26. Get and Forget 🍁

1K 146 26
                                    

Sepertinya, melupamu adalah takdir yang harus kujalani saat ini.

-Surabaya, 10 November

Selamat hari pahlawan, yang cuma diinget pas hari besar nasional :)

🍁🍁🍁

NB: klik mulmed itu Reza yups

🍁

Surabaya, 10 November
08:16 WIB


"Dek, ambilin timun di kulkas" pinta seorang wanita paruh baya berhijab coklat pada Vira.

"iya bu" Vira beranjak dari wortel yang tengah dipotongnya, dan langsung menuju ke lemari pendingin, mengambil timun.

"Ini sama cabenya sekalian atau timun aja?" tanya Vira yang masih di depan kulkas.

"Oh, ambilin cuka apel aja. Sama yang di tempat makan warna biru bawa sini" Vira meraih cuka apel dan kotak berwarna biru itu. Lalu kembali dan menyerahkannya pada wanita paruh baya yang notabenenya ibunda Vira. Anita.

"Mau bikin acar ya bu?" tanya Vira yang memerhatikan gerakan ibunya yang tengah sibuk dengan wajan, pisau, dan bahan masakan.

"iya. Buat pelengkap nasi goreng kesukaan ayahmu" jawab Anita yang mulai menuang cuka di atas potongan timun, bawang merah, wortel, dan cabai.

Vira hanya memperhatikan ibunya.

"Kamu mau?" tanya Anita kemudian.

"Nggak deh. Kan Vira nggak suka sayur" jawab Vira tersenyum kecil. Ah ralat, Vira suka sayur kalau kangkung. Ah ya, jangan lupakan di New York, bahkan Vira sudah semacam herbivora. Makan sayur terus. Abisnya, susah banget sih cari makanan halal. Jadi biar Vira makan apa yang ia mau pas pulkam gini.

"Dek, sayur itu sehat. Mulai deh biasain makan sayuran. Apalagi kamu main mulu sampe lupa pulang ke rumah"

"Kan masih ada buah, yang sehat. Dan ini buktinya Vira pulang. Lagian Vira kan nggak main bu, itu kerja" jawab Vira sambil meraih apel untuk dikupas. Benarkan? Vira kesana kemari, menulis pengalamannya saat berkunjung kemana-mana lalu ada yang membayarnya. Belum lagi endorse barang-barang yang dipakainya saat traveling. Jadi itu bukan main. Dia memang kerja 'kan?

"Justru kerjamu itu lho yang bikin ibu was-was. Keluar kota bahkan sampai luar negeri. Nggak ada kakak atau saudara yang bisa dititipin buat jagain kamu, dek. Nanti kalau kamu sakit atau kenapa-kenapa di sana gimana? Nggak semua orang itu baik, dek. Apalagi kamu itu perempuan, kamu tahu kan berita-berita pelecehan seksual di TV sama koran banyak banget" tutur Anita.

Vira bergeming. Berhenti mengupas apel. Ia melirik ragu ke arah ibunya.

'Andai aja ibu tahu kejadian waktu itu, mungkin Sekarang aku nggak bakalan boleh keluar dari rumah lagi. Maaf ya bu, Vira udah bikin ibu khawatir' batin Vira merasa bersalah.

"Dek" Anita tiba-tiba saja sudah menepuk bahu kiri Vira.

"Eh, ibu. Ada apa?" tanya Vira gelagapan.

"Kamu yang ada apa. Ini kue kuenya kamu kasihin ke orang-orang di depan." Vira berdiri, meraih nampan berisi macam-macam kue.

Vira keluar ke depan rumahnya. Ia melihat kakaknya Reza yang tengah sibuk mengetukkan palunya di atas bambu yang akan dibuat lomba-lomba nantinya.

Vira tersenyum jail, ia berdiri di sisi tangga yang dinaiki kakaknya.

"Bang, ada Kak Fariza" Vira berkata lantang dari bawah.

Reza yang terkejut, tanpa sengaja langsung menjatuhkan palu yang dipegangnya. Vira langsung menyingkir ketika palu itu hampir saja mendarat di kepalanya.

"Ih. Kak Reza gimana sih. Kalau palunya jatuh ke aku gimana? Asal lepas aja!" Vira menggerutu kesal.

Reza turun lewat tangga. Langsung mengambil palu di tanah dengan santai. Lalu berlalu begitu saja dari Vira tanpa perasaan bersalah. Vira menghentakkan kakinya kesal. Lalu menaruh nampan di meja dengan senyum tipis saat bapak-bapak yang kerja bakti sedang berkumpul di sana.

Vira langsung menghampiri kakaknya yang tengah duduk di teras sambil menyeruput kopi.

"Kak Reza nyebelin banget deh. Bukannya minta maaf main ngilang aja" Vira duduk seraya mengomel.

Reza tetap tenang seolah Vira tidak ada di hadapannya.

"Ya Allah... Dikacangin. Bang, kacang itu gurih, dikacangin itu perih"

Krik krik,,,


Vira sudah badmood. Sepertinya Kakaknya sedang ngambek padanya. Vira menghela napas, ngalah deh.

"Yaudah kak. Vira minta maaf" ujar Vira sembari mengulurkan tangan. Reza melirik ke arah Vira. Lalu meraih tangan Vira, bersalaman. Vira tersenyum,

"Jangan diulangin" ujar kakaknya terlihat tenang.

Vira melepas tangannya,

"jangan lama-lama. Tangan abang kotor kena tanah" Reza mengacak pucuk kepala Vira. Vira melotot kesal. Dan langsung menjauh dari Reza.

"Dasar gamon!" ejek Vira pada Reza seraya menjulurkan lidahnya. Reza menatap tajam ke arah Vira,

"Dasar adik durhaka" gumam Reza seraya memijit pelipisnya. Apa benar ia gamon? Gagal move on?

Entahlah. Ini terlalu rumit.


🍁



New York, 09 November
09.16 pm

"Mr. G, kami sudah lakukan seperti kemauan anda" ujar seorang pria berkacamata hitam dengan potongan rambut cepak dan pakian serba hitam.

Alen mengangguk. Lalu menaikkan kaca mobilnya.

"Jalan sekarang" ujar Alen lalu menelpon seseorang.

"Aku sudah transfer uangnya sesuai perjanjian. Pastikan dia atau siapapun tidak mengikutiku" setelah mengatakan itu, Alen langsung menutup teleponnya.

Mobil SUV itu melesat kencang. Membelah jalanan yang lengang.








.

.
Ini yang jadi Peter gimana? Wkwkw

Ini yang jadi Peter gimana? Wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Tbc❤❤❤
Jangan lupa vote n komen💚
.
Hope you like it💙

FEELING OF BEING AN ENEMY  [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang