22. Aku Butuh Kamu 🍁

1K 164 13
                                    

Karena pada detik itu, aku tersadar jika kamu telah memerangkapku dalam penjara tak kasat mata.

01.02 am

Pada detik terakhir aku menatapmu dengan berlatarkan langit New York.

🍁🍁🍁

HAPPY 3K VIEWERS😍😆
Part ini buat kaliannn...

Makasih udah support Vi dan ngikutin cerita ini dari awal.
Memberi komentar2 dan bintang. Thanks a lot💙

I love you 3000💚

🍁

Lama Alen menunggu Vira keluar, dan sedari tadi ia mendengar gemericik air yang terus mengalir. Alen khawatir dan langsung mendobrak pintu. Dan mendapati Vira terduduk di bawah shower dengan pakaian lengkap. Alen mematikan shower dan meraih Vira. Vira memberontak dan memukul dengan tangan ringkihnya yang dingin. Alen membopong Vira dan membaringkannya di ranjang. Alen meraih handuk dan melilitkannya di tubuh Vira.Vira berteriak histeris.

"Kumohon jangan." sembari terus memukul-mukul Alen.

Alen menyatukan tangan Vira di atas kepala dengan satu tangannya. Tangan yang lainnya ia gunakan menepuk-nepuk pipi Vira.

"Hei, aku Alen. Aku bukan penjahat. Ini Alen." Vira berhenti dari pemberontakannya. Namun tubuhnya masih bergetar.

Alen menatap Vira lembut, melepaskan tangan Vira dan menangkup pipi Vira dengan kedua tangannya.

"Ini Alen. Tenanglah kamu aman di sini" ujarnya menatap Vira yang nampak ketakutan.

Vira langsung memeluk Alen. Terisak di sana. Membuat kemeja Alen ikut basah. Basah oleh air dan juga tangis.

"Sshhhss,,, tenanglah. Sekarang ganti baju dulu. Nanti kamu sakit." Alen melepaskan pelukan Vira. Alen tampak beranjak mengambilkan pakaian Vira yang tersisa satu di dalam almari. Vira buru-buru tersadar dan menghentikan tangan Alen.

"jangan. Aku bisa sendiri" Vira menarik pakaian itu dan langsung masuk ke kamar mandi.

Alen menatap Vira dengan senyum terpatri di bibirnya.

Vira menatap cermin di depannya. Seakan hendak menginterogasi dirinya yang ada di balik cermin. Ia menghela napas resah. Penuh kepasrahan dan keputus asaan.

Nyatanya Vira memang tidak bisa. Hatinya terlalu rawan untuk bisa menolak pesona pria itu. Ia tidak bisa mengabaikannya. Sikap jailnya, kurang ajarnya, tatapan intimidasinya, kelembutan perlakuannya, dan segala yang ada pada diri Alen membuatnya seolah kalah bahkan sebelum Vira akan memulainya.

Vira membasuh wajahnya dengan air untuk mengembalikan kewarasannya. Kamu harus menjauhinya!

Vira menghela napas sembari menatap pantulan dirinya di cermin. Tak bisa dipungkiri. Hanya bersama Alen, Vira bisa merasakan nyaman dan aman. Kedamaian yang entah muncul dari mana. Membuat Vira seakan tanpa sadar selalu ingin mendekat ke arah Alen. Ia merasa takut kehilangan pria itu. Entah untuk alasan apa.

Vira menyentuh dadanya. Merasakan detakan jantung yang menalu. Hanya bersama Alen ia rasakan ini. Vira benar-benar berada pada titik dimana ia harus melepaskan sesuatu tanpa ia mau. Otaknya menegaskan jika Vira harus pergi dan menjauh dari Alen. Tapi hatinya seakan menahannya. Ada ego yang terselip di dasar sana. Terlalu dalam untuk mampu ia jangkau. Membuatnya pasrah tak tahu harus melakukan apa. Ia juga ingin bahagia. Ia butuh seseorang untuknya bersandar. Ia butuh seseorang yang menyayanginya dan mencintainya. Ia butuh orang itu untuk ia cintai. Dan alam bawah sadar Vira sudah memilih seseorang itu.

FEELING OF BEING AN ENEMY  [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang