11. [N]ot Least 2 🍁

1.2K 192 18
                                    

Plakk

Vira menatap tajam Alen.

"Mr. G kau sudah keterlaluan. Sadarlah. Anda bukan siapapun bagi saya" ujar Vira sadis dan langsung berbalik menjauhi Alen.

.
.

Alen menahan tangan Vira.

Dan Vira menatap Alen tidak suka.

"Apa lagi?"

"Aku ingin bicara"

"Cepat. Kuberi 5 menit. Lalu pergilah"

"Kenapa kau mengusirku?"

"Tidak ada pertanyaan bermutu? Silakan pergi sekarang Mr. G"

"Kau kenapa?"

"Aku lelah. Aku ingin istirahat. Jangan buang waktuku untuk sesuatu yang tidak penting! Aku harus berkemas dan segera tidur"

"Berkemas?"

"Ya. Aku pergi dari sini pukul 4 pagi. Penerbangan pertama. Jadi sekarang,, pergilah jika anda tahu diri. Aku sibuk" ujar Vira ketus.

Alen mengerutkan keningnya. Tanpa basa-basi ia menarik lengan Vira dan membalik tubuh Vira agar menatapnya.

"Ada apa denganmu? Kau marah dan langsung memdtuskan pergi hanya karena kemarin?" tanya Alen tak habis pikir. Vira menatap Alen terperangah.

"Ah, maaf Mr. G sepertinya anda yang terlalu besar kepala. Dengarkan aku baik-baik sekarang. Aku kemari untuk liburan. Dan sekarang memang sudah saatnya aku pulang. Jadwal dari awal sudah begitu, dan ini semua tidak ada hubungannya denganmu" ujar Vira penuh penekanan lalu menyentakkan tangannya dari genggaman Alen.

Vira masuk ke kamar dan menutup pintu. Namun ada sesuatu yang menahannya.

"please, just one day"

"Apa?"

"Ini hari terakhirmu di sini. Tidakkah kau ingin menghabiskan waktu denganku?"

"denganmu? Tidak. Maaf"

"please. Hari ini. Lupakan kemarin. Ingatlah aku sebagai temanmu,, Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan kesan buruk tentangku."

Vira menatap Alen dari atas ke bawah. Lantas mendorong pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Alen mengetuk pelan,

Ting

Ia mengecek ponselnya yang berbunyi.

"jam 7"

Alen tersenyum, mendapati pesan dari Vira. Lantas segera beranjak dari sana.

🍁

Vira memoles lipcream di bibirnya. Lalu dengan tergesa menghapusnya. Untuk apa?
Ia hanya menghabiskan waktu dengan Alen. Siapa dia?

'Ah ini hari terakhirmu. Tak salah kan jika ia meninggalkan kesan yang baik'

Tapi apa iya sampai mengurusi penampilan seperti ini?

Dan tunggulah aku di sana memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang
Hingga kejamnya--

Vira mematikan alarmnya. Sudah jadi kebiasaan, ia memasang jadwal jika ada janji. Prinsipnya, hargai orang dengan tidak membuatnya menunggu terlalu lama. Tepat waktu itu penting, apalagi di negara-negara sibuk yang menganut prinsip times is money. Maka telat adalah kesialan di sana. Ketinggalan kereta, bus, kehilangan peluang, dianggap ceroboh dan tidak layak, dsb. Bukankah islam mengajarkan umatnya untuk tepat waktu dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Islam mengajarkan kita untuk tepat waktu, mungkin kitanya yang tidak sadar. Contoh simplenya, shalat. Hayo yang ngakunya islam tapi shalatnya masih mengqodo' atau telat-telat. Parahnya lagi yang gak shalat. Islam bukan sih? Hmm #selfreminder

FEELING OF BEING AN ENEMY  [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang