36. Petuah Cinta 🍁

793 133 7
                                    

Jangan salahkan cinta, atau orang yang tengah mencintai. Karena Cinta itu suci, dan merasakan cinta itu fitrah. Tapi apa yang kita perbuat, itulah yang patut diperbaiki.

Malang, 16 November

Karena cinta bukan hanya soal ucapan di bibir.

🍁🍁🍁

Malam mulai membungkus Kota Malang. Mobil yang dikendarai Alen berbelok, dan mulai masuk pelataran pondok pesantren Roudlotusy Syifa'. Keduanya telah berhenti di sebuah Masjid berwarna nude krem, dengan perpaduan coklat dan emas. Membuat masjid itu tampak semakin menawan dengan pantulan senja yang membiaskan warna keemasan.

 Membuat masjid itu tampak semakin menawan dengan pantulan senja yang membiaskan warna keemasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Note: sorry ya, ga ada gambar lain. Kehapus semua kayaknya, real pict Masjid Roudlotusy Syifa')

"MasyaAllah" bibir Vira menggumam, mengagumi sebuah keindahan.

Ada yang lebih indah dari jajaran pohon maple dengan sinar keemasan itu. Rumah Allah dengan lantunan murotal dari orang-orang sholeh di dalamnya. Itu beribu kali lebih indah dan lebih menentramkan hati. Seolah lupa dengan Alen, Vira langsung berjalan tergesa menghampiri seorang perempuan berhijab ungu pastel yang baru saja terlihat berjalan keluar dari masjid.

"Assalamualaikum Ustadzah" Vira mengucap salam sembari mengecup punggung tangan wanita itu.

"Waalaikumussalam, ini Vira?" tanya perempuan yang seumuran dengan Kakak Vira (Reza).

"Iya, Ustadzah masak lupa sama saya?" Vira menatap guru masa kecilnya itu dengan mata berkaca-kaca karena haru.

"Tidak, mana mungkin saya lupa sama murid paling berisik di kelas?" Goda Ustadzah itu sembari mencubit pipi Vira gemas. Lalu memeluknya. Selama beberapa menit keduanya larut dalam suasana haru. Vira bahkan sudah menangis karena saking rindunya, sedang Ustadzah itu beberapa kali mengusap matanya yang basah.

"Udah. Ayo ke ndalem, bentar lagi magrib" ujar Ustadzah itu pada Vira.

Vira hanya mengangguk, lalu keduanya berjalan beriringan dengan Vira yang masih memeluk lengan Ustadzah cantik itu. Namun langkah keduanya terhenti. Vira menoleh ke arah Ustadzahnya dengan raut seolah bertanya, "Ada apa?"

Ustadzah itu menoleh ke belakang. Dan mendapati seorang lelaki jangkung dengan wajah bule di sana.

"Astagfirullah" kaget Vira yang menyadari ia tidak datang sendiri.

"Ehm, ini Alen, Ustadzah. Teman Vira yang lagi main ke Indonesia. Terus nganterin Vira kesini" Jelas Vira dengan senyum canggung.

Ustadzah cantik itu terlihat mengamati keduanya. Lalu mengangguk dengan senyum seteduh embun.

"Assalamualaikum, i'am Fariza. But in here, peoples call me Dara" ujar Ustadzah cantik itu dengan menangkupkan tangan di depan dada.

Alen mengingat pertemuan pertamanya dengan Vira, yang dulu seperti itu. Alen segera mengikuti ustadazah itu menangkupkan tangannya juga.

FEELING OF BEING AN ENEMY  [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang