BAB 40

5.9K 256 7
                                    

Sudah dua hari ini bintang menjadi sedikit pendiam, semenjak pertemuannya yang terjadi kembali antara mereka dan juga niar yang ikut andil dan di dalam kisah masalalu.

Kenapa harus kembali bertemu..?

Atau memang sengaja ingin bertemu ?

Jein menggeram kecil. Niar benar benar membuat istrinya sedikit terguncang dengan kehadirannya yang terus menerus mengungkit masalalu, seolah olah menyalahkan bintang bahwa saat ini ia dan jein tidak bersama karena kehadiran bintang yang tak pernah pergi dari pikiran dan hati seorang jein.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dinu hari. Bergegas jein bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi untuk menunaikan sholat tahajud.

Biasanya ada bintang yang ikut menjadi makmum yang di imami olehnya. Namun kali jein membiarkan bintang untuk tetap tidur, jein tidak mau menganggu tidur bintang, ia bahkan tidak tau pasti saat ini istrinya benat benar tidur dengan nyenyak atau tidak.

Menadahkan tangan, setelah lama bersimpuh di hadapan sang kuasa yang telah menciptakannya. Tak lupa jein berucap syukur terlebih dahulu atas segala nikmat yang telah tuhan berikan kedalam kehidupannya.

Mencurahkan segala isi hatinya, jein semakin mengahayati curhatannya kepada sang kuasa, tentang masa lalunya, tentang kehidupannya yang sekarang dan meminta untuk yang ke depannya.

Dada jein terasa lapang setelah semuanya ia tumpahkan. Sekarang ia yakin bahwa semuanya akan baik baik saja, di balik gelap ini, kelak Allah akan hadirkan cahaya yang amat terang untuk dirinya, untuk istrinya, dan untuk keluarga kecilnya.

" Sayang...."

Jein sedikit berjengit ketiak ia membalikan tubuhnya dan menemukan istri yang tengah menatapnya dengan wajah yang sudah bersimbah air mata.

" Mas.." tubuh jein sedikit terhuyung ketika bintang dengan cepatnya menubruk dirinya untuk di peluk.
Kedua tangan bintang memeluknya dengan begitu erat. Istrinya itu menangis sesenggukan di dalam pelukannya.

Beberapa kali jein membisikkan bahwa semuanya bukanlah suatu masalah yang seharusnya bintang pikiran. Lagi pula sedari dulu jein memang tidak memiliki rasa apapun kepada Niar. Lantas buat apa istrinya itu terus merancaukan kata maaf..? Padahal jein cukup beesyukur ketika ia mendapatkan bintang sebagai istrinya. Bukan niar yang notabenenya memang tidak memiliki sedikit ruangpun di hatinya.

"Udah dong nangisnya.." tangan jein menampung kedua pipi bintang yang memang sudah berisi di usia kehamilannya yang menginjak tanah tujuh bulanan ini. " Mata kamu udah bengkak. Ini gak bagus buat anak kita"

" Aku gak bisa tidur nyenyak "

" Aku bacain surah Ar Rahman kayak biasanya oke ?"

Senyum kecil mengembangkan di wajah sembab milik bintang. " Boleh"

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

" Jangan di gendong.." jein menghalangi bintang yang hendak mengakat lala dari tempat tidur untuk membangunkan bocah cerewet itu.

" Lala kan gak mau jalan ke kamar mandi mas.."

" Biar aku aja yang mandiin Lala, kamu siapin serapan aja"

" Aku udah siapin kok. Lagian kamu mau berangkat pagi"

Jein menggeleng. " Selain tugas. Kalian adalah prioritas utamaku"

" Aku bisa ngurus Lala"

" Jangan terlalu capek. Di usia kehamilan kamu ini sangat bahaya kalok harus ngakat yang berat berat kayak Lala"

Bintang tersenyum. Lalu membiarkan jein mengakat tubuh lala menuju kamar mandi, padahal mata lala jelas jelas masih terpejam.

"DINGIINNNNNNNNN"

bintang tergelak ketika mendengar lala yang berteriak dari kamar mandi. Sudah bisa di tebak, jein pasti langsung memandikan anaknya itu tanpa mau repot-repot membuka kedua mata anaknya.

" Jangan lari"

" MAMA... DINGIN" lala lala hendak berlari keluar dari bath tub, namun dengan cepat di cegah oleh jein. Justru hal itu membuat lala semakin marah dab mulai menyirami jein dengan air dari dalam bath tub.

" Papa basah loh ini"

" Bialin..lala mau mandi sama mama "

" Mama gak kuat ngakat Lala. Kan lala gendut"

" Gendut ?"

Lala bertolak pinggang, ia menatap papanya dengan tatapan geram, sekali saja jein mengiyakan pertanyaan itu sudah pasti tangan kecilnya itu akan meniniju pipi mulus papanya.

" Iya. Kan lemak lala banyak"

" Papa.."

" Auw.."

"Rasain!"

Jein mengelus pipinya yang barusan di pukul oleh Lala. Anaknya itu kalau mukul emang gak kira kira, malah mukulnya dekat mukak lagi. Di mana seharusnya terjaga dan di rawat dengan baik. Ini malah menjadi tempat anaknya menyarangakn tinjuan.

" Jangan lama lama mas. Ntar kamu telat" bintang berteriak dari meja, ketika tidak juga mendapati jein dan lala keluar dari kamar mandi.

" Bentar lagi" balas jein. Lalu ia langsung memguyur rambut Lala, membuat bocah itu memekik kedinginan.

" Papa dingin.."

" Cuman kambing yang takur air"

" Dingin papa"

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Tidak ada yang ingin terluka, tidak ada yang ingin meneteskan air matanya dengan alasan sakit. Namun semuanya terjadi begitu saja, entah takdir yang membawanya atau memang sebuah kesalahan yang pernah ia lakukan di masalalu yang membuat hatinya penuh dengan goresan luka.

Anniar..

Artinya cahaya. Sebuah nama yang pernah di berikan papanya untuk dirinya, dengan harapan kelak putri semata wayangnya itu menjadi seseorang yang bersinar terang, baik lewat prestasi maupun etika. Namun nyatanya ? Ia benar benar seorang wanita yang menganut angka nol besar di hadapan semua orang.

Menikah muda..

Mungkin suatu kesalahan yang pernah ia ambil hingga akhirnya ia pun menjadi seorang janda yang amat muda.

Perselingkuhan yang berujung perceraian itu memang berawal dari dirinya sendiri yang memang masih belum begitu sempurna dalam memiliki pemikiran dewasa.

Ia yang begitu kesepian karena sosok seorang suami yang seharusnya memiliki waktu penuh untuk dirinya harus melupakan waktu untuk kebersamaan mereka karena sang suami yang sibuk bekerja hingga lembur. Niar tak jarang merasa kesepian, hingga akhirnya ia berjalan jalan untuk melampiaskan rasa bosannya. Namun ia merasa teramat bebas, hingga ia lupa sampai mana batas batas yang boleh ia lakukan sebagai seorang wanita yang telah bersuami.

Niar kembali berkencan dengan mantan semasa SMA nya dulu. Hingga akhirnya hengki sang suami mengetahui kabar itu dan menjadi sangat marah besar.

Hengki yang lelah dalam mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan sang istri yang sangat royal harus berkerja lebih giat lagi agar niat benar benar tidak lagi bergantung kepada sang papa yang memang sedari awal tidak begitu menyukai hubungan mereka.

" Aku berhenti. Mungkin seharusnya sudah dari dulu aku mundur, dan sekarang kamu benar benar bebas melakukan apapun yang kamu mau. Aku akan kembali kan kamu ke papa kamu. Ternyata beliau benar benar Menang"

Niar masih ingat hengki yang melangkah keluar dari kediaman rumah orang tuanya. Lelaki itu terlihat rapuh dengan punggung yang kian lama semakin terlihat mengecil di dalam pandangan niar.

Hengki sudah begitu lelahnya untuk kembali berjuang sendiri tanpa adanya dukungan.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Assalamualaikum..

Jangan lupa kewajibannya terhadap Allah SWT.

Mari do'akan Palestina

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang