Jika hadirku hanya bisa datangkan mala untukmu. Maka biarkan ku pergi, meski untuk itu aku harus menelan perih, sekarat, lalu mati.
-Jakarta, 8 November
Nothing, and not-him :(
🍁🍁🍁
Nb: Btw, Quotes diatas sudah diterbitkan lebih dulu oleh sastra rumbia dengan judul buku "Pergi"
🍁🍁🍁
Vira merenggangkan otot tangannya. Kemudian menyeret kopernya menuju pintu keluar bandara. Sedari di pesawat, Vira tertidur. Lelap. Ia bangun hanya untuk shalat, makan, dan membaca buku. Selebihnya? Tidur.
Vira baru pertama kali naik pesawat VIP. Terasa memang perbedaannya dengan kelas ekonomi yang biasa ia naiki. Ah, begitulah dunia. Sedikit-sedikit memang tentang materi. Ada uang? Dilayani, tidak ada? Silakan pergi. Seperti konsep genting, penting, flating, dan tidak penting yang dibolak-balik. Jika kaya maka dia jadi orang penting, jika tidak maka ia akan menjadi yang tidak penting. Parahnya lagi,,, terbuang.
Apakah hidup ini hanya tentang angka? Seseorang dinilai dari uang yang mereka punya, nilai yang mereka dapatkan? Tanpa peduli cara apa yang mereka tempuh untuk mendapatkan semua itu. Apa lewat cara yang baik, atau hasil dari sebuah kecurangan?
Lantas bagaimana mengubah semuanya?
Mustahil. Impossible.
Seseorang tidak bisa mengubah orang lain. Tidak akan pernah bisa. Kita hanya bisa mengubah diri kita sendiri. Kalau kita mau mengubahnya.
Sama seperti seorang cewek yang mengharapkan si cowoknya untuk berubah. No! Cewek gak bisa ngubah cowok buat jadi begini dan begitu. No. She's can't.
Girls, kamu tidak bisa mengubah seorang cowok. Cowok akan mengubah dirinya sendiri jika ia mencintaimu.
And then...
Itulah faktanya.
Seseorang juga tidak bisa mengubah kita. Kita yang mengubahnya sendiri. Entah itu karena kesadaran diri, menginginkan perhatian doi. Atau motivasi lainnya. Well, it's okay. Selagi itu baik, maka lanjutkan.Vira menyeret kopernya, mencari-cari kakaknya yang tinggal di Jakarta yang katanya akan menjemputnya hari ini. Vira mengerucutkan bibirnya,
"Kakak ini jadi jemput apa enggak sih?" gumamnya sambil terus mencari di keramaian.
Akhirnya Vira menyerah. Ia putuskan untuk keluar saja, naik taksi. Tapi saat Vira berjalan ke luar, seseorang menepuk pundaknya. Membuatnya berjengit kaget.
"Di bilang dijemput juga masih bandel mau pulang sendiri?" Vira menyengir.
"Eh, abangku sayang udah di sini ya" Vira menyalami kakaknya.
"As-sa-la-mu-a-laikum" Reza menekankan salamnya, menyindir Vira yang sepertinya lupa.
"Hehe,, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Vira sambil merentangkan tangannya seperti aksi para da'i di aksi junior indosiar.
Reza menggelengkan kepalanya. Adiknya ini memang tidak tahu tempat. Bisa-bisanya di bandara menjawab salam dengan nada mau ceramah begitu. Suaranya keras lagi. Reza memijat pangkal hidungnya.
"Ih, abang kok diem aja sih. Ayo pulang" rengek Vira menarik-narik tangan Reza. Reza menatap adiknya yang usianya sudah 26 tahun tapi masih seperti anak SMA. Tumbenan juga manggil Abang. Ah Vira emang memanggilnya semaunya. Kadang Abang, kadang Mas, kadang Aa', kadang brother, kadang juga balik normal. Kakak.
"Yaudah ayo" lelaki itu meraih koper dan ransel Vira sekaligus. Membuat Vira menghela napas lega karena beban itu berpindah. Kakaknya sudah berjalan duluan, membuat Vira mengikuti dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING OF BEING AN ENEMY [End]✔️
Spirituale[ KISAH ROMANS BEDA AGAMA ]💙 #1 dalam spiritual (10/07/21) #1 dalam beda agama (20/01/21) #1 dalam billionair (03/08/21) #1 dalam Traveler (26/03/20) #25 dalam i love you dari 1,53k (27/05/20) #25 dalam hijrah (12/08/21) #15 dalam enemy (01/06/20) ...