaaaaa."
Fayola mendengar teriakan Resya, dengan cepat ia menghampiri kakak nya itu.
"Kak Resya kenapa?"
"Ak-aku di terror fe, dia ngirim kotak ini."ucap Resya sambil memberikan sebuah kotak yang berisi tikus putih yang sudah mati.
'Sebenernya ngirim terror kaya gini tuh motifnya apa. kemarin gue sekarang kak Resya. Apa sih mau tuh orang'
"Fe, kakak takut,"
"Kakak gak usah takut, fe ada disini."ucap Fayola seraya memeluk Resya yang gemetar ketakutan.
"Kalo kak Resya takut, mending kak Resya sekarang tidur aja deh istirahat di rumah, fe izinin."
"Makasih ya fe."
Fayola membantu Resya tidur dan menyelimuti nya sampai batas dada, lalu Fayola pun keluar.
Ia mengambil tasnya dan juga memakai sepatu kets warna hitam putih nya. Lalu Fayola pun turun ke meja makan yang sudah terisi oleh Pahlevi, Friska dan Jessica.
"Pa, ma Jessica makan di sekolah aja deh. Gak mood makan."
"Yaudah ayo kita beran---"
"Stop, fe gak akan ganggu kok. Ma pa berangkat."potong Fayola.
Fayola berlari mencari taksi lalu masuk ke dalam taksi tersebut. Di dalam taksi ia terus mengelap air mata nya yang terus berucuran.
"SMA Tunas bangsa."
Taksi tak kunjung berjalan, Fayola mendongak ke arah sopir.
"Mas, ayo berangkat."
Sang sopir tersebut menyodorkan sapu tangan berwarna biru laut. "Nih, sapu tangan."
"Eh makasih pak."
"Saya masih umur delapan belas, gak usah panggil pak, tua amat."
Fayola mengusap air matanya.
"Oh iya kak. Btw kakak kok udah kerja?""Iya itung itung bantu orang tua, kakak gak seberuntung kamu punya rumah besar, harta berlimpah. Keluarga kakak kurang berkecukupan, tapi kakak bahagia karena ayah sama ibu kakak sayang banget sama kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola (Completed)
Teen Fiction#1 - Kepercayaan (25/08/2020) #1 - Kepedulian (25/08/2020) #2 - Terbuang (25/08/2020) #2 - nangis (25/08/2020) Fayola Thevani Friskananda. Seorang gadis yang merasa dirinya adalah anak paling beruntung sedunia. Putri semata wayang dari Pahlevi nanda...