14. Hai Bos 🍁

1.1K 179 13
                                    

Memangnya apa yang bisa kuharapkan, kau mengatur segalanya. Membuatku tak berkutik walau inginku lain.

~New York, 27 Oktober

Melihatmu yang semakin lama semakin mengesalkan.

🍁🍁🍁

Vira merapikan kemeja putihnya. Ia sudah mendapat kerja, di sebuah tempat makan kenalan teman Jenny. Bukan milik temannya Jenny, tapi kenalan dari temannya Jenny. Ah ribet sekali.

Jenny memaksa Vira untuk tidak perlu bekerja, dan menyanggupi semua kebutuhan Vira. Namun Vira ngotot menolak bantuan Jenny. Ia tidak mau merepotkan orang lain.

Vira berangkat dan sampai di tempat makan itu. Vira mengeja papan nama 'The café'. Tempat makan dengan nuansa instagramable yang didominasi warna-warna klasik. Ia masuk ke dalam, dan seorang pelayan menyambutnya. Mengenakan rok berbahan jeans setengah paha, dan kaos lengan pendek berwarna krem. Wah, seragamnya keren. Tapi,,,

Vira menghela napas, menepis pikiran buruknya. Ia langsung menyapa balik pelayan itu dan mengatakan tujuannya kemari. Ia pun langsung diantarkan menuju sebuah ruangan dan terdapat seorang lelaki tampan dengan usia sekitar 27 tahun keatas.

'Peter!' pekik Vira senang, dalam hati.

Lelaki itu menoleh kearahnya, Vira sempat berpikir jika itu Peter. Ternyata bukan. Hanya postur wajahnya sekilas mirip.

"Kamu pekerja baru yang dibilang Magenta?" tanya lelaki itu setelah mempersilakan Vira duduk.

Vira mengangguk, "Yes, Sir"

Lelaki itu tersenyum, karena keramahan dan wajah Vira yang nampak menyenangkan.

"Kau cantik, humble, dan menarik. Aku akan menempatkanmu di bagian kasir"

"terima kasih, Sir. Jadi, apa hari ini saya sudah bisa bekerja?" tanya Vira.

"jangan memanggilku Sir. Panggil aku Regens." pinta Regens.

Vira mengangguk, "baiklah Regens"

"Dan ya, kau bisa bekerja sekarang, ini seragammu" Regens memberikan sebuah paperbag berwarna pink pada Vira. Vira mengangguk dan beranjak dari sana setelah Regens memberitahu tempat gantinya.

🍁

Vira menatap dirinya yang mengenakan seragam di kaca ruang ganti The Café.

Ok. Seragam ini sopan dan pantas. Untuk negara-negara barat dan bahkan Vira sering melihat pakaian yang jauh lebih terbuka di mall. Tapi tidak. Kacamata islam tidak memandang dengan pandangan umum. Islam punya cara pandang yang berbeda, yang sering dibilang orang lain yang tidak paham dengan sebutan 'kolot', 'kuno', 'mengekang', 'aneh', dan apalah lainnya itu.

Vira segera memakai bajunya sendiri. Memasang hijabnya lagi. Tidak. Jika demi uang ia harus mempertaruhkan akidah yang sudah menjadi prinsipnya, maka ia tidak bisa. Surga belum tentu miliknya, amal ibadahnya belum tentu diterima, dan dosanya sudah terlalu banyak. Jadi apa iya, ia mau menambah dosa yang telah menumpuk?

Vira menghela napas pasrah. Lalu keluar dari ruang ganti, dan menuju ruangan Regens. Vira langsung masuk setelah mengetuk pintu, Regens menatapnya bingung.

"Ada apa dear? Apa bajunya kebesaran? Kau butuh yang lebih kecil?" tanyanya membuat Vira meneguk ludah.

Dikira dia sekecil apa?

Vira tersenyum, menyerahkan paperbag pink berisi seragam karyawan The café. Lantas menggeleng pelan.

"Aku tidak bisa memakai baju seperti ini, Regens" ujar Vira pelan.

FEELING OF BEING AN ENEMY  [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang