Jein berlari tergesa gesa menuju lantai atas rumahnya. Suara tangis anak kecil di kamar atas itu harus segera di dapatnya, ia harus segera menemukannya, ia tidak mau kehilangan.
" Semua akan baik baik saja sayang.." ia menepuk nepuk pelan paha bagian kiri di si bayi di dalam gendongannya. Bayi yang berusia 10 bulan itu terus menerus meraung raung di dalam dekapan jein, bibirnya terus bergetat, tangan kecilnya mengejang ngejang.
Hal itu membuat jein kebingungan, ia sama sekali tidak tau cara menenangkan bayi yang menangis, selama ini jika di baby lala menangis, ia pasti langsung berikan ke bik ina yang menjabat sebagai baby sister di rumahnya. Namun beberapa jam yang lalu bik ina berpamitan pulan kampung dan tak akan kembali lagi, karena usianya yang sudah tua, anaknya meminta bik ina untuk beristirahat saja di rumah.
" Papa harus gimana nak.."
Jein bergegas menuju meja kecil di sisi baby box, ia mengambil susu yang ada di atas meja itu. Untunglah sebelum pergi bik ina menyiapkan sebotol dodot susu formula untuk baby lala.
" Owh...anak papa haus ya..!"
Jein tersenyum ketiak melihat baby lala yang mulai tenang dalam menghisap dodot yang jein berikan.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
" Kamu bisa ke rumah saya..?"
Jein berbicara dengan seseorang lewat telpon dengan sedikit berbisik, ia tidak mau bayinya kembali terbangun karena suaranya." Naik taksi. Saya kirimkan alamatnya.."
" Saya mohon...."
" Baiklah terimakasih, saya tunggu di rumah..."
Ia menatap bayinya yang sudah terlelap di dalam rengkuhannya, pelan pelan ia letakkan tubuh kecil kembali ke dalam baby box.
" Kamu gak perlu seorang mama untuk mendapatkan kasih sayang yang utuh. Kamu cuman perlu papa.."
Ia mengecup pelan kening dan kedua pipi bayinya. Wajahnya sedikit mendung ketika ia mendengar tangisan dari anaknya tadi. Entah bagaimana cara ia mengurus anaknya seorang diri tanpa bantuan seorang wanita di sampingnya.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Ia menatap seorang wanita yang berdiri di ambang pintu utama rumahnya. seseorang wanita yang masih memakai seragam pekerjaannya datang bersamaan dengan seorang anak kecil lelaki di dalam gendongannya.
" Yudanya udah tidur pak, saya gak mungkin juga kalau ninggalin dia.."
Jein mengaguk mempersilahkan bintang masuk ke dalam rumahnya.
" Saya gak enak sama tetangga pak, ntar yang ada jadi fitnah.."
" Di luar ada satpam juga"
Walaupun begitu, tetap saja bintang merasa tidak enak, ia bahkan sama sekaki belum tau apa tujuan jein menyuruhnya datang kemari malam malam.
" Ini kamar Lala.." jein membuka salah satu ruangan ketika mereka sampai di lantai dua rumah milik jein.
" Lala...?"
Mata bintang langsung menatap sebuah kasur dan baby box di sampingnya." Anak siapa ya pak..?"" Anak saya..."
" Eh...?" Bintang diam, entah apa yang ada di pikiran nya saat ini. Tapi dia benar benar tidak menyangka kalau jein itu seorang dokter yang sudah menikah, bahkan memiliki anak. Atau lala itu anak yang di adopsi jein..?
" Kandung pak...?"Jein mengaguk.
" Bapak mengandung...?"
Mendengar pertanyaan bintang, membuat kedua mata jein terbuka begitu lebar. Bagaimana mungkin seseorang yang berpendidikan berbicara seperti itu..?
" Eh maaf pak..!" Bintang linglung. Ia memukuli kepalanya dengan tangan kirinya." Saya minta kamu temani lala untuk malam ini. Bik ina baby sister nya lala tadi baru saja pulang kampung. Saya belum dapatkan pengganti bik ina buat jagain Lala. Tapi untuk malam ini saya minta tolong sama kamu..!"
" Eh tapi saya harus pulang...?"
" Kenapa..? Apa ada suami yang harus kamu urusi di kontrakan kamu..?" Tatapan mata jein menajam, menatap bintang dengan tatapan seolah olah jika bintang berani menolak permintaan nya, maka siap siap saja jein akan menelan tubuhnya itu bulat bulat.
" Eh..saya asli single kok pak.."
Bintang tersenyum kikuk. Kenapa dia harus takut pada jein..? Padahal kan dia berhak untuk memutuskan nya." Emangnya siapa yang bohong..?"
" Bingung saya pak.."
" Ngapain bingung bingung..? Saya cuman nyuruh kamu buat jagain lala malam ini..."
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Pak dokter maksa ya ?